Hold Me Tight ( boyslove)

Dekat dalam proses yang sangat singkat?



Dekat dalam proses yang sangat singkat?

0Nathan lagi-lagi dalam posisi kalah telak. Ucapannya di serang balas bahkan tanpa perlu mengambil inisiatif lain. Terlebih dengan cara Jevin mengambil tempat untuk mempertahankan kedekatan, sudah di pastikan jika Nathan menjadi bahan candaan dari remaja pria itu, bahkan untuk selanjutnya.     
0

Masih dengan satu lengannya yang tertawan, hawa panas jelas di rasakan pada belakang tubuhnya. Jevin tak sekali pun merasa sungkan dengan Nathan yang bahkan baru di temuinya untuk kali ketiganya itu.     

"Masih ingat dengan janji ku waktu itu? Untuk pertemuan kali ini, aku berniat mengenal mu lebih jauh, Nath!"     

"Lepaskan, dasar tak sopan!" sentak Nathan dengan pandangannya yang mengalih pada Jevin yang menyerukkan kepada tepat di sisi samping pendengarannya.     

Pria jangkun itu malah membalasnya dengan raut menyebalkan, terlebih dengan satu lengan bebasnya yang menggenggam sekalian milik Nathan yang mengacung penuh peringatan.     

Sudah lebih dari sulit untuk melepaskan diri, jika sebelumnya hanya tubuh besar Jevin yang menghadang, kali ini sekalian dengan kedua lengannya yang di cekal?     

"Apa kau tak berpikir tentang anggapan orang-orang di sekitar? Mereka pasti turut mengumpat habis-habisan diri ku karena sangkaan pria gay."     

"Jadi ingin menyangkal orientasi seksual mu sendiri? Jika aku tak pernah mempedulikan pandangan orang lain terhadap ku." Jevin menjeda ucapannya hanya untuk memperhatikan lebih detail jemarinya yang mengusap bagian kulit milik Nathan yang di sentuh.     

.... Aku lega jika ini adalah pertemuan ketiga. Aku bukan tipe pria yang mudah membual. Namun kali ini aku sungguh-sungguh tak bisa menahan diri, kau pria pertama yang sangat menggemaskan dalam sisi menyebalkan sekali pun."     

"Bangsat!"     

"Kyaaaa! Bolehkah aku bergabung dalam pembicaraan intens kalian?"     

Umpatan kasar Nathan di sela datangnya sosok lain yang datang menengahi. Tubuhnya sudah terbebas dengan Jevin yang lekas menjaga jarak. Tak ingin di ketahui lebih dalam tentang alasan pria jangkun yang masih mengenakan atribut sekolah, wajah dingin dengan pandangan tajam tertuju kepada Lisa?     

"Kau tak pernah mengatakan pada ku jika kau punya kenalan seorang pria yang masih muda seperti itu, Nath."     

"Lalu, apa masalah mu?" sahut Jevin dengan suaranya yang terdengar sangat dingin. Hanya secara tiba-tiba saja, ia merasa tak menyukai perhatian berlebih Nathan pada wanita hamil itu. Lengan yang menyusup di pinggang, serentak dengan satu lengan pria dewasa itu yang bantu menyibakkan helai rambut yang berantakan.     

"Jangan pedulikan, dia hanya bocah pengganggu."     

"Tapi dia terlihat sangat tampan, pentolan sekolah yang mengingatkan ku pada masa sekolah. Terlebih dengan kesan urakannya yang sampai membolos sekolah dengan terang-terangan. Itu keren sekali, Nath..."     

"Ku bilang jangan mengada-ngada!"     

"Nama ku Jevin, ku harap aku juga bisa mengenal mu."     

Nathan makin mendatarkan ekspresi wajahnya, Lisa yang kembali pada keinginan tak terduga, dengan menyebalkannya turut melibatkannya lagi. Berurusan dengan remaja pria itu, sungguh sangat tak di harapkan untuk memakan waktu yang terlalu lama.     

"Nama ku, Lisa. Kau tak usah terlalu formal untuk memanggil ku yang lebih dewasa dari mu."     

"Lantas, Nathan adalah ayah dari janin yang ada dalam kandungan mu?"     

"Ah, yang benar saja! Nathan adalah pria gay, pengakuannya beberapa saat lalu yang bahkan tak sudi tertarik dengan seorang wanita."     

"Benarkah? Kalau begitu, senang berkenalan dengan mu, Lis."     

Upaya Nathan untuk bersenang-senang hari ini sudah begitu lebur saat jabat tangan dan senyum girang kedua orang di hadapannya itu saling terukir. Kombinasi yang rupanya sangat sempurna untuk kesamaan Jevin dan Lisa yang menyebalkan.     

Lihat saja bagaimana ketidakmampuan Nathan dalam menyerukan protesnya, ia hanya bisa terdiam dan mematung saat tubuhnya di paksa naik ke atas jok kendaraan. Motor milik Jevin yang sangat tinggi di bagian belakangnya.     

"Rasanya sangat menyenangkan hanya dengan duduk di jok motor pria berseragam sekolah, kenangan lampau seperti kembali terulang. Ya kan, Nath?"     

"Terserah apa kata mu," sahut Nathan yang bahkan tak ingin terlalu repot untuk mengalihkan pandang pada wanita hamil yang sangat menyebalkan itu.     

Jevin yang menatap intens sosok Nathan lewat kaca spion, tak hentinya menarik kedua sudut bibir saat pria dewasa itu menampil dengan sangat sangat menggemaskan. Wajahnya yang di tekuk dengan bibir yang memberenggut. Jangan lupakan aksi marahnya yang sampai mengalih intens lain dengan lagaknya yang paling tak peduli.     

"Aku tahu letak kafetaria yang sangat indah dengan kue-kue manis yang enak. Kita ke sana!" ucap Nathan yang sontak saja langsung di angguki pelan oleh ketiga kawannya yang memegang kendaraan masing-masing. Lisa yang jelas saja nampak sangat antusias, tak terlalu mengkhawatirkan saat motor yang di tumpanginya memiliki permukaan datar.     

Brummm     

Serentak menyalakan mesin motor dan secara singkat langsung menancap gas dengan milik Jevin yang mengawal.     

"Akhhh!"     

"Ini untuk kedua kalinya, apakah masih harus di ingatkan? Lingkarkan lengan mu pada pinggang ku, Nath!"     

Nathan yang benar-benar tak habis pikir dengan caranya yang tiba-tiba saja menjadi sosok penurut. Lengannya benar-benar disusupkan pada pinggang milik remaja itu. Dalam posisi yang jelas, tubuhnya bahkan sekalian di tumpukan pada milik Jevin yang sangat kokoh.     

Meninggalkan deret pertokoan dengan suasana asri sebelumnya, menjelajah jalan besar yang sedikit lenggang.     

"Hei, jangan ngebut, atau kawan mu yang membawa wanita hamil turut mengikuti," peringat Nathan dengan suaranya yang sedikit di keraskan untuk mengalahkan debur angin yang sangat kencang dari arah berlawanan.     

"Perhatian sekali."     

"Maksud nada bicara mu yang terkesan meledek itu memiliki artian yang bagaimana, eh?!" sentak Nathan yang secara refleks mencubit pinggang milik Jevin.     

"Aouchh!"     

"Akkhhh! Jangan berani main-main dengan ku ya, Jev!" marah Nathan saat Jevin mempermainkan kendali, hingga ia nyaris saja terkena serangan jantung di usia muda kala laju motor sedikit tak stabil.     

Masih pada bagian yang paling menyebalkan setelahnya, remaja itu menganggap perilaku berbahaya tadi adalah semacam hiburan. Jevin terus saja mengisi kesunyian dengan gelak tawa, Nathan yang sudah tak habisnya untuk terus mendengus, sama sekali tak di hiraukan.     

"Rasanya di setiap pertemuan kita selalu mendapatkan kemajuan pesat. Saat pertama kali aku mengetahui orientasi seksual mu, kita yang kemudian tak ragu untuk saling berdebat,"     

.... Kau yang sedikit lebihnya berganti memasuki kehidupan remaja ku dan terjebak dalam pertikaian antar musuh. Hal baik yang kedua adalah aku yang menyelamatkan mu ini turut serta mendapat bonus selain hanya ku tau nama mu. Alamat rumah dan juga raut wajah konyol mu di galeri tersimpan ku?"     

.... Jangan kira aku tak akan memberi bekas pada pertemuaan kita untuk ketiga kalinya ini. Selain kau yang duduk di jok motor belakang ku dengan memeluk ku sangat erat, juga satu kawan mu yang ku kenal. Pikirkan lagi apa lebih lanjut untuk bisa ku lakukan?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.