Hold Me Tight ( boyslove)

Perpaduan yang mematikan



Perpaduan yang mematikan

0Max, nafsu gairahnya yang besar dan juga keposesifannya, benar-benar perpaduan yang dapat menghancurkan Nathan dalam satu waktu.     
0

Di rasakannya tepat hari ini, awal pandangan tajam yang mengobarkan niatan yang tak akan bisa terkendali. Aroma kejantanan yang bahkan sudah semerbak melingkup di bilik kecil yang menutup ruang privasi.     

Tak di kendalikan oleh Nathan sekali pun, layaknya ikut terserap dalam kubangan kenikmatan, sekujur tubuhnya bahkan sudah menggelinjang akibat bayang-bayang kehebatan pria berparas oriental itu.     

Diam untuk waktu yang sedikit lebih lama, keduanya masih membentuk pencapaian yang di inginkan. Nathan yang di desak sebagai penentuan akhir, pilihan tempat yang tak ada baiknya sama sekali. Baik di dalam mobil atau pun dapur dengan gangguan satu penghuni lainnya, kedua benar-benar sangat beresiko.     

Max masih menanti dengan baik, bahkan miliknya sudah benar-benar siap untuk bertempur. Ia yakin Nathan dapat melihat bentuknya, kejantanannya sudah menggembung.     

"Rasanya beberapa jam tadi aku memutuskan untuk menganggap hubungan yang menjerat kita ini adalah suatu yang bersifat rahasia, jelas dengan batasan yang terlihat. Ku rasa kau tadi sudah menyetujuinya, hingga datang pemicu yang membuat mu seperti ini. Menganggap ku hanya satu-satunya hanya milik mu."     

Nathan menarik senyum setelah mengatakan kalimat panjang lebar itu. Tubuhnya di sandarkan pada punggung kursi penumpang yang ditempati, membuat ketidak pastian saat lengannya yang malah menyelasar ke bagian paha dalam milik pria kaku di sampingnya itu. Mengusap-usap perlahan dengan jemarinya yang sesekali mencengkram.     

Max yang sontak saja menyeringai, mengambil posisi yang sama persis dengan Nathan. Membuang tisu yang terdapat noda darah, lengan kanannya terangkat untuk mengusap atas bibir Nathan yang masih terdapat bekas kemerahan. Pandangan keduanya kembali bertemu, masih dengan kesenangan masing-masing.     

"Max, katakan pada ku kenapa kau sangat mudah untuk memutar balikkan keadaan?"     

"Karena sejak awal aku yang memegang kendali, sayang... Aku yang mencintai mu hingga membuat ku tak bisa mentolerir siapa pun yang bisa menarik perhatian mu lebih dari ku, baik itu kekasih mu pria mu atau bahkan remaja pria tadi sekali pun."     

Mendengarnya, Nathan sontak saja memutar bola mata, lengannya sudah terlepas berganti untuk bersendekap. Topik pembicaraan yang malah di tarik Max menjadi semakin jauh, terlebih dengan pengingatan seseorang yang dengan bodohnya terlupakan. Sungguh, Nathan sangat menyesal karena melupakan Rian secara penuh akhir-akhir ini.     

"Kenapa diam, rindu kekasih mu?"     

"Apakah itu buruk? Seperti yang sudah kau mengerti sejak awal, jelas aku merindu, Rian masih menjadi kekasih ku sampai saat ini."     

Max pun terkekeh, lebih bisa di katakan menyeramkan terlebih dengan rahangnya yang di ketatkan setelahnya.     

"Dan kau ingin mengatakan jika saat bersama ku tak ada perasaan yang mampu menyainginya terhadap kekasih mu? Kau hanya menganggap ku sebagai selingan, kata familiar yang lebih baiknya adalah seorang selingkuhan?"     

.... Ah... Yang benar saja. Tapi di bandingkan sedikit kebanggaan ku karena selalu mampu mengendalikan mu, aku masih tak menerima bagian buruknya,"     

Max menghentikan ucapannya, hanya untuk memperhatikan lekat ekspresi Nathan saat ini. Hembusan napas yang saling menerpa balas masing-masing dapat di pahami posisi mereka saat ini.     

Nathan yang di buat tersentak, di kendalikan penuh dengan telapak tangan Max yang menakup rahangnya. Seakan tak bisa sedikit pun menjadi pengendali untuk membalas, terlebih dengan kata lanjutan yang di perdengarkan oleh sang dominan.     

..... Bibir mu ini tak bisa berhenti untuk terus berucap. Membuat ku sangat gemas untuk bisa meraupnya dalam ciuman ku yang brutal. Harusnya kau bisa menjaga diri mu untuk sedikit menyelamatkan posisi mu saat ini, bukan malah menabur kecemburuan ku yang semakin tak terbentuk."     

Cupp     

Tanpa pikir panjang, Max sudah melahap habis permukaan bibir yang di tekan ibu jarinya tadi. Seperti yang di katakan, jelmaan dominan aslinya telah mengambil kuasa penuh, tak sedikit pun memberi ampun, Max melesakkan lidahnya untuk meliar di dalam mulut manis milik Nathan.     

Upaya untuk melepaskan diri, Nathan yang meronta bahkan tak ragu untuk menarik surai kecoklatan milik Max. Demi apa pun, beberapa orang di luar yang di lihatnya sontak membuat cemas bukan main, terlebih dengan sorot cahaya warna-warni yang mampu menembus ke dalam posisi mesum keduanya, membuat semakin jelas.     

"Emmph.... Ishh..."     

Mustahil untuk bisa terlepas, malah yang ada Max makin menggelora untuk bisa di takuti. Membuat Nathan kesakitan dengan permukaan bibir bawahnya yang di gigit kuat.     

Hanya setelah Nathan memukul dada Max bertubi-tubi, pria jangkun itu baru melepaskannya walau masih mengambil peralihan yang lain.     

"Eughhh... Sudah... Tak bisa di sini, Max... Banyak orang..."     

Max pun melepaskan susupanya pada ceruk leher pucat milik Nathan, berkas kemerahan di tinggalkan di sana, cap gigitan taringnya yang masih basah dan mengkilap.     

"Jadi kau sudah memutuskan tempat?"     

Ucapan Max membuat Nathan menghela napas panjang, tubuhnya di sandarkan penuh dan masih menjadi kesempatan sang dominan untuk menikmati sentuhannya.     

"Baru saja membahas kekasih yang sangat ku rindukan, kali ini aku malah harus bertekuk lutut pada mu?" balas Nathan menertawai dirinya sendiri. Lengannya terangkat, memijat pelipisnya yang berdenyut sakit secara tiba-tiba.     

"Jangan memancing ku untuk membahasnya lagi, karena kau tahu kalau kau hanya mencari pengalihan untuk membuat niatan ku berubah,"     

Max menjeda ucapannya, mengusap keringat yang membanjiri dahi milik Nathan. Menyibak poni yang sudah hampir mengenai mata, dan menarik pandang pria menggemaskan dengan wajahnya yang memerah itu untuk saling bertatap.     

.... Ada saatnya kau bertemu dengan pria mungil pengganggu itu. Namun hanya untuk mengatakan kejelasan tentang hubungan kalian berdua yang kandas. Karena akhirannya, kau yang akan bersama dengan ku, sayang."     

"Dia masih menghubungi ku? Seberapa banyak dalam satu hari? Apakah kabarnya baik-baik saja?"     

Max mengulas senyum tipis, matanya kemudian mengerling untuk memberikan kode godaan.     

"Terlebih dari itu, kenapa kau tak mempertanyakan sendiri akibat kehadirannya untuk diri mu?"     

"Apa maksud mu, Max? Apa lagi yang tidak ku ketahui?"     

Nathan mendesak, telapak tangannya mencengkram kerah kemeja milik pria bernetra hijau keabuan itu.     

Max yang malah menunjukkan ekspresi yang menyebalkan, lantas melepaskan cengkraman Nathan begitu saja.     

"Waktunya sudah habis. Sesaat lalu adalah kebaikan ku untuk memberikan mu gambaran situasi saat ini. Tak lagi ada hak mu untuk memilih. Lecuti seluruh pakaian mu saat ini."     

Praktis saja Nathan membelalakkan mata, dengan mudahnya Max memberikan perintah memalukan untuknya di tempat dan situasi yang tak tepat.     

"Apa kau gila, masih banyak orang di sini."     

"Apa aku menyuruh mu untuk mengolok ku? Lagi pula, apa kau pikir mobil ku murahan sampai orang lain di luaran sana bisa mengintip kemesuman kita?"     

"Cih!"     

Nathan berdecih, namun seperti tak ada pilihan lain untuk bisa menolak perintah Max, seluruhnya ada dalam kendali pria berparas oriental itu. Memang tanpa di sadari, ia sudah terlalu menumpu beban hidupnya secara keseluruhan pada pria jangkun itu. Bahkan kali ini ada Lisa di antara mereka, Nathan benar-benar tak punya kuasa untuk sekedar memberikan penolakan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.