Hold Me Tight ( boyslove)

Lisa yang terus saja bicara



Lisa yang terus saja bicara

0Setelah mendengarkan pengakuan wanita bernama Lisa itu, Max pun tak bisa menahan diri untuk menyemburkan tawa. Kesan wibawa dan raut galaknya sontak meluntur, wanita yang merasa berpengaruh pun lantas merasa kesenangan.     
0

Kali ini sudah sedikit lebih cair dari sebelumnya, kesan masing-masing yang di anggap lantas terbantahkan. Di sebuah kediaman sederhana yang tidak bisa di katakan baik, cat berwarna putih yang sudah mulai usang dengan beberapa bagian permukaannya yang sudah terkelupas. Hanya petakkan kecil yang terdiri dari ruang tamu, dua bilik kamar, dapur kecil dan juga kamar mandinya. Tak ada satu pun pajangan yang menghiasi, tak banyak juga perabotan, permukaan lantainya yang terlapisi oleh keramik polos berwarna putih, itu pun dengan bagian yang sudah banyak hancur dan menjadi sarang semut.     

Mike yang sejak tadi menjadi pemerhati pun menjadi tak habis pikir, kenapa Nathan terlihat sangat betah untuk tinggal di tempat yang seperti ini? Bahkan sekalipun dengan siksaan yang sudah di rasakan, Max pun merasa sangat penasaran dengan sisi baik yang di temukan oleh pria menggemaskannya.     

Lisa di sisi lain, wajahnya yang tak berhenti sumringah sesekali malah tak bisa menahan diri untuk berjingkrak dari tempat duduk kerasnya. Kedua pria yang sangat tampan dan kaya seolah memberikan berkat tersendiri padanya. Hidup kesepianya seolah terang oleh pengalaman dari orang-orang baru itu yang di pastikannya tak akan sampai di sini saja. Dan Lisa pun lantas merasa sangat bersyukur sekali pun dengan momen tak mengenakkan yang menjadi permulaan.     

Jika Nathan dengan keterkejutannya kala menghadapi orang frustasi sepertinya yang hendak bunuh diri seperti waktu itu, maka lain halnya dengan Max saat ini. Dengan tembakan warga yang menuduhnya sebagai pria hidung belang yang akan menyewanya, bahkan Lisa dan Nathan yang keluar dari rumah dengan tampilan yang kurang baik membuat semua orang seketika terkena serangan jantung.     

Lisa pun sontak berjengkit di tempat, ingatannya tertuju pada menit sebelumnya, Nathan yang memberinya perintah untuk berganti pakaian lantas membuatnya tepuk jidak saat pandangannya menatap bagian payudaranya yang menjiplak terlalu jelas.     

Max dan Lisa pun sontak berpandangan, sang wanita yang meringis dengan jari lentik yang menggaruk surai panjang berantakannya. Sedangkan Max yang di tatap intens semacam itu, refleks langsung mengangkat satu alisnya dan berkata, "Apakah suasana hati mu berubah lagi? Jika sebelumnya terlihat sangat senang, apakah sekarang kau menjadi gila mendadak?"     

Lisa mendengar kalimat sederhana dari Max pun lantas merapatkan bibir. Wajahnya yang sangat menarik gurat senyum lantas membeku dengan secepat kilat.     

"Sungguh, aku hanya wanita hamil dengan pengaruh hormon saja yang menyerang ku, bukan kejiwaan!" balas Lisa hanya mendapat anggukan singkat tak sesuai harapan yang menggebu dari wanita itu. Rupanya Max hanya ingin sekedar tau, tak ingin peduli pada orang masih di kategorikan asing di hidupnya. Ya, di maklumi saja, masih sangat wajar.     

"Lantas?"     

"Ah, begini… Sebenarnya aku tak sabar untuk mengobrol dengan diri mu, hanya saja tampilan ku yang seperti ini, apakah mengganggu mu? Ehmm… Maksud ku dengan pakaian yang sangat tipis dan juga basahan yang menjiplak di payudara ku. Kalau kau merasakan terganggu aku bisa menyempatkan diri untuk berganti pakaian terlebih dahulu."     

"Kenapa baru mengatakannya sekarang? Apakah kau tak menyadari jika tingkah mu sampai dengan detik lalu nampak seperti menggoda ku untuk bercinta? Berjingkrak-jingkrak girang dengan kedua payudara milik mu yang terombang-ambing, kain di bagian bawah mu yang sedikit demi sedikit terus terangkat. Sangat terlambat untuk menyadarinya."     

Lisa yang baru saja menyilangkan kedua lengannya di depan dada pun dengan lantas melepaskannya dengan cepat seperti sesaat lalu. Pandangannya menatap pria di sampingnya lagi dengan wajahnya yang memerah.     

"Jadi, kau tak mempermasalahkannya sama sekali?"     

"Tidak."     

"Ah, betapa bodohnya aku, kenapa aku sampai melupakan diri mu yang gay ini, ya… Kau pasti sama seperti Nathan, mau aku telanjang di hadapannya pun sekali pun tak berpengaruh… Kejantannnya bahkan tak berkedut sama sekali."     

Sampai pada prasangka Lisa yang mengira jika Max adalah gay sepenuhnya. Pria itu masih diam karena tak ada alasan untuknya repot-repot memberi penjelasan. Namun setelah nama Nathan sebutkan, pria ternetra khas itu pun lantas menyahuti. "Kau pernah coba menggodanya? Kau pernah melecuti pakaian mu di hadapan pria incaran ku?!"     

Lisa pun sontak menggeleng-gelengkan kepala, lagi-lagi kecemasan yang tak sudi di tuduh membuat kedua telapak lengannya ikut di goyangkan. "Tidak-tidak… Jangan salah paham, Max. Aku memang pernah melakukannya. Tap-tapi hanya sebatas percobaan saja," ucap Lisa yang mengingat hari itu.     

Saat dirinya yang merasa sangat penasaran dengan pria gay seperti Nathan. Sungguh, rasa penasarannya hanya seringkali datang begitu saja. Bisa di katakan percobaan, ia dengan lancangnya masuk ke dalam bilik yang di tempati Nathan saat tau pria itu sedang berganti pakaian. Lisa yang begitu saja ikut menunjukkan dirinya secara terbuka, harus menahan malu akibat Nathan yang hanya menatapnya datar.     

"Jujur, apakah kau tak tertarik pada Nathan sedikit pun?"     

"Sungguh, aku tak bohong! Malah seringkali aku menggodanya dengan menunjukkan pria tertampan di kampung ini."     

"Heh! Tak akan bisa sebanding dengan ku!" balas Max yang langsung berwajah malas.     

"Ya, aku tau itu, Max…" timpal Lisa dengan manggut-manggut. Wanita yang sontak teringat sesuatu pun lantas lanjut berucap dengan niatan bertanya. "Kau sempat mengatakan jika belum menjadi kekasih Nathan, jadi siapakah kekasih pria itu sebenarnya? Seseorang yang menghubunginya banyak kali, bukan kau?"     

"Hanya pria mungil yang sangat cengeng," balas Max yang menjadi sangat bosan dengan perbincangannya, kalau masih menggunakan kuasanya sembarangan, mungkin saja pria itu akan menerobos ke balik tirai usang itu dan memeluk sosok di balikknya dengan sangat erat.     

"Pria mungil? Jadi, Nathan yang ada di posisi dominan, begitu?" Pertanyaan Lisa yang di balas gelengan kepala pun lantas langsung melanjutkan perkataannya. "Sungguh, dia sangat tak cocok di posisi itu… Ku rasa di bandingkan pria yang belum ku lihat sebelumnya, kau jauh lebih cocok untuk menguasai Nathan yang jelas berwajah sangat manis itu."     

Lisa yang sibuk dengan ucapanya sendiri. Mimik wajah serta gerak tubuhnya yang mendukung keberpihakannya pun hanya di balas seadanya oleh sang pria pendatang.     

"Oh, ya! Jadi, kenapa kau bisa tau keberadaan Nathan? Sedangkan ponselnya sudah di jual."     

Lisa masih saja mengutarakan pertanyaannya, mengusik Max yang seperti menahan diri dengan mengatur pompaan jantungnya yang terlalu berdebar kencang. Sungguh, pria itu sangat tak sabar untuk menatap Nathan yang sejak tadi nampak tak terusik dengan perbincangan keras yang keluar dari mulut wanita itu.     

Mengalihkan pandangannya singkat, Max pun lantas membuat Lisa mengedipkan kelopak matanya dengan lebih cepat. "Hei, bisakah kau memberi ku sedikit ruang di tempat ini? Sungguh, bayaran yang ku tawarkan tak main-main. Hanya sampai bisa membujuknya pulang bersama ku saja."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.