Hold Me Tight ( boyslove)

Kejadian tak terduga



Kejadian tak terduga

0"Lepaskan dia!"     
0

"Dia milikku sekarang!"     

Di balik kericuhan dengan dua kelompok yang saling serang. Wanita yang satu-satunya terjebak dalam posisi di perebutkan.     

Wanita yang seperti sangat ketakutan dengan air matanya yang meleleh turun dan membasahi pipi.     

Dua kubu yang saling serang itu pun seolah menjadi latar belakang. Pandangan Nathan terfokus pada satu sosok yang dengan pasti di kenalnya itu.     

Melangkah kakinya cepat sebagai penyelamat, Nathan pun mendekat pada titik permasalahan dan menantang sok jagoan. "Lepaskan dia!" sentak Nathan memerintah kedua pria yang mencekal masing-masing lengan wanita itu.     

Kedua pria yang seperti berperan sebagai pemimpin dari masing-masing kelompok itu pun sontak saja menyasar tatap pada Nathan.     

Ya, situasi yang harusnya di hindari Nathan saat ini. Walau kedua orang pemimpin itu nampak pengecut dengan saling rebut seperti bocah, tak bisa lantas membuatnya tutup mata dengan banyaknya anak buah penurut itu.     

Namun karena sudah terlanjur bergerak sesuai dengan keinginan hati, Nathan pun merelakan wajah yang nantinya akan lebam.     

Ya, demi orang yang di kenal namanya itu.     

"Nathan! Kau datang? Tolong selamatkan aku... Aku tak menyukai dua orang ini," pekik wanita itu dengan suaranya yang sangat keras. Menemukan setitik kelegaan dari raut wajah wanita itu, Nathan pun lantas memberikan senyuman seraya dengan kepalanya yang satu kali terangkat.     

"APA KAU BILANG?!"     

Tak terima dua orang pria yang memperebutkan itu langsung saja mendesak penjelasan dengan kompak mengalihkan pandang pada wanita di tengah-tengah mereka itu, netra yang semula menatap Nathan tajam pun mengalih sasaran.     

"Lin! Bukankah saat ini aku adalah kekasih mu?"     

"Hei, kau jangan mengada-ngada! Jelas aku yang datang bersama dengannya!"     

Lagi-lagi beradu argument, Nathan yang mulanya bersiap dengan memasang kuda-kuda jika saja mereka menyerangnya pun membuatnya kembali pada posisi santai, hal itu tak terjadi. Sudah di pastikan jika kedua pria dengan tampilan necisnya itu sangat cupu.     

"Dari kalian jelas tak ada yang di pilih," ucap Nathan yang segera saja mendapatkan atensi.     

"Apa kau bilang?" ucap pria yang mencekal lengan kanan wanita itu.     

"Yang Nathan katakan benar, diantara kalian berdua tak ada yang ku pilih!" timpal wanita itu mendului. Tubuhnya meronta dengan lengan yang di paksa untuk bisa terlepas.     

"Ku rasa kau hanya datang sebagai pahlawan. Supaya perjalanan mu kemari tak sia-sia, biar ku tunjukkan pada mu akibat dari suka ikut campur masalah orang lain," ucap pria yang mengenakan kemeja polos berwarna merah maroon itu.     

"Hei, kalian! Habisi dia!" titah lanjutannya.     

Beberapa orang yang mendengar perintah pemimpinnya itu pun seketika saja meninggalkan lawan mereka yang kini malah menggaruk belakang kepala yang tak gatal, menilik kode dari pimpinan kubu mereka yang malah hanya diam. Dengan wajah yang penuh lebam, mereka pun istirahat dengan berjongkok dengan barisan sejajar.     

Beralih menyerbu Nathan, lima orang sekaligus. Pengeroyokan itu lah yang kali ini menjadi tontonan.     

Nathan melawan dengan cukup tangkas, tak sia-sia ilmu otodidak yang di dapatkannya saat tawuran antar sekolah semasa menengah atas.     

"Akhhh.... Tidak-tidak, jangan!" jerit wanita itu untuk melepaskan Nathan dari lingkaran penyiksaan.     

"Berhenti! Atau kalian ku laporkan pada polisi!"     

Terlambat, beberapa pria dengan seragam hitam-hitam itu baru saja hadir saat Nathan sudah penuh dengan lebam. Brengsek memang!     

"Nathan... Terimakasih telah menyelamatkan ku. Kau baik-baik saja?" tanya wanita yang merangkul lengan kanan Nathan.     

"Aku baik-baik saja," balas Nathan berusaha untuk tak mengumpat.     

Ya, Nathan kesal dengan wanita yang di kenalnya ini, bagaimana bisa ia terlibat pada dua orang pria yang sama-sama membuat pengakuan jika keduanya adalah kekasihnya?     

Wanita itu rupanya sangat sangat ahli memikat banyak pria.     

Mereka melangkahkan kaki keluar dari klub malam, kedua kubu yang perusuh itu di giring untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Beberapa nominal uang mungkin dapat menempuh jalur damai. Ya, memang di haruskan ganti rugikan?     

Ah tidak-tidak! Bukan pelanggan yang kabur, mungkin hanya denda untuk beberapa barang rusak saja, nyatanya orang-orang yang lari tunggang langgang itu masih menunggu di depan pintu masuk. Keributan yang telah selesai di lanjut liukan tubuh lagi.     

"Ehm... Kau tunggulah di sini dulu, sebentar," ucap Nathan membujuk wanita berambut sebahu itu untuk melepaskan dirinya sejenak.     

"Huh? Kenapa begitu? Kau mau kemana, Nath?" desak tanya wanita yang kini malah makin mengeratkan cekalan tangannya pada Nathan.     

"Sebentar saja, aku tak akan meninggalkan mu," ucap Nathan dengan nada suaranya yang di pertegas, lengannya menarik lepas milik wanita itu.     

"Jangan lama-lama ya, Nath! Aku takut."     

Mengangguk singkat, Nathan pun membuat jarak sedikit jauh dari tempat wanita itu.     

Nathan mengeluarkan ponsel miliknya yang ada di saku, menggulirkan layar pada pilihan kontak yang telah terblokir sebelumnya. Ya, Nathan terpaksa menghubungi pria raksasa yang menyebalkan itu. Ia tak ingin di repotkan dengan kehadiran adiknya. Wanita itu adalah Cherlin, adik dari Maxime Nandara.     

"Sungguh, kau yang menghubungi ku lebih dulu? Katakan alasan mu, Nath! Aku akan segera datang dan menemui mu saat ini juga," ucap balas seseorang yang jauh di seberang sana. Seperti merupakan hal yang sangat tak di mungkinkan, Max bahkan melupakan salam sapaannya terlebih dahulu.     

"Kau jangan terlalu banyak bicara. Aku terpaksa menghubungi mu. Adik mu bersama ku saat ini," ucap Nathan dengan suara yang mendesis, ia merasa sangat jijik dengan Max yang mengaku menyukainya itu.     

"Kenapa kau bisa bersamanya?" tanya Max yang kini berubah sangat serius.     

"Tak usah banyak bicara! Segera kau bawa adik mu ini pergi dari ku!"     

Perintah Nathan yang segera saja menutup panggilan komunikasinya, ia lantas mengetikkkan sebuah pesan berupa alamat tempatnya saat ini.     

"Kau sedang menghubungi siapa, Nath?"     

"Seseorang," balas Nathan singkat.     

Nathan pun membawa Cherlin untuk duduk di atas kap mobil miliknya, bersisihan, mengabaikan tatapan tanya dari wanita itu.     

Di harapkan Max untuk segera datang, Nathan sungguh tak nyaman berdekatan dengan Cherlin yang secara perlahan mendekat dan menyandarkan kepalanya pada dada Nathan itu.     

Hitungan lama, sampai akhirnya sebuah mobil berhenti tepat di depan mereka. Max yang keluar dengan seorang pria lain yang mengikuti.     

"Menyusahkan!" handik Max saat pandangannya menatap sang adik yang kebingungan.     

"Mas Riki, bawa Cherlin pulang bersama mu!" titah Max.     

"Baik tuan!" Pria yang mendapatkan perintah itu pun segera saja menarik lengan sang nona untuk bersamanya.     

"Tidak! Aku mau bersama dengan Nathan saja!" tolak Cherlin dengan memberontak.     

"Tidak, kau harus segera pulang dan beristirahat. Begitu juga dengan Nathan," ucap Max yang tak bisa di bantah.     

"Brother jangan begitu... Aku saat ini sedang merasa sangat tertekan dengan keadaan yang membawa ku dalam permasalahan di dalam tadi, mereka saling pukul hanya karena memperebutkan aku. Oppss!"     

"Baguslah, tanpa di desak rupanya kau sudah sangat sadar untuk mengakui kesalahan mu itu."     

"Mas Riki, bawa Cherlin pulang dengan hati-hati," perintah Max yang memisahkan kesenangan wanita itu.     

"Brother jahat! Aku hanya ingin dekat dengan Nathan!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.