Hold Me Tight ( boyslove)

Sendiri



Sendiri

0Tak ada tujuan, kali ini Nathan kembali pada kendali mobilnya yang berjalan melintas jalan.     
0

Hiruk pikuk kota besar yang seperti tak ada habisnya dengan kesibukan orang-orang. Seperti konvoi dengan berbagai jenis kendaraan berada pada jalur yang sama. Saling sahut dengan bunyi klakson yang di perdengarkan. Berlomba untuk cepat sampai tujuan dengan menyalip di setiap ada cela sedikit pun.     

Namun berbeda halnya dengan Nathan, pria itu malah memang tanpa tujuan itu berjalan di lajur paling kiri dengan memacu mobilnya sangat pelan.     

Kepala Nathan sesekali menengok keadaan luar, lampu-lampu sudah sepenuhnya di nyalakan untuk membantu jelas pandang.     

Matahari yang menyinari bumi, akhirnya harus tergeser karena waktu yang sudah memerintah tugas pada bulan.     

Tak terasa hampir seharian ini, Nathan merealisasikan kemalasannya dengan kesendirian. Setelah pertemuan Nathan yang sangat singkat dengan Aki di rumah sakit, pria itu malah membawa oleh-oleh keresahan yang membuat pikirannya penuh.      

Suatu hubungan yang tentunya di dasari pada perasaan saling membutuhkan. Nathan masih berpacu dalam kalimat itu. Hal lainnya yang melibatkan terbentuknya hubungan pun masih belum di rasakannya sampai saat ini. Cinta.     

Nathan memang mempunyai Rian, pria yang menjadi kekasihnya. Namun setelah di pikir-pikir, entah kenapa hatinya masih sedikit meragu untuk menyisipkan hal itu pada hubungannya dengan Rian. Seperti masih dalam tahap yang sangat dasar untuk sampai pada kesimpulan yang di harapkannya.     

Nathan bukannya tak mengakui Rian dengan cinta, hanya saja melihat kenyataannya memang mereka masih terbilang sangat berjarak. Mereka masih tertutup satu sama lain, rasa memiliki hanya mengklaim tubuh untuk di nikmati saja.     

Percakapan singkat yang di senggol Nathan, tentang cinta. Kata kerja yang menurut Aki sangat merepotkan karena terlalu banyak membuang waktu untuk mendapatkannya. Ya, hal itu lantas di benarkan oleh Nathan detik ini juga.     

Lihatlah, dalam pikirannya yang semrawut dan sangat membutuhkan sosok kekasih untuk memberikan dekapan hangat dan sentuhan penenang pun tak lekas mudah untuk di tuju. Akhir-akhir ini kekasih mungilnya itu terlalu gesit untuk berpergian, tanpa kabar.     

Nathan sudah coba menghubungi banyak kali, namun sepertinya ponsel milik Rian sudah tenggelam pada dasar lautan. Sama sekali tak berhasil menyambung.     

"Sial!"     

Lagi-lagi mengumpat, pesan yang di ketikkan dengan sisa-sisa kesabaran itu nyatanya juga tak berhasil. Rian seperti hilang di telan bumi.     

Frustasi. Rasanya tempat yang sangat cocok untuk di datanginya kali ini adalah klub malam. Sendiri, mengeluarkan ekspresi gelisahnya tanpa seorang pun yang menemani.     

Menegak minuman yang di racik oleh bartender. Nathan memesan kadar alkohol yang cukup tinggi, sampai beberapa kali.     

Pandangannya menyasar ke sekeliling tempat yang ramai orang itu. Tubuh yang meliuk-liuk dengan menggoda, mereka seperti mencari rekan sesaat untuk bisa bersama-sama mencapai kenikmatan satu malam.     

Tertarik, Nathan pun seketika saja bangkit dari tempat duduk tingginya, membawa gelas yang masih terisi. Melenggangkan kaki di antara desakan orang.     

Bebas, Nathan pun coba merileks dengan menggerakkan tubuhnya seperti yang lain. Mengikuti irama yang di putar dengan temponya yang cepat. Pengeras suara pun seperti membuat gendang telinga jebol, dadanya juga menjadi bermasalah karena debarannya yang mengencang.     

"Hei, mau menari dengan ku?" tawar seorang wanita yang dengan lancang menyentuhi dada milik Nathan yang hanya terbalut kaos tipis itu.     

Pria yang mendongakkan kepala dengan netranya yang sengaja di tutup itu pun seketika saja terlonjak kaget. Sesosok wanita dengan pakaian yang ketat dan membuat payudara besar itu seperti tersumpal keluar untuk menunjukkan sebagiannya.     

Nathan seketika saja menimbang, bukan karena hanya penolakan untuk wanita itu saja, segerombolan wanita yang turut tersenyum dan melambaikan tangan padanya itu yang terpenting. Jika Nathan menolak wanita seksi, mereka semua pasti akan menggunjingnya sebagai pria gay.     

Mengulurkan tangan bebasnya untuk menggapai pinggang kecil wanita cantik itu. Nathan memaksakan dirinya untuk menjadi pria normal. Tubuhnya semakin di rapatkan dengan pandangan mata yang beberapa kali tertuju pada belahan dada itu. "Kenapa tidak, nona!" sahutan Nathan pun seketika saja di sambut girang oleh wanita-wanita yang terlihat sebaya dengan seseorang yang ada di dalam dekapan Nathan itu. Ya, tebakan Nathan benar jika mereka mengawasinya.     

Tubuh menggeliat wanita itu tak bisa di pungkiri untuk membawa Nathan pada kemuakan. Jari lentik dengan kuku-kuku panjangnya itu terus berusaha menggoda Nathan dengan sentuhan yang di maksudkan merangsang.     

Hanya menahan kebosanan sedikit lagi, setidaknya tak membuat wanita murahan di dekapannya itu merasa malu atas kawan-kawannya yang menjadi penonton itu. Ya, Nathan cukup baik, kan?     

Terasa semakin panas, rasanya setelan pendeknya itu tak cukup membantu, mungkin karena efek alkohol yang sudah memegang kendali. Namun tetap saja, kehadiran wanita asing yang seperti merayap pada tubuhnya itu menjadi alasan utama.     

"Huaa..." jerit seseorang yang sontak saja mengalahkan keriuhan musik.     

Nathan yang memejamkan mata itu lantas segera membukanya, sedikit penasaran. Pandangannya meliar ke sekeliling, tiba-tiba saja seseorang terdorong sampai membuatnya jatuh. Ya, rupanya wanita yang menari bersama Nathan itu sedikit memiliki respon lebih baik dari pria itu. Musik tiba-tiba saja terhenti, memberi pertanda jika sedang ada keributan yang terjadi.     

Dalam posisinya yang tersungkur itu, Nathan masih sempat-sempatnya untuk mengumpat karena gelasnya yang tiba-tiba saja kosong tak tersisa. Cairan memabukkan itu terbuang sia-sia.     

Nathan emosi, ia ingin sekali memberi pelajaran pada seseorang yang tak sopan dengan menabrak tubuhnya sampai jatuh seperti ini.     

"Hei, kau kemarilah! Nanti kau terkena pukulan mereka," jerit peringatan yang di tujukan pada Nathan, rupanya wanita yang bersamanya tadi itu sudah berkumpul dengan kawan-kawannya.     

Nathan pun segera saja menuruti, lengannya membantu tubuh untuk berdiri. Baru di sadari, lautan manusia yang tadi memenuhi ruang dengan liukan tubuh itu seketika saja berdiri tegang dengan merapatkan barisan, seperti membentuk tempat leluasa untuk sebuah pertunjukkan di tengah, termasuk ia yang ada di dalamnya.     

"Brengsek kau! Mata mu buta atau bagaimana? Wanita ini sudah setuju untuk menari dengan ku sebelumnya!"     

"Kau memangnya tak sadar diri, ya? Tampilan seperti mu, sangat jauh di bandingkan dengan diri ku. Dari pada malu lebih baik menyingkir saja!"     

Sahutan suara keras dari dua kelompok pria pertengkaran memang hanya berasal dari dua sosok saja, namun seperti hal biasa jika membawa pasukan masing-masing untuk meramaikan.     

Nathan pun tiba-tiba saja menyeringai, ia merasa sangat geli karena pertengkaran yang mempertaruhkan nama baik dan tubuh yang nantinya kesakitan itu, demi wanita.     

Bugh     

Bughh     

Bughhh     

Memulai keributan, pengunjung lain pun segera saja membuat antisipasi keselamatan dengan berlari keluar klub.     

Nathan memang niatnya seperti itu, hanya saja, pandangannya yang tak sengaja menatap satu sosok yang di kenalnya berada pada cekalan dua pria brengsek.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.