Hold Me Tight ( boyslove)

Di ujung keputusan



Di ujung keputusan

0Cinta buta, rasanya hal itu yang kini menimpa seorang pria yang mengelus surai lembut sosok mungil yang tengah menangis tersedu.     
0

Berbaring dengan tubuh saling berpelukan berada di ranjang empuk. Menjadi pria baik dengan mengesampingkan permasalahan hatinya yang juga hancur berkeping-keping.     

Bagaimana tidak, setelah sekian tahun menjadi pengharap cinta dari seorang yang menarik perhatiannya itu lantas tak sedikit pun bersambut dengan kata balasan saling cinta yang di keluarkan pada lubuk hati yang terdalam. Usahanya yang sampai menghilangkan keindahan lain yang mengusiknya itu tak juga membuahkan hasil. Cintanya masih saja di tolak.     

Pria dengan sorot matanya yang sendu, cukup tampan dengan perawakannya yang atletis seperti idaman banyak wanita. Berwajah lugu dengan senyum tipisnya yang sangat menenangkan, harusnya ia dengan mudah mendapatkan cinta baru untuk mengalihkan kesedihannya. Mengalihkan harapan palsu yang terus saja di sodorkan padanya.     

Dia Ilham, sosok pencinta seorang Rian dengan menyertakan tulus di setiap tindakannya. Seorang pria yang rela di beri gelar atas kebodohannya yang tak kunjung beranjak pergi meski berkali-kali merasakan kesakitan.     

Pria yang tumbuh besar di sebuah panti asuhan, Ilham kecil sadar jika dirinya bukan sosok seorang anak yang diinginkan. Hidupnya yang dulu memang sangat tertutup, tak ingin dekat dengan siapa pun kecuali hanya ibu panti yang merawatnya sejak kecil itu.     

Ilham dulu suka bermain sendiri, berlarian terlalu jauh hingga membuatnya tak sengaja memasuki kawasan elite yang memang berada cukup jauh dengan panti asuhan, tempat tinggalnya. Merasa sedikit takut saat segerombolan pria dewasa dengan setelan pakaian hitam yang menggiring seorang anak kecil yang tengah menangis tersedu. Wajahnya sangat merah, dengan punggung tangan kanannya yang terus mengusap mata basahnya.     

Dari sekian banyak orang itu, tak ada satu pun yang berbelas kasihan dan mencoba menenangkannya, Ilham kecil itu tiba-tiba saja merasa sangat geram. Pandangannya yang menatap lutut pria kecil yang berdarah. Ilham seketika saja berlari mendekat, namun tak bisa sampai untuk berhadapan dengan anak kecil yang tengah menangis itu, sebuah gerbang tinggi menghadangnya.     

Berawal dari kejadian itu, Ilham menyadari jika tak akan mudah untuk mendekati sesosok pria kecil menggemaskan dengan pakaian olahraganya itu. Ilham yang memang mengetahui perbedaan status itu pun lantas saja merubah diri sebaik-baiknya, Ilham kecil ingin di adopsi oleh keluarga kaya supaya bisa mensejajarkannya dengan pria kecil yang masih tak di kenalnya itu.     

Ya, Ilham memiliki ketertarikan sesama jenis pada saat itu. Hanya pria kecil dengan tangis kencangnya. Ilham kecil merasa ingin dekat dan menghiburnya agar pertemuaan mereka nanti di isi oleh tawa setiap saat.     

Berhasil, Ilham berhasil mengupayakan tindakan terbaiknya untuk menarik minat pada sepasang suami istri yang berkunjung. Memang bukan hal mudah, semua anak sebayanya juga memiliki keinginan yang sama sepertinya. Beruntung, hasil dari bujukan ibu panti yang memang sebelumnya di mintai tolong oleh Ilham itu membuatnya mendapatkan keluarga kaya.     

Memiliki satu orang saudara pria yang merupakan anak kandung dari mama papanya itu, seorang pria yang dua tahun di atasnya. Dante, pria yang selalu saja menatapnya dingin.     

Memang bukan hal mudah untuk menjadi pria ceria dan bersikap penurut pada orang tuanya itu. Namun Ilham terus saja berusaha, pantang menyerah meski Dante terus saja bersikap dingin seolah menolak kehadirannya.     

Hanya demi pria yang menarik perhatiannya. Awalnya memang tak bisa membuat rencana Ilham berjalan mulus, rupanya setelah pengangkatannya sebagai anggota keluarga, sepasang suami istri itu memboyongnya serta keluar kota, selama nyaris satu bulan. Rasa sabar dan juga harapannya yang tak sekali pun terputus, akhirnya menemukan takdir dengan pertemuan mereka di sekolah yang sama, dengan Ilham yang kembali tinggal di kawasan elite tempat tinggal pujaannya itu.     

Ilham mendekati Rian terlebih dahulu. Ya, remaja yang memiliki tubuh sangat kecil dengan hidungnya yang selalu nampak merah itu rupanya memiliki usia sepantaran dengannya. Rian memang tak mudah untuk di ajak bergaul, pria kecil itu selalu saja berjalan menghindar atau pun menundukkan kepalanya dalam, untuk mengusir.     

"Hei, Ri! Kalau mau berlari itu gerakkan kaki mu yang gesit! Kalau jadi seorang pria itu yang kuat!"     

"Jangan mengatakan hal itu pada anak mama, nanti dia menangis. Huhuhu... Hahah..."     

"Aku tidak punya mama."     

Ya, awal emosi Ilham di uji. Saat dimana siswa-siswa di kelasnya mengejek Rian lemah hanya karena larinya yang mencapai garis akhir paling belakang. Ilham kecil lantas memakai kekerasan dengan memukuli siswa pria bermulut tajam itu. Hukuman dan juga peringatan keras orang tuanya pun menimpanya. Namun Ilham masih tak menyesal sedikit pun dengan tindakannya itu.     

Ilham membuat kesimpulan, jika Rian yang awal pertemuannya menangis dengan kostum olahraga itu karena memang tak menyukai hal itu. Mama, panggilan yang seperti tak bisa di dapatkan oleh Rian yang menangis di lapangan kala itu. Ilham kecil mengingat dua hal itu yang paling utama.     

Mendekati Rian bukan hal mudah, rupanya pria itu sangat pendiam dengan kebanyakan siswa lain yang mengoloknya cengeng dan anak manja. Namun karena berbekal tekad bulat dengan kesempatan yang tak ingin di sia-siakan, Ilham terus maju pantang mundur.     

"Hahah... Aii! Resletingnya belum di tutup!"     

Tawa Rian untuk pertama kali, saat mereka dekat terhitung dua bulan lamanya. Sungguh, memori itu tak akan pernah di hapus oleh Ilham, kenangan yang sangat indah dengan respon bahagia Rian untuk pertama kalinya, setelah sekian lama.     

"Bermain terus di dalam kamar. Hanya berbaring dan saling tatap dengan tawa keras setelahnya. Kalian sungguh mengganggu!"     

Mereka bertambah dekat, sampai tahun-tahun berlalu. Dante yang terus saja datang mengusik untuk mengomentari kedekatan mereka yang tak wajar itu pun lantas di abaikan, di anggap sebagai angin lalu.     

Mengungkapkan perasaan, Ilham sudah mengutarakannya sejak mereka awal memasuki tingkat pertama sekolah menengah atas. Waktu itu Rian memberinya jawaban menggantung, ia hanya tersenyum lebar dengan lengannya yang menepuk pelan dada milik Ilham.     

Pria itu tau jika Rian tengah menolaknya secara halus. Namun sedikit pun, tak membuat Ilham patah hati. Ya, ia masih beranggapan jika ia masih kurang berusaha untuk menarik hati Rian, seorang anak yang tumbuh menjadi remaja pria yang sangat cantik.     

"Aku akan belajar di luar negeri, Aii! Kita tak bisa bertemu untuk beberapa waktu," pamit Rian yang pagi itu bertamu ke rumah yang di tinggali Ilham pagi-pagi sekali.     

"Bagaimana bisa kau meninggalkan ku, Ri!" marah Ilham dengan air matanya yang berlinang, memeluk erat tubuh kecil itu pada dekapan eratnya.     

Menghilangkan gengsi sebagai pria yang telah lulus dari bangku sekolah menengah atas itu.     

"Tapi aku harus menuruti perintah kakek, Aii... Aku juga tak ingin meninggalkan mu, setelah kedekatan kita selama ini," balas Rian yang membasahi kaos rumahan yang di kenakan oleh Ilham, di bagian dadanya.     

"Kalau begitu jangan pergi, kau harusnya tau jika aku masih dalam tahap mengusahakan cinta mu sampai saat ini," ucap Ilham yang seketika saja menarik lengan kecil itu untuk beranjak dari ambang pintu depan rumah Ilham, mencari tempat yang sedikit tersembunyi, di bagian samping rumah dengan pohon besar yang ada di dekatnya.     

"Maafkan aku, Aiii... Aku tak bisa membalas cinta mu," ucap Rian dengan air mata yang tak berhenti untuk meleleh menuruni pipi tirusnya.     

"Tapi kenapa tak bisa? Apa alasannya? Apa aku sama sekali tak menarik untuk mu?" desak Ilham dengan lengannya yang makin erat mencekal bahu ringkih pria itu.     

"Kata kakek, itu bukan hal yang benar, Aii... Pria dan pria, itu sangat mustahil untuk bisa menjadi selamanya."     

Terjawab sudah, Ilham seketika saja mengerti alasan Rian sesungguhnya. Bukan karena Rian yang tak menyukainya, tapi karena halangan dari kakek Rian. Lega, Hari perpisahan itu sedikit membuat Ilham bernapas lega. Ilham berpikir jika mendapatkan Rian bukan hal yang mustahil, hanya perlu meyakinkannya saja.     

"Ri, berjanji padaku! Tunggu aku datang dengan membawa keyakinan penuh jika hubungan sesama jenis masih mungkin terjadi. Aku akan mendatangi mu ke sana. Di luar negeri bisa bebas," bujuk Ilham.     

"Itu tak mungkin terjadi, Aii... Orang-orang dari kakek ku akan terus ada untuk mengawasi ku," cegah Rian dengan raut wajah yang seperti sangat ketakutan.     

"Lalu, kau hendak mengusir ku menjauh? Begitu, Ri?" tanya Ilham dengan suaranya yang tiba-tiba saja sangat dingin. Lengannya yang memegang bahu Rian pun lantas terlepas.     

"Bukan seperti itu. Aii... Sesungguhnya aku sangat takut jika membuat mu terjerat pada ku semakin lama. Kau akan menghabiskan waktu untuk hal yang sia-sia. Kita tak mungkin," ucap Rian yang kemudian menggenggam erat lengan milik Ilham.     

"Bisa. Aku akan terus memperjuangkan mu! Aku tau kau hanya merasa ragu dan takut melangkah dengan segala doktrin buruk dari kakek mu itu. Kau hanya perlu diam saja, biar aku yang berusaha."     

Keyakinan Ilham itu pun makin membuat Rian sedikit merasa berani. Kepala yang mengangguk dengan senyum tipis tubuh berjauhan mereka pun menjadi perpisahan Ilham dengan Rian. Ya, kakek Rian ada di sana, Ilham tak bisa memberikan pelukan di detik akhir perpisahan mereka.     

Sampai dengan Ilham yang saat ini menjelma menjadi pria matang. Rupanya usaha keras sampai meluangkan banyak waktu untuk membayangkan pria mungil itu menjadi miliknya hanya sebuah mimpi yang tak akan pernah terwujud.     

Saat pria yang kini hadir di dekatnya, di pelukannya, hanya sebuah pemilik hati yang tak bisa di tembus. Perjuangan yang memakan waktu sampai bertahun-tahun, apakah harus segera di akhirinya dengan segera?     

Rian menangis karena kekasihnya yang hanya mengabaikan beberapa saat, lalu bagaimana dengan perasaan hancur Ilham yang seperti tak bisa di bangkitkan lagi, ini?     

Cintanya yang bertahun-tahun di sertai usaha keras, apakah setara dengan milik kekasih Rian yang datang menyerobot di tahun-tahun terakhir?     

Sungguh, haruskah Ilham menyerah pada cinta gilanya pada Rian? Sedangkan di sisi yang bersamaan seseorang mendesak untuknya dekat, karena suatu kondisi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.