Hold Me Tight ( boyslove)

Satu hati yang mulai terusik



Satu hati yang mulai terusik

0Perasaan cinta harusnya memang murni tanpa sebuah syarat. Seperti tangkupan lengan yang menyodor untuk di berikan sesuatu dengan se relanya. Harusnya tak berhak untuk mendesak sekali pun hal terkencil di inginkan.     
0

Memasrahkan dua insan untuk saling merelakan diri. Membuat hal momen kecil sekali pun menjadi bagian memori yang di rasa cukup setimpal dengan penempatan istimewanya.     

Harusnya cinta tulus seperti itu. Rela memberi pengorbanan atau sekali pun waktu yang lama untuk bisa bisa di berikan balasan yang memuaskan. Tak selayaknya untuk memaksakan diri, terus mendesak dan mengiming-imingi bayang kebahagian. Terlebih jika bujuk rayu itu lekas di respon hanya karena pertimbangan sosok lain tak akan pernah bisa sepertinya.     

Seperti cinta tulus yang di berikan Ilham pada pria mungil yang di dambakanya setiap waktu. Usahanya yang memang sudah pada batas maksimal harus juga terdesak dengan waktunya yang sudah pada batas akhir.     

Rian yang memberikan penolakan resmi untuknya, memang sangat menyakitkan untuk bisa sekedar di utarakan. Tak bisa hanya dengan gambaran kasar dengan mengibaratkan dadanya yang seperti tertusuk oleh ratusan pisau tajam. Sudah lebih dari itu, bahkan rasa sakitnya sampai bisa membuatnya mati rasa untuk melanjutkan hidupnya lagi. Sama sekali tak bergairah, untuk menjalankan kewajibannya sebagai seorang pengelola café pun dengan tanggungan beberapa karyawan seolah tak bisa memberinya suntikan semangat.     

Bangun pagi dengan kesunyian yang sama, menyempatkan waktu untuk mensugesti dirinya supaya bisa sedikit merasa bersemangat setidaknya beberapa jam kedepan. Namun bagaikan palu gada yang dengan sekali pukulan mampu meluluh lantahkan tembok besarnya, bayangan dari pria mungilnya yang sedang tersenyum bahagia bersama dengan kekasih New York nya itu mampu menjadi bayangan buruk untuk hidup kedepannya.     

Pragg     

Suara botol kaca yang terlempar dan menyenai sisi rapuh lainnya. Sebuah lukisan baru untuk menggantikan miliknya yang dulu juga di hancurkan, namun dengan asalan marahnya pada sosok berbeda.     

Dengan tubuh lemasnya yang bertelanjang dada, Ilham pun coba menjelajah seluruh bagian ruang kerjanya dengan langkahnya yang tak bertumpu kuat. Hari yang mulai larut, tak lekas membuatnya lelah untuk sekedar mengalihkanm pikirannya yang sudah tak karuan.     

Sebuah laci yang kali ini menjadi tempat yang sangat stategis untuk penyimpanannya. Deretan botol dengan isiannya yang memabukkan menjadi kawan setianya mulai dari hari itu.     

Membuka penutupnya dan langsung menegaknya dari mulut botol. Jangkunnya yang sampai naik turun, Ilham layaknya seorang yang tak menganggap berbahaya minuman yang di perlakukannya selayaknya cairan biasa.     

Kantung matanya yang menebal, seiring dengan mata merahnya akibat tak pernah cukup tidur. Pandangan terbatasnya di ruangan yang sengaja di atur remanga-remang pun sontak meliar tanpa sebab. Di sisi bersamaan dengan mulutnya yang masih menampung alkohol.     

Kali ini ilusinya hadir dengan perubahan sosok tak terduga, jika biasanya masih dengan seputaran pria mungilnya yang hilir mudik seperti menggoda. Ilham pun lekas menjauhkan mulut botolnya yang bahkan sudah tersisa setengahnya itu. Pandangannya yang jelas tak bisa di benarkan karena terbujuk tipu itu lantas seperti di percayai nya dengan cepat. Alkohol yang sudah mempengaruhi keseluruhannya. Wanita yang nampak menangis dengan tubuh telanjangnya itu rupanya mampu mengalihkan bayangan Ilham.     

Seperti sebuah kilas balik erotis yang di bayangkan. Saat seorang wanita yang menangis dan bersimpuh di kakinya itu memohon pinjaman uang yang terbilang sangat banyak. Ilham yang kala itu tengah frustasi pun menjelma menjadi pria bajingan seketika. Meminta balasan dengan memperlakukan wanita itu seakan-akan seperti wanita jalang. Menerobos dan mengoyak selaput beningnya untuk pertama kali.     

Percintaan yang saat itu di rasakan sebagai pelampiasan semata, kejantanannya yang berdenyut dan mengeluarkan cairan yang sangat banyak mengambarkan betapa kepuasannya Ilham waktu itu. Namun lagi-lagi dengan pikiran melulu tentang sosok obsesinya. Semua terlupakan begitu saja.     

Kali ini ingatan baik Ilham yang terus di dorong oleh pengaruh alkohol yang sudah membuatnya melayang-layang. Pria yang khas dengan wajah lugunya itu pun lantas teringat pada kejadian di mata wanita yang tengah mendatanginya walau sudah di putus batas henti oleh pria itu. Wanita yang membuatnya marah karena ucapannya yang memberi kabar yang sangat buruk, tentang hasil dari percintaan mereka dan juga raut yang di buat memelasnya karena sang mama yang di katakan sakit keras.     

Wanita yang pada awal pertemuannya menjadi kesan tersendiri. Senyum manis dan juga bicaranya yang sangat halus kala menjawal pertanyaan seputar pekerjaan. Wanita yang tak pernah di sangkanya akan membuat masalah dan membuat Ilham menjadi pria yang sangat kejam.     

Alih-alih merasa jika bayangan itu tak pantas untuk mengantikan Rian, Ilham pun malah mengulas senyum lebar tanpa sadar. Hatinya yang seketika saja seperti menghangat, kali ini seperti menemukan jalan buntu setelah berhari-hari.     

Pria itu pun kembali pada tempat awalnya, meninggalkan begitu saja botol memabukkan yang atas meja laci. Langkahnya yang sudah seperti mendapatkan suntikan kekuatan.     

Masih dengan senyumnya yang mengulas, tubuhnya pun disandarkan penuh pada bagian sofa empuk. Matanya yang sesaat lalu nampak sangat lesu, tiba-tiba saja berbinar tampa sebab. Rupa dari sosok wanita yang sesaat lalu mulai di garis tebalkan. Mendesaknya untuk menjadi semakin jelas.     

Sampai mulut yang sudah berhari hari itu bungkam, kali ini terbuka hanya untuk mengatakan sepenggal kata pendek. "Hei, apa kabar mu di sana?"     

"Aku sangat baik hari ini, sungguh sangat baik!" pekik seorang wanita yang tengah berbaring seorang diri. Lengannya yang terus mengusap perutnya yang mulai buncit itu pun lantas tak henti untuk menebarkan senyum.     

Kesendiriannya saat ini sudah tak di rasakannya lagi. Kehadiran dari sepang kekasih yang ada di bilik depan membuatnya tak bisa untuk melanjutkan kesedihannya seperti hari- hari lalu.     

Suara senyap yang terkadang hanya hadir di isi oleh hewan-hewan kecil atau bahkan hembusan angin. Kali ini sudah lebih meriah dengan suara sahutan yang sejujurnya tak pantas untuk di lakukan di kediaman orang asing.     

Namun Lisa adalah wanita yang sangat baik. Hal itu malah di anggap sebagai penghibur di kala malamnnya yang selalu di hampiri buruk orang sosok pria kurang ajang yang sayangnya adalah orang yang di cintainya dan juga sekaligus calon ayah dari bayi yang tengah di kandungnya saat ini.     

"Hihi… Mereka kira-kira sedang apa, ya?" ucap Lisa dengan rasa penasaran yang sangat.     

"Ahhhk… Kau menekan ku terlalu keras. Kurang ajar, Max. Akhhhhh…."     

Lisa yang menutup kedua telinga pun lantas hilang pertahanan saat suara keras itu malah makin membujuk rasa penasarannya.     

"Sungguh, nak… Sebenarnya ini sangat tak baik untuk mu… Melihat dua orang bercinta, benar-benar bukan hal baik. Tapi sungguh, kenapa aku merasa sangat ingin mengintip mereka? Bagaimana ini, nak?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.