Hold Me Tight ( boyslove)

Masih terus akan memahami



Masih terus akan memahami

0"Kau sangat menggelikan dengan tingkah mu ini. Layaknya wanita yang selalu membutuhkan sentuhan intim hanya untuk menyambung hidup," balas Max yang di rasa sudah cukup untuk menunjukkan penolakannya pada wanita yang terus saja datang membujuk untuk bersetubuh.     
0

Satu lengannya yang terhimpit oleh tubuh Lea pun masih berusaha untuk di tarik perlahan. Sungguh, Max masih ingin menjelma menjadi pria baik-baik yang membenci perilaku kasar terhadap wanita. Terlebih Lea yang sudah di kenalnya sangat lama, wanita yang tak di pungkiri menjadi bagian terpenting dalam kehidupan Max yang masih saja terasa sangat datar.     

Namun memang menghadapi wanita yang sangat bebal, tak semudah itu untuk mendapatkan balasan cepat tanggap, sekali pun Max sudah menampilkan raut dinginnya. Tak segan-segan, Lea pun bahkan sampai menekan tubuhnya pada permukaan empuk sofa. Sebisa mungkin, kalau perlu sampai menyusup ke bagian terdalam tempat yang menjadi momen yang di rasakannya sangat indah itu. Demi untuk menghambat kepergian Max, ia turut mengalungkan lengannya pada permukaan tengkuk Max, lebih erat lagi.     

Bibirnya yang berpoles lipstick berwarna merah dengan sapuan tebal, lagi-lagi Lea mengerutkan bibirnya untuk bisa lekas di gapai oleh pria yang menindihnya saat ini. "Ayo cium aku… Sungguh Max, kau membuat ku terus menunggu mu…" rengek Lea yang sampai mencebikkan bibirnya.     

"Bukankah sudah ku katakan sejak dulu? Kita tak akan mungkin bisa lebih dari ini, sangat tak mungkin," balas Max yang memanfaatkan kesempatan untuk beralih menjauh. Satu lengannya yang mempunyai kuasa, menunggunya untuk menumpu tubuh dan membantunya bangkit segera.     

Lagi-lagi, Max yang terlalu baik di manfaatkan Lea yang sangat cerdik. Pria yang kali ini tak lekas marah dengan kata-kata tajam yang di serukan dengan nada tinggi seperti biasanya, cukup untuk membuat wanita itu semakin berani mengambil resiko, terlebih Max yang tak mungkin menyakitinya secara fisik.     

Menarik bagian pangkal dasi milik Max, Lea pun tersenyum sumringah saat mendapati respon Max yang hanya memutar bola mata saja.     

"Kali ini kau tak lekas memarahi ku begitu saja. Kenapa, apakah kau sama terangsangnya dengan diri ku?" goda Lea saat melihat Max sudah tenang dalam posisinya. Kelopak matanya yang di hiasi oleh bulu mata yang sangat lentik, salah satu pesona dari keseluruhan wajahnya yang banyak di kagumi. Lea pun menggerling genit, berharap Max akan sedikit terpengaruh padanya.     

"Kau benar-benar tak bisa tertolong, apakah aku perlu mengenalkan mu pada seseorang yang punya waktu lebih untuk meladeni mu?"     

Mendengar kalimat yang sangat sensitif, Lea pun sontak saja membungkam mulutnya. Upaya untuk menggiring Max pada sentuhan percintaan menemui kegagalan berulang. Pandangan wanita itu bahkan sampai harus teralih sepenuhnya.     

Ya, memang hanya itu yang bisa di lakukan Max untuk menghadapi wanita yang terus di landa rasa kecanduannya pada hubungan seks. Kalimat sederhana yang secara tak langsung menghubungkannya dengan suatu kejadian yang membuat Lea mengalami trauma yang terbilang sangat berat. Seperti dua sisi mata pisah, hal yang sangat di inginkan Lea, itu pula yang menjadi penyebab kehancuran hidupnya di masa lalu.     

Max pun menghembuskan napas panjang, Lea yang kali ini terlihat lebih tenang pun di tariknya serentak untuk ikut bangkit dari posisinya. Hanya sebuah rasa kepedulian, pria itu pun membawa Lea untuk kembali ke pangkuannya, dengan izin resmi.     

Terlihat kepedulian pria itu, bahkan tindakan Lea yang seringkali di luar batas kewajaran masih terus mendapatkan jalan pengampunan, atau bahkan lebih. Max yang selalu di kenal dengan pribadinya yang dingin itu sampai tak ragu untuk menunjukkan perhatiannya yang mendetail. Meski pun bukan hal besar, rasanya memperbaiki lipstik seorang wanita yang berantakan sudah sangat romantis.     

Masih menjadi kepribadian Max yang di hapal, bahkan untuk membalas pandangan intens dengan sorot kewajaran masih tak bisa di temukan, pria itu selalu saja menatap lawan bicaranya seperti seorang musuh yang mengincar nyawa lawannya. Sampai setajam dan sedalam itu.     

"Kenapa kau selalu saja mengatakan itu? Kau jelas mengenalku Mike… Aku tak mungkin untuk bersama orang lain. Aku tak mungkin bisa seperti ini dengan siapa pun terkecuali diri mu," ucap Lea, wanita yang menampilkan raut sedih sekilas untuk di pandang sang pria, karena setelahnya ia menyusupkan wajah di ceruk leher milik Max. Mengusik-usikkan topeng yang terhias riasan tebal, membuat bantuan pria yang coba untuk memperbaiki tampilan Lea yang mengerikan sama sekali tak ada gunanya.     

"Hufh… Kau mengotori kemeja ku," protes Max.     

"Hikss… Biar saja! Anggap ini sebagai hukuman dari ku, kau sangat menyebalkan!" balasan Lea dengan isak tangis yang mengawali.     

"Le… Kau tak bisa seperti ini terus pada ku. Kita punya jalan bahagia masing-masing, kau dengan seseorang yang mampu menyembuhkan mu, dan aku dengan seseorang yang sudah ku incar sejak awal pandangan ku melihatnya," ucap Max yang sontak memutar ulang kejadian indahnya bersama dengan seseorang, kali ini telah mampu memanaskan lagi gelora asmaranya yang telah lama padam.     

"Siapa dia?" tanya Lea yang lantas keluar dari persembunyian. Menatap Max dengan raut penuh tuntutan untuk menjawab pertanyaannya.     

"Hahah… Saat ini kau sudah seperti badut yang gagal pentas," ejek Max yang tak kuat untuk menahan tawa. Tangisan yang membanjiri wajah Lea yang berdandan cukup tebal pun mampu menghancurkan paras cantik alaminya.     

Wanita itu pun mencebikkan bibir bawahnya, kedua alis tebalnya pun di satukan. Dahinya sampai berkerut dalam, Lea mendengus saat Max menertawainya sampai terpingkal.     

"Kau sangat kejam! Menampilkan raut bahagia mu di atas penderitaan ku. Bukannya menghibur ku, kau malah menorehkan luka bertubi-tubi untuk ku. Setelah mengatakan dengan jelas bahwa kita tak bisa lebih dekat, kali ini kau terpingkal karena tampilan wajah ku? Hikss…"     

"Hei, sudahlah… Jangan seperti ini, aku hanya bercanda," ucap Max yang berusaha menenangkan. Namun dengan secercah senyumnya yang masih berusaha di tahan supaya tak menyembur.     

"Kau memang brengsek! Sudah menolak wanita seseksi diri ku yang rela mengangkangkan kaki untuk kau masuki. Apakah milik ku tak bisa memuaskan mu? Apakah dengan lamanya penis mu terkurung di dalam sangkar tak membuat diri mu ketakutan? Jika akhirnya nanti kebanggaan mu ini sampai lumutan, bagaimana cara mu mencari kepuasan hidup?" ucap Lea yang kali ini sampai meremas gundukan besar di hadapannya. Max yang masih ini membuat harinya tenang pun hanya lekas menyingkirkan tanpa ceramah panjang lagi.     

"Hidup ku bukan untuk bercinta saja, Le! Banyak hal yang membahagian yang belum ku temui sampai saat ini. Membuat orang tua ku bahagia tanpa harus menuntut ku melakukan sesuatu, mampu mengendalikan Cherlin yang terbawa oleh kesenangan masa mudanya. Dan aku masih memikirkan sahabat ku satu-satunya yang sangat jalang ini, ku harap kau tak akan terus merocoki hidup ku sampai tua nanti."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.