Hold Me Tight ( boyslove)

Cara sulit



Cara sulit

0"Kita tak bisa menggunakan mobil, aku takut akan macet di tengah jalan karena habis bensin."     
0

"Yahh… Lalu bagaimana?" rengek Lisa yang sontak lansung tertunduk lesu. Bibirnya yang terpoles dengan pelembab berwarna cerah pun masih tak bisa meredakan raut masamnya. Melemparkan tas tangan kain dengan isi beberapa map kertas coklat yang berisi data dirinya untuk melamar kerja ke bagian bangku penumpang belakang.     

Wanita yang sudah berdandan maksimal dengan pakaian ala kantoran itu pun sontak mengalihkan pandang ke arah pria di balik kemudinya. Mencoba mendesak solusi pada Nathan yang sesaat lalu memberinya harapan soal kesejahteraan bersama jika Lisa sampai bekerja pada kenalan pria itu.     

"Aku juga tak tau," balas Nathan yang hanya kali ini sampai menggidikkan bahu untuk mempertegas jawabannya.     

"Lalu bagaimana kehidupan ku besok? Beras yang hanya tinggal satu cangkir, telur rebus yang setiap kali makan di potong menjadi dua bagian, masih tak bisa menghemat pengeluaran. Hidup ku yang sudah susah, bertambah dengan diri mu yang tanpa sadar ku layani dengan terlalu baik sampai-sampai kau tak mau enyah dari rumah ku…" rengek Lisa. Kedua lengannya bahkan sampai mencengkram milik Nathan dan menggoyang-goyangkan tubuhnya.     

"Jadi kau tak rela memberi balasan yang tak seberapa di bandingkan pertolongan ku tempo hari? Ingat… Kau tak bisa merasakan kehidupan susah mu seperti ini lagi jika waktu itu kau berhasil melompat dari atas jembatan," balas Nathan yang sampai menyentuh hidung Lisa beberapa kali.     

Wanita yang beberapa tahun lebih muda dari Nathan itu pun mendengus sebal, lengan pria itu yang dengan lancangnya menyentuh lantas di tepis untuk segera menyingkir.     

"Sial! Menurut mu, aku yang memutuskan lepas dari desakan mengakhiri hidup hanya untuk melanjutkan hidup ku yang berantakan? Tentu aku ingin meraih kebahagian ku yang ku idamkan. Melihat mu yang waktu itu datang dengan penuh wibawa dan tunggangan mobil mewah, cukup membuat ku kecewa jika ternyata kau adalah seorang gay," ucap Lisa yang berani bicara terus terus. Nathan yang mendengarnya pun sampai terkekeh geli.     

"Jujur saja, aku belum pernah berniat untuk melabuhkan hati ku pada seorang wanita. Dia yang menarik ku untuk memiliki kedekatan hubungan, aku yang merasa nyaman lekas menerima saja, karena ku pikir memang aku sepertinya," balas Nathan dengan membenarkan sisi pakaian panjang milik mendiang ayah Lisa yang di kenakannya. Bahkan rajut dengan ukuran yang sangat pas dan nyaman di gunakan.     

Namun tak berapa lama, Lisa kembali bertingkah, menarik serta pakaian yang sudah di klaim miliknya itu hingga sisi bagian leher Nathan kembali terbuka.     

"Hei, katakan pada ku, apakah masih ada kemungkinan untuk mu menjadi tuan muda kaya raya lagi?"     

"Maksud mu?" tanya Nathan dengan dahinya yang berkerut dalam.     

"Ya… Ku rasa aku bisa mencicil untuk menggoda mu saat ini. Barang kali kau tertarik dengan calon ibu muda beserta anak yang masih dalam bentuk janin. Ku rasa kita akan hidup bahagia di sebuah rumah mewah, bagaimana? Apakah kau tertarik?"     

Lisa yang terus berceloteh itu pun hanya mendapatkan respon jelas yang jelas tak minat, menggelangkan kepala dengan bahunya yang di naik turunkan.     

"Apakah aku perlu menunjukkan sisi keistimewaan seorang wanita? Apakah aku perlu melepas stoking hitam ku ini?"     

"Gila! Kau sangat tak waras…" olok Nathan dengan jari telunjuknya yang mendorong dahi milik Lisa, wanita yang menyembulkan wajahnya semakin dekat pada pria itu.     

Namun agaknya tak bisa di elak lagi, kali ini Lisa sampai beranjak dari duduknya untuk merapatkan jarak antara mereka. Tarikan senyum dengan kelopak matanya yang di berhias lekuk berwarna hitam yang di kedip-kedipkan. Layaknya pria yang tak bertenaga dan sangat lemah untuk memberikan respon intimidasi balasan, Nathan malah merapatkan tubuhnya sangat erat pada batas pintu mobil.     

"Hei, santai saja… Lagi pula aku hanya bercanda. Aku hanya ingin menghilangkan stress ku saat ini. Lagipula aku cukup tau diri untuk tak mendekati sesama," ucap Lisa setelah berdecih, gurauannya sudah tak di respon Nathan dengan hal yang seru.     

Wanita itu pun kembali ke posisi duduk nyamannya, Lisa sudah sudah berpikir perkara serius dan sudah tak berminat untuk bercanda lagi. Namun sayangnya Nathan yang masih tersangkut tentang suatu penjelasan dari kata-kata Lea sesaat tadi.     

"Jika lebih seringnya kau mengucapkan kalimat panjang yang kau tak akan ku dengarkan, kali ini kenapa kau menggantung kalimat pendek dengan makna yang tidak ku mengerti, sih?" tanya Nathan yang sampai merasa penasaran dengan kata "Sesama" yang di gunakan oleh Lisa tadi.     

"Kenapa kau sangat bodoh untuk bisa mengerti? Dalam suatu hubungan, ku kira kau sudah memahami jika akan ada sosok yang menguasi dan patuh. Dalam hubungan sesama jenis dengan kekasih, aku menebak jika pria manja seperti mu selayaknya wanita di hubungan normal, aku benarkan?" ketus Lisa walau pun memberikan maksud penjelasannya. Ya, wanita itu memang akhir-akhir ini seperti lebih tak jelas dengan perubahan sikapnya yang drastis. Ya, karena pengaruh kandungannya yang mungkin menjadi masalah.     

Sedangkan Nathan yang mendengarnya pun tak habis pikir, dengan perawakannya yang cukup atletis malah di anggap Lisa sebagai pengibaratan wanita. Mendengus kesal, kali ini Nathan menatap wanita itu dengan sangat tajam, kemudian berkata, "Apakah kau tak melihat tampilan luar ku ini?"     

Lisa yang sudah sangat tak ingin untuk berdebat pun mengalihkan pandang. "Ah, lupakan saja! Bukannya mencari penyelesaian masalah atas kesulitan, kau malah terus menggiring percakapan tak berguna."     

Nathan yang hendak menyangga ucapan pun tertahan di ujung lidah. Kali ini merasakan tentang apa yang pernah di curahkan Tommy saat mendekati seorang wanita. Makhluk di bumi yang selalu ingin menang sendiri, wanita juga menyerikan dengan suasana hatinya yang berubah secepat kilat.     

Pagi hari dengan cahaya matahari yang terlihat sangat bersemangat untuk menyinari bumi. Lisa dan Nathan masih tak beranjak dari posisi mereka yang duduk di dalam mobil mewah yang sama sekali tak ada gunanya.     

Tekk Tekkk Tekkk     

Ketukan kuku panjang Lisa pada kaca mobil depan pun menjadi pengisi senyap antara keduanya. Persiapan cepat dengan wanita itu yang mengkomando bersih-bersih rumah terlebih dahulu, membuat kesalahan saat menggerakkan tubuh setelah menyantap sarapan.     

Kruyukkk     

Suara yang terdengar serentak dari keduanya, Lisa dan Nathan pun sontak saling bertatapan. Senyum memelas pun di tampilkan. "Sudah ku katakan, pertimbangkan untuk menjual mobil tak berguna mu ini jika memang kau hendak menjalani hidup dengan bersusah payah seperti ku," saran Lisa yang untuk menjadi rutin untuk di dengarkan.     

Lagi-lagi terdiam, Nathan masih dalam pertimbangan langkahnya. Jujur saja, ia sebenarnya tak berniat untuk pergi dari orang-orang di lingkupnya sampai selama ini.     

Drttt     

Suara getar ponsel membuat keduanya lagi-lagi terusik.     

"Panggilan dari siapa itu? Kawan mu yang akan membantu ku mendapat pekerjaan?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.