Hold Me Tight ( boyslove)

Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan



Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan

0Memiliki moment indah, terkadang memang harus di paksakan. Menjadi seorang yang memperjuangkan cinta, di tolak menjadi urusan belakangan. Terkadang terlalu sulit untuk mengandalkan takdir, jika memang hati telah bersungguh-sungguh untuk menempatkan sosok spesial di untuk menjadi tambatan hati.     
0

Seperti apa yang di lakukan Max selama ini. Pendiriannya yang teguh di sertai rasa percaya diri atas segala kelebihan yang di milikinya. Jika ingin dapat memang harus melakukan perjuangan lebih, mungkin sampai pada titik jenuhnya nanti.     

Saat ini ketertarikannya mati-matian untuk Devan. Ia yang sudah seperti jatuh cinta pandangan pertama, tak gentar sedikit pun meski statusnya sudah menjadi milik orang lain.     

Kesepakatan yang sesaat tadi di dapatkan. Lisa sebagia seorang wanita yang memiliki kediaman pun lekas menampilkan binar kesenangan dan senyum yang tertarik sangat lebar. Seperti suatu hal yang di bayangkan sangat besar, wanita itu bahkan hendak bersujut di bawah kakinya. Jika saja sang pria membenarkan, tapi ia bukan ingin berkuasa yang sampai di perlakukan berlebihan.     

Mengabari supirnya untuk segera pulang dan meninggalkan mobil untuk tetap berjajar di samping milik Nathan. Max sebagai anak yang sangat patuh pun lekas menghubungi ibunya, memberi alasan jika ia akan tinggal di apartement atau hotel miliknya sementara waktu.     

"Max, jangan buat dia mendesah terlalu kencang. Aku ingin tidur nyenyak malam ini."     

Ucap Lisa dengan memberikan kedipan pada Max yang sudah ada di depan bilik yang di tempati oleh Nathan itu. Memberikan balasan menyebalkan dengan satu alisnya yang di angkat, seringai Max pun malah di anggap wanita itu sebagai rencana mesum hingga membuatnya terpekik kegirangan.     

Lebih kecil dari yang di bayangkan oleh pria berwajah dominan barat itu. Ruangan yang bahkan tak membuatnya harus repot-repot melangkahkan kaki terlalu jauh. Aroma pengap yang tercium sangat menyengat, pasokan udara bebas pun tak ada untuk sedikit memberikan pantuan. Sebuah lemari yang bagian depannya terdapat kaca penuh, bahkan Max yang coba melihat tampilannya pun terdesak oleh pencahayaan yang sangat minim.     

Sebuah ranjang kecil yang dipan kayunya nampak sudah sangat lapuk dengan banyak bagiannya yang keropos. Mengingat cerita dari Lisa yang sesaat lalu mengabarkan jika betapa besar siksaan Nathan saat membarinkan tubuhnya di atas ranjang. Alih-alih larut dalam keprihatinan, Max lekas di bujuk dengan tampilan menggemaskan dari seorang pria yang dengan usaha penuh untuk mendapatkannya.     

Mengulas senyum yang sangat tulus, pria yang seringkali di olok bertubuh raksasa itu pun mendatangi sosok yang tak kenal takut untuk menghadapinya dengan raut jelas tak menyenangkannya selalu.     

Kriettt     

Suara dipan reotnya saat beban bertambah tak sesuai tampungan. Menikmati sejenak paras yang memikat hatinya dalam kondisi penghayatan penuh. Lengan kananya terangkat, jari telunjukkan mengeja setiap bagian wajah milik pria yang tengah tertidur pulas. Matanya yang setengah terbuka, bibirnya yang merekah sangat menggoda kali ini seperti mengodorkan diri untuk di habisi.     

Bukan Max yang merupakan pebisnis handal jika kesempatan terbukanya di buang begitu saja. Meningalkan ketertarikannya yang hanya sebuah sentuhan ringan tak berasa. Pria yang lekat dengan sisi dominannya pun lantas menangkup rahang pria yang tidur dalam posisi kedua kakinya yang menjuntai. Satu miliknya yang menyangga bagian tengkuk milik Nathan, Max yang membungkuk pun lantas menyatukan kedua permukaan bibir mereka.     

Seperti seorang pria yang sudah tak bisa menahan hasrat seksualnya, Max menghabisi milik Nathan secara penuh. Menciumnya sangat dalam dengan sesekali kasar saat menggigit permukaan bibir calon kekasihnya yang sangat manis.     

Mulut terbuka milik Nathan sudah sangat membantu. Max terus menjelajah isi di dalamnya. Menderet barisan gigi yang tersusun rapi. Lidah lincah milik pria itu pun juga terus menjilat langit-langit pada mulut Nathan.     

Saat kepuasannya lancar tanpa hambatan, Max pun semakin ingin merasakan yang lebih jauh. Beruntung Nathan yang tidur seperti kerbau, pria yang penuh dengan akal liciknya pun segera mengambil posisi yang lebih nyaman.     

Meninggalkan sejenak bibir lezat Nathan yang sudah sangat basah, Max yang sampai mengusapnya dengan jempol sembari tersenyum mesum, bahkan sampai benang salivanya yang tertarik sampai dagu itu.     

Mengalihkan posisi baringan Nathan yang sesuai. Tanpa memikirkan jika ranjang itu akan hancur sekali pun, Max lantas menempati sisi yang berlawanan dengan tembok pembatas. Menyodorkan lengannya, masih untuk menyamankan bantalan yang lebih baik.     

Tak berhenti di situ, Max masih ingin mengambil bayaran yang setimpal untuk kesusah payahannya untuk mendatangai pria dewasa yang masih labil itu.     

Kembali mencium bibir Nathan yang sudah sang di candui. Sekedar lebih dari itu. Lengan kiri Max yang bebas lantas berkelana sesuka hati. Menghampiri titik sensitif yang di yakini tepat, pria itu dengan brengseknya menjapit tonjolan kecil di bagian dada itu. Melakukan dua hal sekaligus, Max yang sudah sangat berdenyut pun makin ganas dengan tindakanya.     

Sedangkan Nathan di alam bawah sadarnya. Kenikmatan yang merangsang miliknya yang sudah sangat lama tersembunyi di dalam sangkar. Sentuhan yang sangat terasa hingga membuat sekukur tubuhnya menjadi sangat bergetar tak karuan. Dahinya bahkan sampai tertekuk, pejaman matanya yang makin di rapatkan. Kali ini rasa basah yang jelas-jelas di rasakan permukaan bibirnya, sesuatu memasuki mulutnya tanpa izin. Sosok bayangnya yang di lihat sangat buram, namun perawakannya yang tinggi besar, tak mungkin jika kekasih mungilnya yang di mendatanginya khayalnya.     

Semakin Nathan terdesak oleh keingintahuan, tubuhnya yang sudah meliuk seksi seolah menyodorkan pasrah pada seseorang yang ada di sisinya itu. Sangat membujuk benda perkasanya untuk lekas bangun.     

Kali ini mulutnya yang tersumpal pun secara tiba-tiba terbebas. Rasa sedikit perih di bilah kenyalnya juga seperti nyata, rahangnya pun juga pegal.     

Saat kecurigaan Nathan pada mimpi tak warasnya mulai timbul, ia pun lekas menarik diri dari kenyamanan yang di rasakan. Mulutnya yang akan bersuara untuk memergoki sosok nyata yang mungkin menjadi pelaku, namun malah suara yang tak di izinkanya untuk keluar malah mengalun mulus. " Eunggh…."     

Seiring dengan rasa menggelitik yang di dapatkannya. Kali ini rasa basah dan tinggalan sedikit perih di rasakan Nathan dengan begitu jelas. Kedua netranya terbuka, cahaya remang-remang dari ruangan tak akan mungkin membuatnya salah perkiraan. Surai kecoklatan yang nyaris seperti akan menghantam wajahnya.     

Tubuh besar memberi batas tak bebas untuk Nathan yang baru lepas dari mimpi buruk dan malah harus menghadapi kenyataan pahit itu.     

Suara napasnya yang terdengar sangat rakus untuk sekedar di hirup. Nathan yang seolah memasrahkan dirinya sesaat pun lantas tak bisa tahan untuk menyembunyikan gairahnya yang mulai terbujuk. Terlebih dengan hisapan kuat dan juga tabrakan di sengaja pada bagian intim bawahnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.