Hold Me Tight ( boyslove)

Mendatanginya



Mendatanginya

0Pria mungil itu terus berusaha membujuk hatinya supaya bersabar. Upayanya untuk mengambil keputusan dengan fokus pada satu orang rupanya menemui rintangan. Bukan perkara kecil yang menyangkut hubungan renggangnya, kali ini malah sosok yang di harapkan mempunyai tujuan yang sama untuk melangkah lebih jauh malah begitu saja melarikan diri. Kekasihnya meninggalkannya begitu saja tanpa kepastian.     
0

Udara malam yang merasuk sampai ke tulang, tak sedikit pun di rasa berat. Sekali pun dengan tumpuan kakinya yang sudah sangat bergetar karena tak kuat menahan letih berkepanjangan, ia masih menerima.     

Kecemasan akan keberlangsungan hubungannya dengan sang kekasih masih menjadi fokus utamanya.     

Di sebuah taman sepi dengan lampu yang menghiasi, namun sekali pun tak bisa membuat ruang terbuka lebar itu mendapatkan sisi penerangan yang berarti. Ia hanya datang seorang diri, berani mengambil resiko untuk hal yang bisa saja tak terduga.     

Bangku yang tersedia di belakangnya tepat tak juga bisa membujuk untuk sedikit melemaskan diri.     

"Tak terjawab lagi, kenapa kau seperti ini, Nath?" rengek pria mungil bernama Rian itu. Telapak tangannya yang menggenggam ponsel lagi-lagi di sentakkan. Pandangannya yang sudah terasa buram karena terlalu lama memandang layar menyala terang itu pun sontak memejam.     

"Hufh..." Mendesah panjang, Rian pun kemudian memijat pelipisnya dengan menekan keras. Denyutan kepalanya tiba-tiba saja hadir, ia tak menyangka Nathan bisa melakukan hal setega ini kepadanya.     

Demi apa pun, untuk bisa membujuk kekasihnya yang mungkin saja marah karena menghilangnya ia tanpa kabar, Rian sudah berusaha untuk bersikap romantis dengan niatnya membawa nostalgia memori indah mereka di tempat ini.     

Sebuah taman yang menjadi saksi tentang bagaimana keberanian Nathan untuk membuka diri bahwa dirinya memang sosok pria yang berbeda dari yang lain.     

Ciuman mereka untuk pertama kalinya di tempat umum, di tempat yang sangat riskan dengan anggapan jika hubungan sesama jenis sangat tabu.     

Rian sangat berharap jika kenangan tempat ini setidaknya bisa memberikan sedikit keberpihakan untuk bisa menyatukan baik mereka lagi.     

Namun memang hanya sebuah harapan saja, Rian rupanya terlalu dangkal dalam berpikir jika rencana sederhananya ini akan mempan. Namun nyatanya Nathan tak sesepele itu untuk bisa di tarik kembali.     

Bahkan sekalipun kedatangannya di malam ini, sekedar mengangkat panggilannya saja terlihat sangat enggan. Foto dirinya yang di kirimkan   beberapa kali juga gagal. Rian yang terlihat pucat dengan pandangan sendu, hanya di lihat pemilik kontak nomor itu tanpa balasan satu pun. Nathan sudah berubah banyak.     

Tanpa sadar, air matanya pun meleleh deras, bibirnya mencebik dengan isakan kerasnya yang menemani hembusan angin malam.     

"Kau tidak bisa meninggalkan ku begitu saja, Nath! Kau adalah kekasih ku!"     

Dengan tekadnya yang sudah bulat, pria mungil itu pun memutuskan untuk melenggang pergi. Punggung tangannya mengusap air mata yang membasahi pipinya dengan kasar, senyum tipis pun kemudian di tampilkan.     

"Tolong ke alamat ini, ya!"     

Rian pun meremas buku tangannya yang sudah membeku. Di sebuah mobil dengan suhunya yang perlahan membuat ia stabil. Rian yakin dengan apa yang akan di lakukannya saat ini. Memikirkan resiko yang akan di dapatkannya nanti.     

Kendaraan pun melesat kencang menyusuri jalanan yang masih lumayan ramai. Belok ke sebuah jalan dengan perumahan mewahnya yang berjajar.     

Rian pun membuka pintu mobil di belakangnya, memberi upah beberapa lembar uang untuk supir taksi yang telah mengantarnya itu.     

Berdiri di depan sebuah pagar tinggi, debu yang mengepul karena mobil yang kembali menancap gasnya untuk lekas pergi, menjadi latar belakang dari Rian yang saat ini nampak hanya diam membeku di tempat.     

Dua buah mobil mewah terparkir di dalam sana, cukup asing karena sang kekasih tak pernah mengendarai salah satunya.     

Mencoba untuk menghempaskan keraguannya yang tiba-tiba saja menakuti, ia pun menghembuskan napas panjangnya lagi.     

"Ya... Aku benar. Harusnya yang pertama kali kau lakukan saat kita kembali ke negara ini adalah mengenalkan ku pada keluarga mu. Harusnya kita tak perlu lagi untuk berbasa-basi dengan menutupi kenyataan dari hubungan tak normal kita ini, Nath!"     

Sebuah lengan pun terangkat, menggunakan panggilan seharusnya ketika bertamu.     

Tokk Tokk Tokk     

Ketukan pintu pun terdengar, bukan dari rumah mewah yang sesaat lalu di jabarkan. Kali ini sudah beralih tempat dan sosok sepenuhnya.     

Berbanding terbalik dengan rumah mewah dengan halaman besarnya, kali ini kediaman yang sangat sempit dengan sebuah dipan menjadi penyambut. Pelataran yang memang terbilang cukup luas dengan tanah polos yang di tanami beberapa bunga.     

Ah ya, di ralat. Tidak sepenuhnya terlihat memprihatinkan, sebuah mobil mewah berwarna merah yang terparkir di samping miliknya mampu untuk memberikan sentuhan lebih baik.     

Namun tidak dengan seorang tamu yang masih sabar menunggu untuk di bukakan. Meski kabar baik karena bisa segera menumpahkan kerinduannya, tapi tak sedikit bagian dari dirinya yang malah merasa sangat geram.     

Kepastian dari sebuah kepemilikan dari benda mahal yang sangat mentereng, kali ini pendengarannya dengan cukup jelas untuk memilah dua suara tawa yang saling bersahutan di dalam rumah. Pria yang di sasarnya dengan seorang wanita yang lekas di benci tanpa pertimbangan saat penampakannya terlihat di balik potret.     

Mengetatkan rahangnya, pria yang nampak sangat mahal dengan segala atribut yang melekat di dirinya itu, menjadi perhatian orang-orang sekitar yang memang mengikuti arah jalan mobil yang di di kendarainya tadi.     

Tiba-tiba saja terdengar sangat ramai dengan suara bisik bersahutan. Banyak warga yang sudah berkumpul bahkan meninggalkan perkumpulan mereka di depan jalan gang kecil miliknya.     

Ada yang hanya merasa penasaran dengan pemilik mobil mewah itu. Namun tak sedikit dari mereka yang malah menggunjing seorang pria yang lagi-lagi menjadi tamu penting dari seorang wanita yang di anggap nakal.     

Pria jangkun yang menyadari posisinya masih tak di ketahui pemilik rumah pun sontak mengetatkan rahang. Yang ada malah massa di belakangnya yang makin bertambah ramai.     

Ia pun membalikkan badan sepenuhnya, membelakangi pintu rumah dan menghadap sekumpulan orang yang lebih banyak anggota remajanya.     

"Huaaaa!"     

Menghilangkan ucapan buruk yang sejak tadi tak berhenti terus di tujukan, kali ini tak sedikit dari mereka yang nyaris pinsan karena melihat penampakan sosok malaikat yang jatuh dari surga.     

Pria yang tengah menjadi sorotan pun lantas menatap tajam, bibirnya yang sesaat lalu terkatup kali ini di paksakan terbuka hanya untuk mengatakan, "Bisakah kalian tak terlalu heboh? Aku tau jika tampilan ku ini sangat mempesona dan membuat kalian jatuh hati. Namun segera saja aku mengatakan ucapan permintamaafan ku dari lubuk hati yang paling dalam, aku sudah punya kekasih. Dan kedatangan ku kemari ingin menjemput kekasih ku!     

Ucapan pria itu sontak membuat semua orang lantas bersorak protes, selain karena pengumuman dari sosok malaikat asing itu, tak sedikit dari mereka yang hanya merasa sirik pada pemilik rumah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.