Hold Me Tight ( boyslove)

Mencari arti



Mencari arti

0Saat hubungan persahabatan sudah tak memandang kecanggungan sedikit. Saat keburukan yang di lakukan salah satu pihak menjadi hal biasa dan dapat di maklumi. Saling mengenal pribadi masing-masing menjadi sangat di perlukan. Rasanya pasti lebih ringan untuk meluapkan segala keluh kesah yang sedang di hadapi.     
0

Mampu menjadi sosok apapun untuk lain pihak. Bahkan yang paling jauh sekali pun, sangat di mungkinkan untuk sedia menjadi pelampiasan emosi. Bisa menjadi sosok pengayom dengan tutur kata yang penuh nasehat. Bisa menjelma tegas saat waktunya tepat, atau bahkan menjadi pendengar yang sangat baik dengan meluangkan waktu selama mungkin yang di perlukan.     

Max dan Lea, agaknya mereka sudah menjadi sosok dekat dengan kriteria yang sangat erat seolah tak bisa di pisahkan. Bukan sekedar lamanya waktu kedekatan yang mereka jalin, bukan pula sekedar keterkaitan yang terus mengikat mereka sampai saat ini. Bahkan seperti sudah lebih dari itu, terlalu terbiasanya mereka untuk terus bersama yang menjadi poin penting.     

Bercanda jika memang suasana hati keduanya sedang baik, tak jarang di detik selanjutnya mereka akan saling berdebat panjang dengan lontaran kata yang penuh caci maki. Lea yang seringkali menjadi pemicu. Sifat manja, selalu ingin menang sendiri, memanfaatkan kebutuhan finansial yang berlimpah kepunyaan Max, hingga saat permintaan konyolnya yang tak bisa begitu saja di turuti. Lea yang selalu menginginkan percintaan panas dengan sahabatnya sendiri.     

Namun lain halnya dengan pendekatan antara wanita dan pria yang baru saja terjalin. Pertemuan awal sampai dengan saat ini yang bahkan belum genap menginjak seratus jam total. Sudah seperti melesat terlalu jauh karena pemahaman mereka yang bisa langsung terhubung satu sama lain.     

Sudah menjadi hal yang sangat lumrah jika kesamaan nasib menjadi alasan utama. Terlebih jika kemalangan yang di rasa terus datang menghampiri dan membuat hati kian rapuh. Sosok yang di anggap dapat hadir untuk memberikan pengertian dan bisa saling menguatkan, berharap lebihnya untuk bisa bangkit dari kungkungan takdir yang di garisnya tak cukup beruntung.     

Mereka adalah Nathan dan Lisa, dua sosok dewasa yang merasa terkucil dengan segala kesenangan yang nampaknya terlihat sangat mudah di gapai orang lain itu. Jika Nathan dengan permasalahan keluarganya yang seperti di liputi misteri, membuatnya jengah dan memutuskan untuk memilih kesendirian untuk sementara waktu. Maka wanita muda yang akan menjadi calon ibu itu lah yang sangat membutuhkan sepasang sosok bijaksana yang sangat menyanginya sepanjang masa, bahkan jika menjadi suatu yang berkemungkinan terkecil sekali pun, untuk kembali berkumpul dengan mama dan papanya akan di perjuangkan sampai titik darah penghabisan.     

"Sungguh, sekali pun kau tidak menyayangi kedua orang tua mu. Kau pasti akan sama hancurnya dengan ku saat ini. Melihat mereka yang terbujur kaku dengan jantung yang tak bisa lagi berdetak. Keseharian mereka yang tanpa sadar kau ingat, pasti akan menjadi memori yang sangat menyakitkan karena tak bisa terulang kembali. Wajah pucat dan mata yang terpejam. Saat perpisahan takdir yang tak akan mungkin bisa tembus batas terkecuali dengan hanya doa. Kali ini aku hanya bisa memberimu sebuah peringatan saja, jangan menunggu kuasa Tuhan yang memisahkan dunia mu dengan mereka."     

Lisa berucap panjang lebar pada Nathan saat malam pertama keduanya menikmati proses pendekatan sebagai seorang sahabat. Wanita yang menunjukkan senyum manis nampak terlihat sangat menyedihkan saat air mata yang malah jatuh berlinang.     

Nathan yang berusaha menunjukkan empatinya, memberikan dekap erat dengan telapak tangannya yang mengelus surai tebal milik wanita itu. Bukan dalam posisi yang hanya mengabaikan ucapan Lisa yang memang sepenuhnya benar, bahkan sampai hari berganti selanjutnya, pria itu masih saja mempertimbangkan dirinya untuk menjadi sosok yang berlapang dada dan menerima segala hal yang mungkin saja tak patut untuk di ketahuinya.     

Suara kokok ayam jantan membuat pria yang masih terpejam itu malah tersenyum. Matahari yang sudah menyambut lewat lubang angin-angin yang ada di atas jendela kayu, tak lekas membuatnya bangkit dari tidur dan berlaku selayaknya tamu yang menumpang gratis.     

"Eunghhh… Badan ku masih saja tak biasa untuk menempati ranjang ini," keluh Nathan dengan suaranya yang terdengar parau. Posisi tidur telentang dengan bantalan kepalanya yang juga keras, membuat Nathan bukannya merasa rileks karena sudah cukup istirahat, ia malah seperti baru saja melewati perjalanan yang sangat panjang dengan angkutan umum yang hanya menyediakan tempat duduk terbatas.     

Memukul-mukul dahi dengan telapak tanganya yang terkepal, sekedar untuk mengalihkan tubuhnya saja terasa sangat berat. Sekujur tubuhnya seperti di tindih barang dengan muatan berlebih, alih-alih ia yang menjadi beban di atas ranjang berbahan kapuk yang sudah mengempis.     

"Dasar manja, kapan kau akan terbiasa dengan hidup susah seperti ini, tuan kaya?"     

Suara ejekan seorang wanita membuat Nathan sontak membuka mata, kepalanya yang bermasalah pun dengan perlahan menoleh sisi area tempat masuk dengan hanya batasan tirai yang sudah sangat lusuh.     

Lisa yang nampak sudah sangat segar dengan handuk yang membelit rambut hitam panjangnya. Senyum lebar dengan dagu yang terangkat satu kali. Tubuhnya menyandar di kusen pintu, sedangkan satu lengannya menyangga tirai supaya tetap terbuka.     

"Diam… Bisakah kau tak mendatangi ku pagi-pagi begini hanya untuk menertawakan kesulitan ku? Sungguh, aku membutuhkan beberapa puluh menit untuk membuat tubuh ku siap untuk bangkit," rengek Nathan yang penuh dengan nada permohonan untuk tak mencoba mengusiknya lagi.     

"Hei, jangan coba-coba mengingkari ku, ya! Bukankah kau sudah berjanji untuk mengenalkan ku pada kawan mu? Aku butuh pekerjaan untuk melanjutkan hidup ku, Nath!"     

Wanita itu memasuki kamar yang di tempati oleh Nathan, menghampiri sisi samping pria yang berbaring lemas itu. Tak kenal belas kasihan sedikit pun, Lisa langsung saja menarik satu lengan milik Nathan untuk memaksanya bangun.     

"Akhh-akhh… Ini sakit, Lis! Jangan asal menarik tubuh ku…" rengekan Nathan itu tak juga menyentuh sisi lembut wanita itu.     

"Begini saja kau tak bisa mengatasi, bagaimana kalau sampai kau harus tidur di tempat tanpa alas dan penutup? Mau jadi apa jika kau terpapar terik matahari dan hujan secara terus-menerus? Berada di rumah ku saja sudah sangat bagus, namun kau masih terus bersikap manja."     

Ya, Lisa mulai mengomel lagi. Wanita yang duduk di bagian belakang Nathan yang berhasil di paksa bangkit itu pun lekas memberikan bantuan yang beberapa hari ini sangat berarti, memijat punggung, kedua bahunya, dan juga tengkuk yang terasa rasanya sangat sakit.     

Lengan kecil milik Lisa rupanya sangat terasa manjur untuk bisa meredakan pegal-pegalnya. Ya, hanya saja Nathan harus kuat telinganya yang berdengung efek dari ucapan Lisa yang seperti tak henti untuk menemukan topik.     

"Hampir satu minggu aku berada di dekat mu, kau selalu saja memberi ku perandaian yang membuat khayalan ku terlalu jauh untuk menerawangnya."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.