Hold Me Tight ( boyslove)

Bertemu sosok baru (2)



Bertemu sosok baru (2)

0"Rumah mu dimana, biar ku antar," ucap Nathan setelah ia membawa wanita itu untuk memasuki mobilnya yang terparkir di seberang jalan. Ah tidak, lebih tepatnya wanita asing itu lah yang membantunya untuk memasuki mobil milik pria itu, langkahnya yang kepayahan pun di bantu papah oleh sosok baru dalam pandangannya itu.     
0

"Hei, kau tak apa, kan?"     

"Menurut mu? Ishh…" balas Nathan yang setelahnya meringis kesakitan. Bantalan empuk di kursi mobilnya seperti tak membantu. Gerakan tangannya untuk menyalakan mobil seketika saja terhenti. Kepalanya di hempas ke sandaran dengan kedua matanya yang terpejam. Bibirnya masih saja meringis.     

"Apakah aku yang sepenuhnya salah? Kau bisa saja menjadi pura-pura buta dan menancap mobil mu dengan kecepatan lebih tanpa harus mempedulikan wanita gila yang hendak bunuh diri seperti ku!"     

Sontak saja Nathan terdiam. Ya, memang menjadi tak tau apa-apa jauh lebih aman dan tak terbebani, namun saat rasa empatinya yang tiba-tiba muncul, ia bisa apa selain menurut?     

Pandangan mereka pun bertemu, saling meneliti dan menggaris ciri khas tersendiri dari tampilan wajah masing-masing. Wanita yang seperti tak sedikit pun terkena polesan make up, bibirnya yang pucat dengan permukaannya yang sampai mengelupas, bulir keringat yang ada di dahinya pun melengkapi. Tak ada yang spesial darinya, namun sebagai pria, Nathan cukup menyimpulkan jika wanita itu sangat cantik secara alami.     

Sedangkan dalam pandangan wanita itu, kesan baik penyelamatnya langsung menonjol. Keduanya berkesimpulan sama, tak ada ketertarikan minat seperti drama percintaan yang selalu berpacu pada pandangan pertama. Pertemuan mereka yang juga tak terduga dengan momen yang menegangkan, juga tak berpengaruh.     

"Hahah…"     

Keduanya sontak menyemburkan tawa tanpa alasan. Pikiran mereka yang seperti terhubung membuat keduanya tiba-tiba saja merasa sangat nyaman.     

"Kau sangat gila, kenapa tertawa?"     

"Kau juga, kenapa mengikuti ku?" balas Nathan yang kemudian menyandarkan tubuhnya lagi. Kali ini sudah sangat mereda, rautnya tegangnya beberapa saat lalu seketika saja sirna.     

"Jalan perkampungan kecil, kalau-kalau kau masih berniat untuk mengantarkan ku pulang."     

Nathan yang mendengarnya pun segera lepas dari kenyamananya sesaat, yang lebih utama adalah wanita asing yang ada di sampingnya itu, ia tak akan mengambil resiko lagi jika tiba-tiba saja wanita di bangku penumpangnya itu di masuki oleh roh-roh jahat lagi dan berbuat yang lebih buruk.     

Menarik pedal gas dan memacu kendaraannya dengan kecepatan normal. Di sepanjang perjalanan mereka hanya bungkam, tak menemukan topik yang pas untuk bisa di bicarakan antar sesama orang berstatus asing itu.     

Keluar dari jalanan sepi dengan hutan rimbun, Nathan tiba-tiba saja merasa penasaran dengan kemunculan wanita yang seorang diri. Tak ada kendaraan yang di gunakannya, sedangkan angkutan umum tak mungkin sampai melalui lajur ini. Lantas, bagaimana bisa wanita itu ada? Apakah ada jalan pintas tersembunyi? Apakah wanita itu sampai rela berjalan kaki sedemikian jauh hanya untuk memastikan jika rencananya tak terhalang?     

Nathan pun berusaha membungkam mulutnya yang ingin bertanya banyak hal. Di saat seperti ini, bukan waktunya untuk menjelma menjadi reporter dadakan dengan turut mencantumkan awalan tanya.     

"Rumah mu di sini?"     

"Silahkan masuk, maaf kalau tak sesuai bayangan mu," balas wanita itu saat mereka sudah berhenti di sebuah rumah sederhana dengan bunga warna-warni yang menyambut di halaman depan.     

Memang memasuki jalan yang kecil dengan rumah padat penduduk. Orang-orang ramai berkumpul untuk sekedar bertemu sapa dan bergosip, anak-anak kecil yang berlarian dengan tawa kesenangan. Nathan seketika saja merasa sangat senang saat lambaian tangan mereka yang kompak menyambut kedatangan orang baru yang tak di kenal sekali pun. Di sepanjang jalan ada saja yang menyambut, sampai pada batas ujung terdalam dari jalan dan hanya tersisa beberapa rumah saja, salah satunya milik kenalan baru Nathan.     

"Aku tidak membayangkan apa pun tentang keadaan rumah mu. Yang ada satu kenyataan membuat ku menemukan hal baru, hidup di lingkungan padat penduduk, ku rasa akan sangat nyaman," balas Nathan setelah susah payah keluar dari mobilnya dan harus berjalan sedikit lagi. Saat sang tuan rumah mempersilahkannya untuk duduk, ia pun lekas menurut. Ya, meski kursi kayu sedikit membuatnya tak nyaman.     

"Pakai ini untuk mengganjal pantat mu. Dan ini minuman mu," ucap wanita yang melemparkan bantal berbentuk hati pada Nathan, segelas minuman segar pun di suguhkan.     

"Terimakasih," balas Nathan yang merasa sangat terbantu dengan bantalan kecil yang di berikan.     

"Rupanya kau orang kaya yang masih sangat naif untuk bisa menerka semua hal. Yang baik di depan mu, belum tentu kenyataannya sama," balas wanita itu setelah memperhatikan Nathan dengan sangat lekat. Duduk mereka yang saling berhadapan, wanita itu kali ini menggelung tinggi surainya yang terurai berantakan.     

Nathan yang mendengarnya pun sontak terpaku, dahinya mengernyit dalam dengan alisnya yang lantas menyatu. " Maksud mu?"     

"Mereka hanya memandang status sosial mu saja, mobil mewah mencolok yang menarik perhatian. Jangan mudah tertipu dengan kebaikan ringan berupa senyum palsu," peringat wanita itu dengan telunjuk yang sampai di arahkan pada pria di hadapannya itu. Sorot mata tajam seperti menjadi penekanan.     

"Tapi kan aku tak akan mungkin memberikan pengaruh apa pun untuk mereka. Bersikap baik yang berlebihan, kenapa kau tak coba berpikir positif, sih? Mereka hanya golongan orang-orang yang baik tanpa alasan," timpal Nathan yang tak menyukai anggapan dari wanita itu yang terlalu berlebihan.     

"Nyatanya yang di sekitar ku adalah orang-orang yang sangat munafik. Mereka baik dengan alasan tertentu dan lekas menghakimi buruk secara keseluruhan jika di dapati sedikit saja rumor yang tak sesuai dengan kenyataan yang di dapatkan," ujar wanita itu, Nathan yang masih menjadi pengamat pun lantas berusaha berada di dalam jalan pemikiran yang sama dengan lawan bicaranya.     

"Kau menjadi korban dari pemutar balikan sifat mereka terhadap mu, ya?"     

"Ya, itu benar! Kau tau kumpulan remaja dengan gincu kompak berwarna merah yang tadi meneriaki kekaguman atas dirimu yang datang dengan mobil yang mentereng? Aku berani bertaruh jika topik bahasan mereka sebelumnya masih tentang ku. Atau kumpulan ibu muda yang menyusui anaknya tadi, mereka pasti juga bergunjing tentang ku. Semua orang yang kau bilang baik, mereka semua penipu! Mereka baik dengan alasan saja. Hikk…."     

"Hei, kenapa kau menangis? Jangan seperti itu… Kau bisa berbagi masalah mu kepada ku."     

Saat ini Nathan benar-benar kebingungan. Berada dalam kedekatan bersama dengan wanita masih menjadi pertama kali untuknya. Terlebih, saat ini wanita asing itu sedang bersedih. Menunjukkan perhatian kecil yang di ketahuinya, Nathan pun dengan berat hati bangkit dari duduk nyamannya, mendatangi wanita sedih itu, dan memeluknya erat. Ucapan yang di usahakan untuk membujuk. "Jangan menangis."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.