Hold Me Tight ( boyslove)

Bertemu sosok baru



Bertemu sosok baru

0Nathan menghentikan mobilnya pada tempat sepi dengan sekitaran yang hanya terdapat pohon-pohon rindang. Sedikit berjarak dengan seorang wanita di seberangnya itu. Wanita yang membelakangi dengan masih usahanya untuk memanjat tembok pembatas yang nampak setinggi dadanya itu.     
0

Pandangan Nathan hanya terus tertuju pada wanita itu, sesekali malah tawanya menyembur, sosok asing itu berkali-kali gagal dalam usahanya dan berakhir jatuh terjungkal ke atas aspal. Jerit umpatan dari wanita itu bahkan sayup-sayup terdengar di pendengar Nathan. Pria yang saat ini sudah menghilangkan sedikit kesedihannya itu masih saja tak bisa menebak hal apakah yang akan di lakukan oleh wanita konyol itu.     

Melihat wanita yang kini melepaskan alas kakinya. Hoodie tebal yang membalut tubuhnya pun lantas di tanggalkan, menyisahkan kaos lengan pendek dan juga celana panjang yang membalut kaki kurusnya. Semua di hempas ke aspal jalanan yang kotor.     

Kali ini Nathan menghilangkan senyum, dahinya berkerut dalam dengan berbagai kemungkinan yang hadir di benaknya tentang tingkah tak jelas wanita itu.     

Suara air, kenapa Nathan mendengar suara air? Kali ini sudah tak bisa di benarkan lagi. Hanya menjadi pengamat dari jauh dengan tawa yang sesekali tak keluar, wanita itu bisa saja kehilangan nyawanya!     

Ya, baru di sadari jika wanita yang telah berhasil memanjat tempat yang lumayan tinggi dengan kedua lengannya yang di buka lebar itu hendak melakukan percobaan bunuh diri dengan menghempaskan tubuhnya ke dalam perairan.     

Nathan yang segera keluar dari mobilnya itu pun melarikan dirinya dengan cepat. Menjadi orang baik harusnya sesekali di lakukannya. Terlebih suara mendengung dari dalam ilusinya itu sudah menjadi pertanda jika hidupnya masih di jaga oleh sang Kuasa. Bisa saja ini menjadi pertanda untuk dirinya menjadi penyelamat orang lain.     

"Hei, jangan berdiri di situ... Nanti kau bisa jatuh," ucap Nathan setelah sampai di jarak dekat dengan wanita yang membelakanginya itu. Napasnya yang menderu itu masih berusaha di atur. Rasa cemas pun juga ikut-ikutan hadir, bagaimana kalau wanita itu tak mengindahkan ucapannya dan malah memilih terjun dari atas ketinggian ini? Nathan tak ingin menjadi saksi seseorang yang bunuh diri nantinya. Lagi pula ini merupakan hal yang pastinya melekat dalam memori, Nathan tak menginginkannya, hidupnya sudah sangat menderita.     

"Pergi kau! Tinggalkan aku sendiri! Hikss...." balas wanita itu tanpa ada sedikit pun keinginan untuk menolehkan pandang pada Nathan. Kali ini suara tangis wanita itu makin mengencang. Nathan dalam posisi yang membingungkan untuk menjadi sosok baik. Memilih mundur dan menjadi sosok tidak peduli pun bukan waktu yang tepat untuk saat ini. Hidup seseorang di pertaruhkan, Nathan tak bisa begitu saja menyepelekan.     

"Kau tidak bisa menjadi manusia yang patah harapan seperti ini, hidupmu masih panjang... Banyak hal baik yang akan menanti mu di hari esok," bujuk Nathan yang tak sesuai dengan pengalaman pribadinya sendiri. Nathan yang saat ini berada dalam lingkup kesedihan pun tak ubahnya memiliki posisi sama dengan wanita itu. Mengendalikan mobil dengan sangat kencang saat emosinya yang sama sekali tak bisa di kontrol, bukankah Nathan juga ingin memasrahkan hidupnya sesaat tadi?     

"Kau sama sekali tak mengetahui betapa sulitnya hidup ku. Seorang pun tak ada yang peduli dengan ku. Pria yang begitu sangat ku cintai, dia tak membalas cinta ku. Kali ini campur tangan Tuhan yang ikut menjadikan ku manusia paling menyedihkan. Mama ku baru saja meninggal, dan kali ini, masalah yang berat juga menimpaku, hadirnya janin yang ku kandung, sama sekali tak ku harapkan!" jerit wanita itu penuh dengan rasa frustasinya.     

Nathan yang sebagai sosok pendengar pun lantas merasa sangat miris. Ya, ia seperti sangat sedih. Dengan segala kemelut permasalahan wanita itu, Nathan tak ada bandingannya. Pria itu tak ubahnya seperti seorang anak kecil yang merengek meminta perhatian. Rasa malu pun seketika saja melingkupnya, hanya karena perhatian yang di dapat dan perasaan irinya pada orang. Sangat tak sebanding dengan kefrustasian dari pria dewasa itu.     

Tak bisa di biarkan, wanita itu adalah sosok hebat. Kebahagiaan yang masih belum waktunya untuk mendatangi, Nathan harus membantunya keluar dari akhir derita yang menamatkan kisah wanita itu.     

Tanpa pikir panjang, pria dengan penuh ketekatan itu pun menarik pergelangan milik sang wanita. Sosok asing itu pun sedikit goyah dan malah masih mempertahankan dirinya berada dalam batas bahaya. Sungguh, bahkan sampai dalam pertolongannya secara langsung itu pun masih tak bisa untuk membujuk lepas, niatannya untuk terjung bebas dari ketinggian masih saja keukeh di pertahankan.     

"Sungguh, aku tak ingin membuat mu menjadi saksi hidup keputus asaan ku pada dunia. Hikks… Kita asing, kau tak usah bertingkah menyebalkan seperti ini!" jerit wanita bersurai hitam panjang berwarna hitam itu. Hembusan napasnya yang sontak menderu, Nathan tau jika wanita itu yang sedang depressi itu sedikit goyah dengan kehadiran dirinya yang di anggap mengganggu.     

Saat lengannya sudah tak berpengaruh sebagai penahan, pria itu pun segera memeluk kedua kaki milik sang wanita, mendekapnya dengan sangat erat.     

"Kau terjun, sama saja ikut menarik ku," balas Nathan yang memberikan penawaran terberat untuknya.     

"Lepaskan aku! Aku ingin mati saja…!" teriakan wanita itu makin tergelam setelahnya. Nathan yang lelah lantas memaksakan diri. Meletakkan satu lengannya di perut wanita itu dan yang lainnya ada di paha atasnya. Menarik mundur tubuh wanita tinggi itu dan menahannya. Tinggi pembatas yang di tempati itu jelas saja menjadi kendala, Nathan harus menambah posturnya dengan kaki yang berjinjit. Saat pertarungan beban dengan wanita itu yang terus saja meronta, pria itu pun lantas memilik untuk mengorbankan dirinya.     

Brakk     

"Ishh… Ini sangat sakit. Hei, tulang ekor ku rasanya patah. Bisakah kau bangkit dari atas tubuh ku?" keluh Nathan saat tubuhnya terpaksa terjungkal ke belakang. Memperkiraan posisi supaya kepalanya yang terbentur terlebih dulu, Nathan pun lebih memilih tumpuan bawahnya yang tersumpal sedikit lemak. Namun memang karena seseorang yang bertubuh bongsor jatuh menimpanya, hal itu tak di prediksi. Nathan mengorbankan kesakitannya untuk menolong seseorang, bukankah itu berbuatan yang mulia?     

"Ah, ya! Maafkan aku… Sungguh, aku tak mengira kau benar-benar berniat untuk menolong ku," balas wanita itu dengan lengannya yang terulur, membantu Nathan untuk bangkit dari baringannya.     

"Kau pikir aku hanya basa-basi dalam membujuk mu? Atau hanya datang dan mengorek masalah mu lantas menjadikannya sebuah cerita di social media? Yang benar saja… Aku bukan orang yang berpikiran sesempit itu, sebisa mungkin jika aku bisa menolong. Meski begini aku adalah kawan yang cukup setia dan memiliki kebaikan hati yang tulus menurut orang-orang terdekat ku."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.