Hold Me Tight ( boyslove)

Khayal yang terlalu nyata



Khayal yang terlalu nyata

0Malam yang sudah sangat larut, membujuk kantuk untuk segera di turuti. Bayang mimpi yang sudah sampai berderet, mengantre untuk di selami.     
0

Bulan rasanya bersinar terlalu bersemangat, bulat sempurna dengan cahayanya yang sangat benderang. Suasana yang sangat tenang, harusnya tak terusik karena baringan yang terlanjur nyaman.     

Demikian juga yang di alami oleh seorang pria yang sesaat lalu sudah sangat lelap tertidur. Otot-otot kaku di tubuhnya yang sudah melemas atas bantuan seorang wanita, rasanya membuat ia tak merasakan lagi siksaan berat saat harus berhadapan dengan permukaan keras yang di tempati.     

Seharian melewati hari yang sangat panjang. Terpapar debu dengan tambahan sinar matahari yang membakar kulit. Langkah geraknya yang seperti terus di paksakan, akhirnya menyerahkan diri dengan rasa berdenyut yang teramat sakit. Situasi yang tidak bisa di katakan cukup baik di bandingkan perlindungan dari kediaman kecil dengan ruang pengap yang menyelamatkannya akhir-akhir ini.     

Tubuhnya yang tergeletak begitu saja. Posisi tidurnya yang bahkan masih tak beraturan mampu membuat letihnya merasa menang karena mendapat jatah istirahat. Sudah hilang sepenuhnya, pria itu tak merasakan apa pun. Keadaan di sekitarnya lantas di abaikan begitu saja. Nathan sedang beristirahat.     

Tidur bermulanya sampai tak menampakkan kejadian bayangan ilusi sedikit pun, hanya sebatas ruangan gelap dan sangat sunyi, namun rasanya sangat nyaman karena kemelut pikiran yang seperti hilang sepenuhnya.     

Seperti sangat singkat di rasakan. Ia yang hendak mengumpat kasar karena tiba-tiba saja sebercak cahaya seperti mengganggu pandangannya yang nyaman terpejam. Tubuh yang sebelumnya sangat rileks, seperti di tarik paksa untuk mengikuti seorang gambaran asing yang mendatanginya itu. Lengannya yang di genggam erat, sosok yang masih masih buram di penglihatan pun membawanya untuk berlari.     

Dirinya yang seperti tak bisa mengelak. Langkah cepatnya yang mengikuti irama dan seseorang yang di depannya itu. Memang sampai membuatnya berpikir, karena setelahnya hanya ada batasan jelas dari sebuah pintu besar yang menghadang. Nathan yang hendak bertanya tentang tujuan pasti sosok itu mengajaknya, hanya tertahan di ujung lidah saat senyum tipis bersamaan dengan pintum besar di hadapan mereka yang terbuka sendiri.     

Di sebuah ruangan terbuka yang di lihatnya sangat indah. Pemandangan hijau dengan air terjun bak cerita dogeng yang di ilustrasikan. Telapak kakinya yang bersentuhan langsung dengan rerumputan basah, tak pelak membuatnya merasa sangat senang. Bibirnya yang menarik lebar di kedua sudut, pandangannya tak berhenti untuk terus mengedar memanjakan mata. Binar netra beningnya lantas tak henti untuk merasa kagum, binatang kecil berwarna putih yang berlomba-lomba untuk mendatanginya. Kupu-kupu yang bahkan sibuk dengan nektar di bunga-bunga bermekaran pun turun datang menyambut, mengelilinginya dengan tarian cantik yang membentuk barisan rapi.     

Sungguh, Nathan merasakannya jika hal itu hanya lah sebuah mimpi yang dengan beruntungnya di dapatkan. Ia yang akhir-akhir ini merasa sangat sedih dengan kenyataan hidupnya pun lekas membaik hanya dengan tipuan khayal.     

Menghirup dalam-dalam, aroma basah di sekitarnya. Melebarkan kedua lengannya berniat untuk merasakan udara yang sangat sejuk. Namun terasa berat di satu sisi, rupanya sosok yang masih belum menampak jelas masih menggenggam erat telapak tangannya.     

Netranya yang terus berusaha untuk di belalakkan. Nathan sangat merasa penasaran akan seseorang yang hadir dalam mimpi dan membawanya pada keindahan itu. Ia yang percaya jika mimpi adalah suatu bertanda yang terkadang sangat tepat untuk kehidupan nyata kedepannya. Nathan ingin menilik petunjuk, namun rasanya sangat sulit untuk bisa menebak seseorang dengan perawakannya yang sedikit di rasanya tak asing.     

Namun tanpa adanya pergerakan kecil apa pun, Nathan seperti di bawa menyelam pada sebuah lubang besar yang di pijaknya sesaat tadi. Debaran kencang jantungnya saat di rasa jelas, ia seperti di bawa jatuh ke dasar terendah.     

Perasaan takut sontak di menghampiri, mulutnya yang akan terbuka untuk meminta bantuan tertahan tiba-tiba oleh sesuatu yang membekapnya. Sentuhan lengan seseorang di rasakannya semakin jelas. Menakup rahang dan juga menyangga tengkuknya. Bibirnya sudah terasa sangat basah, sebuah benda lembut terus saja mempermainkan isi dalam mulutnya. Seorang pria itu rupanya masih ada untuknya, menemani Nathan dalam petualangan konyol.     

"Aku menginginkan mu…" bisikan lirih itu terdengar jelas di pendengaran Nathan. Jarak tubuh mereka yang sangat menempel membuatnya sedikit tergoda.     

Entah karena rasa gejolak mudanya yang memaksa tubuh untuk selalu merasa terangsang. Bahkan dalam saat genting akan situasi yang membawanya terus tertarik ke dasar tak berujung.     

Nathan yang hanya diam saja, sepertinya di tanggapi sosok itu sebagai bentuk persetujuan. Di lubang hitam kecil yang membawa keduanya berputar-putar, Nathan terus di bujuk dengan sentuhan intim. Jamahan telapak tangan besar yang terus berpindah posisi.     

Dalam keadaan seperti itu pun, Nathan yang mendesah keras masih bisa menyempatkan diri untuk berpikir. Jika dalam keadaan yang seperti ini, kenapa dominan sepertinya malah tak di izinkan untuk berkuasa? Alih-alih sosok mungil sangat di rindukannya itu, kenapa yang menemui malah seorang pria dengan perawakan raksasanya?     

"Eungh…"     

Desah miliknya yang tak bisa untuk di tahan lagi. Kejantanannya mulai berkedut, rautnya sejak tadi terus saja mengernyit, napasnya yang lantas memburu. Sampai saat pria itu mengalami perasaan yang membuncah, sentuhan erotis yang di alam bawah sadarnya.     

Kali ini sentuhannya semakin terasa nyata dan sangat jelas. Seseorang yang ada di hadapanya pun lambat laun juga sedikit menampilkan petunjuk. Namun sayangnya saat ia hendak mendapatkan pandangan balas yang jelas untuk pertama kali, ia malah tersentak lantas di bawa ke titik terbawah yang membawa ke tempat seharusnya. Lagi-lagi dalam keterkejutan tak terduga, irama jantungnya terus di permainkan. Satu detak awalnya yang terasa menyakitkan, lantas di lanjutkan dengan tempo yang di percepat.     

Seakan tertarik pada jangka waktu bersenang-senang di dunia ilusi, pria itu pun perlahan mulai menyadari jika memang mimpinya adalah karena pengaruh seseorang. Kondisi di sekitaran yang mulai kembali normal, ruangan yang pengap dan membuatnya merasa sangat gerah.     

Meninggalkan keindahan yang di hadirinya sesaat tadi, Nathan malah harus membawa bingkisan yang tak di harapkan.     

Netranya sudah mulai terbuka perlahan, namun secara serentak ia di kejutkan dengan rasa perih di bagian lehernya. Pemilik surai yang kecoklatan yang menjadi ciri khas, kali ini Nathan menyadari jika pria yang menyusulnya ke rumah sedehana milik Lisa adalah orang yang menteror sampai melewati batasan mimpi dan kelancangannya yang nyata.     

Di bandingkan dengan melawan belitan dari tubuh besar yang menindihnya, amat sangat di sayangkan jika ketidak waras Nathan yang malah mengambil alih. Tubuhnya yang ada di bawah kendali, malah meliuk-liuk untuk mendekati sosok pemuasnya.     

Malam itu memang sudah sangat gila, Nathan yang seperti terlalu merindukan sentuhan tak lagi pandang bulu, sekali pun dengan Max.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.