Hold Me Tight ( boyslove)

Titik temu



Titik temu

0"Apakah sudah ada informasi tentang keberadaannya?"     
0

Pertanyaan awal yang langsung di sodorkan pada seorang pria yang baru memasuki ruanganya itu.     

Pria yang selalu tampil dengan sisi mewahnya pun membalikkan badan dari sisi intens tatapnya pada pemandangan luar. Kali ini tubuh yang di bungkukkan untuk memberi salam yang menjadi pengganti.     

"Selamat siang tuan!" salam pria yang nampak sangat gagah dengan setelan pakaian berwarna hitamnya.     

Mengangkat lengan kanannya, pria yang terkenal dengan sisi kesempurnaan di setiap tindakannya pun melangkah kaki untuk mencari posisi yang nyaman untuk mendengarkan.     

"Katakan!" peritahnya dengan kaki kanan yang menumpu miliknya yang lain, pria itu mendudukkan diri di atas sofa. Satu lengannya menyangga di dagu.     

Pria yang masih berdiri untuk menghadap pada ketuanya pun lagi-lagi mengangguk patuh untuk mengawali bicaranya. "Tuan Nathan tinggal bersama dengan seorang wanita di sebuah permukiman padat penduduk."     

Pria bernetra abu kehijauannya pun sontak mengerutkan dahi, kepalanya secara singkat meleleng ke satu sisi. Bibirnya pun mengulas senyum tipis, kali ini pandangannya di angkat untuk menatap seseorang pemberi informasi.     

"Apa yang kau katakan, bagaimana itu mungkin?" ucap pria itu dengan meninggalkan gurat marahnya.     

Suara dingin yang seperti langsung menyakiti pendengarnya pun sontak membuat pria pesuruh begidik nyeri, terlebih pandangan yang menyasar sangat tajam, pria yang awalnya berdiri tegap pun sudah mulai sedikit goyah karena merasakan serangan bertubi-tubi.     

Saat merasa jika kuasanya yang mungkin saja meragukan kinerjanya, pria bertubuh gempal itu sontak langsung bersimpuh, ia ingin menunjukkan jika tak mungil posisi rendahan sepertinya bisa berbohong.     

"Ampun tuan! Saya mengatakan yang sejujurnya," ucap pria bertubuh gempal yang lagi-lagi menundukkan kepalanya.     

"Bagaimana itu mungkin? Nathan bukan seorang pria yang suka dengan makhluk bernama wanita, untuk apa ia sampai rela menyusahkan dirinya dengan hidup susah di kampung kumuh?" balas sang tuan yang seperti tak ingin mempercayai. Kali ini kedua lengannya terkepal erat, perasaan cemasnya melibihi informasi yang masih terdengar rancu untuk di percayai.     

"Saya mempunyai buktinya tuan!"     

Pria penguasa itu pun sontak merasa sangat tertarik untuk menatap pergerakan suruhannya yang tengah mengambil sesuatu di tas ransel yang di bawanya.     

Meletakkan amplop berwarna coklat di atas meja, pria itu pun lantas mengambilnya. Membuka tali yang membelit menumpahkan isinya yang ternyata beberapa foto yang membidik seseorang yang memang di perintahkan untuk di cari.     

"Saya tak sengaja berpapasan dengan keduanya yang sedang berjalan di pinggir trotoar jalan besar yang tak jauh dari sini," jelas sang pesuruh mengawali kronologi.     

Pria bersorot mata tajamnya itu pun melihat satu persatu momen seseorang yang di incarnya dengan orang asing. Cara Nathan merangkulkan lengannya pada bahu wanita yang mengenakan setelan rapi dan berbalut stoking hitam yang melengkap, cara pria itu menolehkan pandang dan tertawa dengan seseorang di sampingnya. Yang lebih membuat sosok pengamat itu marah besar, di posisi tangkapan layar yang terlihat jika Nathan nampak sedang berciuman dengan wanita itu di halte bus yang bahkan ramai orang.     

"Apakah mereka benar-benar berciuman? Atau hanya posisi tangkapan kamera mu yang mengambil sudut bermasalah?" Pria itu sampai tak bisa menahan rasa kecurigaannya sendiri. kali ini harus memastikan satu hal yang mungkin akan membuatnya bisa bernapas dengan tenang jika kenyataannya sesuai harapan.     

"Maafkan saya tuan! Saya tidak bisa memastikan dengan tepat, karena terhalang keramaian pejalan kaki lainnya."     

Balasan itu membuat sang tuan sontak memejamkan mata, napasnya yang tiba-tiba saja memburu, rasa panas mendominasi dalam dirinya saat ini.     

"Baiklah, tugas mu sangat cepat dan memuaskan. Tinggalkan informasi alamatnya juga saat ini!" perintah sang tuan yang makin tak sabar untuk mendatangi pria yang akan menjadi kekasihnya segera itu.     

"Terimakasih tuan!"     

Pria itu pun bangkit berdiri dari tempatnya. Mengambil selembar alamat dan sebuah ponsel untuk menambahkan barang bukti.     

"Ponsel siapa ini?" tanya pria itu yang sontak langsung meninggalkan beberapa potret yang hanya bisa membuatnya emosi. Ia pun segera menggenggam ponsel mahal yang se merek dengan miliknya.     

"Tuan Nathan menjual ponselnya dengan harga yang bahkan tak sampai dua puluh persen dari pasaran ponsel bekas pakai pada pasaran mereknya."     

Lagi-lagi sang tuan di buat terkejut dengan informasi yang di dengarnya. Memutar-mutar benda kecil yang sangat berharga, ia pun lantas dengan iseng menjelajah isi dalam ponsel yang tak terkunci.     

"Hahha… Dia benar-benar sudah gila! Saat menjualnya pada mu, dia bahkan tak menghapus berkas-berkas penting atau bahkan pesan sekali pun," ucap sang tuan yang hanya ingin memberi tau.     

"Kerja mu sangat bagus, akan aku tambahkan bayaran mu dua kali lipat!" ucap sang tuan yang sontak langsung mendapatkan ucapan terima kasih bertubi-tubi.     

"Dapat! Semua rahasia mu ada di sini, Nath! Bersiaplah, kau akan menjadi milik ku dalam waktu dekat ini. Siap atau pun tidak!"     

Menunggu waktu pekerjaannyanya rampung, tugasnya sebagai seorang pemimpin tak bisa begitu saja memilih pergi untuk menemui incarannya. Menghadiri rapat penting dewan direksi, rasanya pria yang khas dengan raut kakunya itu sedikit tampil lebih baik. Meski bukan sebuah senyum yang akan di tampilkan, sekedar seringai tanpa sadarnya pun di syukuri oleh semua orang yang melihat. Ia yang makin terlihat sangat sempurna.     

Hari pun akhrinya mengalih menjadi petang. Pria yang masih lekat dengan aroma tubuh berkeringatnya yang bercampur dengan parfum mahalnya pun malah makin menambah kesan jantan. Pria dengan tubuh atletisnya yang selalu terbalut dengan setelan rapi pun melenggang penuh percaya diri di koridor kantor yang masih sibuk dengan aktifitas, semua karyawan yang melihatnya pun sontak membukkan badan dengan senyum kegirangan yang mati-matian. Tak hanya para wanita, bahkan pria sekali pun akan merasa terpana dengan kesempurnaan yangdi miliki oleh atasan mereka itu.     

Memasuki mobil mewahnya yang sudah menunggu di depan pintu masuk, ia pun segera mendudukkan dirinya di bangku belakang.     

"Datanglah ke alamat ini! Tancap gas mobil mu lebih kencang, aku ingin segera bertemu dengannya."     

"Baik Tuan!"     

Titahan pria itu pun jelas mendapat anggukan dari sang supir. Melesat kencang menyusur jalanan malam yang masih saja sangat ramai. Seperti memang sudah tak sabaran, pandangan pria itu terus saja mengalih pada kedua sisi jalan.     

Drttt     

Ponsel yang ada di sakunya bergetar, pria itu pun lekas melihatnya. Nama kontak yang tampil tanpa nama, alih-alih mendapatkan kesempatan mesra dengan julukan "Sayang".     

"Kali ini bukan lagi panggilan sayang untuk orang yang menghubungi mu ratusan kali. Nath, kau harus memangil ku seperti itu di setiap detiknya." Batinnya yang tak malu untuk mengulas senyum. Ia sangat bahagia, jalan terbuka untuk mendapatkan incarannya semakin lebar. Dan ia tak akan menyia-nyiakan hal bagus ini.     

"Apakah ini benar rumahnya?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.