Hold Me Tight ( boyslove)

Mengganggu



Mengganggu

Bolehkan Nathan merasa menyesal karena telah menahan niatan brutal Mike sesaat tadi? Jika saja waktu bisa untuk terulang selama beberapa jam lalu, harusnya wajah asing yang kembali hadir untuk menampil pada pandangannya tak akan se menyebalkan itu.     

Demi apa pun, hanya dengan tarikan senyum satu sudut bibirnya dan juga mata yang mengerling, sudah membuat suasana hati Nathan menjadi lebih lebur.     

Remaja pria yang tadi memergoki kedekatannya dan Max di lahan parkir, menarik keributan dengan kalimat yang dilontarkan jelas menghina pria gay sepertinya.     

Dan masih belum habis hari atau pun pindah lokasi, remaja pria yang bertubuh jangkun itu kembali menjadi saksi. Dalam sentuhan dan menyasar erotis yang sama, hanya saja dengan orang yang berbeda.     

Nathan yang lebih dulu melepaskan diri dari wanita yang menawarinya kebersamaan singkat itu. Dengan raut wajah yang jelas sangat kikuk menghadap pria asing bersama wanita di rangkulannya itu.     

"Maaf, kita tak saling kenal. Mari, nona... Kita mencari tempat lain."     

"Ku rasa cukup untuk saling kenal dengan kejadian yang menarik kita di depan tadi. Untuk kedua kalinya, dengan situasi yang membuat akrab. Tak coba untuk berkenalan dengan ku?"     

Nathan yang telah membalikkan tubuh dengan lengan wanita yang bersama dengannya untuk mencari jalan penghindaran.     

Namun nyatanya remaja asing itu sudah mulai membuat perkara dengan sebuah kalimat tersembunyi untuk bisa di mengerti. Nathan sontak saja menghentikan langkahnya, berdiri mematung di tengah orang-orang yang meliukkan badan dengan suka cita.     

Musik yang masih mengiring keras, layaknya tak sedikit pun membuat pendengaran Nathan terganggu dengan hal lain, terlebih dengan suara yang membisik tempat di depan lubang telinganya.     

"Ku rasa kau tak ada pilihan lain untuk menjadi orang yang penurut pada remaja seperti ku. Hanya dengan satu malam pertemuan, aku sudah memegang rahasia mu."     

Nathan yang sontak saja melepaskan cekalannya pada lengan wanita itu, serentak sama dengan kekasih remaja itu yang sudah terabai.     

Kali ini tak lagi memutuskan tentang cara wanita yang bersama dengannya itu. Tanpa membalikkan badan, Nathan pun sontak menarik pria yang lebih muda itu untuk mengambil tempat nyaman untuk mengintrogasi.     

Mengikuti langkah yang di tuju, Nathan membelah lautan manusia masih dengan tarikan lengannya yang sama sekali tak di protes.     

Tepat di sudut terjauh dari lantai dansa, dengan permukaan tembok yang berisi gambar-gambar erotis dan juga lampu-lampu kecil yang menghiasi. Tak ada kesempatan untuk mencari tempat yang lebih nyaman.     

Nathan menghentikan langkah di sana, melepas tangan berkeringatnya yang tanpa di sadari masih menyentuh pria asing itu. Membalikkan badan, ia menyandar pada bagian pembatas dengan lengannya yang bersendekap.     

Keduanya hanya terdiam, remaja itu masih menaruh pandangan dengan sangat intens pada Nathan yang jauh lebih pendek darinya itu.     

Sedangkan Nathan yang masih menunggu pendahuluan, melirikkan pandang pada sekitarannya dengan kuku pendek ibu jarinya yang di gigiti. Masih pada batas sabar, sampai akhirnya ketukan waktu yang sudah berlangsung beberapa kali. Nathan benar-benar sudah muak dengan situasi.     

"Kenapa kau malah diam, bukankah kau akan menghina ku, lagi?"     

"Kalau di perhatikan lebih teliti, ternyata wajah mu sangat manis ya, paman?"     

Nathan yang mendongakkan pandang dengan bahunya yang terangkat, langsung saja menyipitkan kelopak matanya untuk mengamati remaja pria di hadapannya itu.     

Jelas saja menjadi tak habis pikir,     

pendengarannya bahkan sudah sangat siap dengan lontaran kata yang tak pantas untuk di terima, alih-alih dengan pujian menggelikan yang kali ini malah di dapatkan Nathan secara nyata.     

Menggelengkan kepala, bahkan lengannya sudah mengurut pelipisnya yang langsung berdenyut. Pandangannya jelas saja menghindar, tak ingin menatap remaja bau kencur yang pastinya akan membuat sejukur tubuhnya menjadi merinding.     

"Jadi kau bisa pria dan wanita? Bisa bertiga juga dalam satu waktu?"     

"Apa maksud mu?"     

"Kau yang berciuman dengan sangat dalam dengan seorang pria, masih bisa untuk mendekap seorang wanita seksi dengan sangat erat setelah itu. Jelas aku yang tak sengaja melihat rahasia mu ini, jadi menyangka macam-macam, kan?"     

Nathan sudah benar-benar tak habis pikir dengan ucapan remaja di hadapannya itu, setelah memberikan pujian lantas menarik topik yang sudah bisa di tebak sebelumnya. Dan menjadi tak habis pikir pula untuknya yang malah memberi ruang untuk menanggapi.     

Nathan pun lantas mendorong dada pria dihadapannya untuk memberi sedikit ruang. Menegakkan tubuh, telapak tangannya masih menepuk perlahan bagian tubuh remaja itu.     

Masih sangat malas untuk membuat kegaduhan dengan turut mengundang emosi, Nathan pun mengulas senyum yang terlewat lebar, bahkan sampai membuat kelopak mata itu melengkung dengan bagian dalamnya yang hanya nampak sedikit.     

"Pertama-tama, aku memang lebih tua dari pada diri mu. Tapi aku yakin tak sejauh itu sampai kau bisa memanggil ku paman."     

"Seumuran pria yang bersama mu tadi. Aku hanya berpacu dengan itu."     

Jawaban remaja di hadapannya itu jelas saja membuat raut yang di tampilkan baik oleh Nathan seketika saja lenyap. Tarikan garis wajahnya putus, bibirnya mengatup rapat dengan matanya yang melirik tajam.     

Remaja pria itu jelas saja meninggalkan kesan buruk untuk pertemuaan keduanya dengan Nathan, tak hanya ucapannya saja yang di permasalahkan karena melontar hinaan buruk, kali ini bertambah dengan lagaknya yang sok kenal.     

"Harusnya aku memang tak menanggapi orang asing seperti mu. Sungguh, aku bahkan sangat menyesal karena telah membuang-buang waktu ku untuk perbincangan tak berguna ini."     

Nathan pun mendorong pria itu dengan sangat kasar, membuat beberapa langkah kecilnya terpaksa tertarik menjauh. Tak ada gunanya untuk masih menempati posisi yang sama, Nathan sudah akan melenggangkan langkahnya untuk menjauh. Sebelum niatan itu harus sirna karena sebuah lengan menahannya. Bisikan yang lagi-lagi menyasar tepat pada pendengaran Nathan yang lantas memancing emosi.     

"Ku katakan, aku tau rahasia mu... Kau yang bisa untuk wanita dan pria dalam satu waktu. Ah ya, ku tebak pasti saat kau bersama dengan pria tadi posisi mu ada di bawah. Jika dengan wanita, apa kau hanya main gesek tubuh? Atau bahkan waktu bercinta mu langsung tiga orang? Saling memuaskan dengan satu dominan?"     

Plakkk     

Nathan memang sudah benar-benar geram. Emosinya yang coba untuk di redam, malah tersulut dengan sangat cepat akibat ucapan yang sama sekali tak beradab.     

Nathan langsung memutar tubuh, membuka telapaknya dan langsung melayangkan pukulan sekuat tenaga pada wajah yang sangat menyebalkan itu.     

Gurat kemarahan langsung di tampilkan, merah padam dengan otot di dahinya yang timbul. Pandangannya bahkan sudah sangat tajam, masih menyasar pada remaja yang lekas kembali untuk membalas tatapannya.     

Kedua lengan Nathan pun mengepal erat, jelas tak sudi dengan cengkraman milik pria asing dihadapannya itu.     

"Lepaskan tangan ku!"     

"Kenapa kau begitu marah hanya karena ucapan ku. Hei, aku hanya ingin coba untuk mengenal mu, paman..."     

Nathan yang masih memberontak, tak ingin berlebih dalam mengusahakan karena tenaganya tak cukup kuat untuk melawan. Telapak tangannya yang terkepal erat bahkan sudah terasa sakit saat bagian dari beberapa kuku panjangnya yang menancap, terlebih dengan cengkraman erat pria asing itu di pergelangannya.     

Dalam posisi itu, Nathan yang hanya bisa pada posisi sedikit miring, tubuhnya di dekat dengan paksaan. Wajah mereka hanya berjarak satu jengkal, napas yang menderu di balaskan masing-masing.     

"Hei, lihatlah! Itu yang bersama dengan Linda, tadi. Tak heran saja ia di tinggal, rupanya pria setampan itu tak suka payudara."     

"Hahha...."     

Percakapan dua wanita yang berjalan melewati posisi Nathan. Tak cukup menertawakan dengan sembunyi-sembunyi dan malah di usahakan melantang untuk menyaingi musik yang masih terdengar mendominasi.     

Remaja pria itu yang malah menertawai, tak pelak membuat Nathan mengulang geramannya.     

"Aku tak mengerti kenapa ada orang yang mengusahakan luka hanya untuk orang asing. Kau yang terlalu menyebalkan, ku rasa tak ada untungnya untuk mu menyimpan memori kemarahan ku,"     

.... Bisa ku tekan kan lagi. Kita hanya orang asing yang malam ini tak sengaja di pertemukan dalam kejadian yang tidak tepat,"     

.... Sungguh, aku akan memaafkan jika kau melepaskan tangan ku saat ini. Jangan mengorbankan diri terlalu besar hingga membuat mu di pandang buruk sama seperti yang kau lontarkan kepada ku."     

Nathan terus saja memberi peringatan, berharap remaja pria yang ada di hadapannya itu lantas mundur dan tak membuat ulah.     

Namun jelas saja sama sekali tak di gubris oleh sang lawan, pria itu malah sama sekali tak menjadi pendengar yang baik, alih-alih pandangannya yang menatap lekat pada gerak bibir Nathan yang memang tak jarang membuat orang-orang terpana.     

"Aku akan melepas mu, tapi tidak untuk pertemuan yang selanjutnya."     

Nathan pun memutar bola mata, menarik kode pada lengannya yang meminta lebih dulu untuk di lepaskan.     

Remaja pria itu yang malah balik membalas dengan kepala di telengkan dan satu alisnya yang terangkat. Praktis membuat Nathan yang memahami langsung menghela napas panjang.     

"Coba saja, karena tak akan ada lagi takdir gila yang akan ku sambut baik seperti kali ini," balas Nathan dengan senyum yang hanya menarik satu sudutnya, menyeringai.     

"Deal! Secara tidak langsung kau meragukan keyakinan ku yang sangat kuat ini. Demi apa pun, jika aku yang lebih dulu menemukan mu, memang benar-benar kau tak akan pernah ku lepaskan."     

Kali ini Nathan sudah benar-benar di lepas, meninggalkan bekas memerah yang tepat di cengkram dengan sangat erat.     

"Terserah apa anggapan mu," ucap Nathan yang masih mengamati pergelangan tangannya. Ya, perkara kaos panjangnya yang di gulung.     

"Sebagai awal permulaan, ku sampaikan dulu nama... Jevin."     

Remaja pria itu mengajukan lengan untuk di jabat, dan hanya tak mendapat lirikan tak minat dari Nathan.     

Sedikit nampak raut kecewa dari pria bernama Jevin itu, kali ini Nathan sama sekali tak mengerti sebabnya.     

"Aku akan menunggu hari itu tiba, kita yang akan saling mengenal nama masing-masing. Dan kau tak boleh ingkar untuk menyebutkan nama mu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.