Hold Me Tight ( boyslove)

Hasrat terpanggil



Hasrat terpanggil

0"Ahhh… Ini sangat gila! Kenapa aku tak menyingkirkan diri mu dari atas tubuh ku, Max- ahh…"     
0

"Mungkin kau sudah tertarik dengan ku?"     

"Hhaha… Itu tidak mungkin, kau adalah seseorang yang jauh dari kriteria ku!"     

"Jadi, hanya untuk kali ini saja. Aku adalah sosok satu-satunya yang ada untuk bersama mencapai kepuasan bersama mu. Hanya untuk kali ini saja, aku mengizinkan mu untuk menerima ku atas dasar terdesak, lain kali ku pastikan jika kau yang malah sedia untuk melemparkan tubuh di ranjang ku."     

Dalam tubuh yang sudah terbujuk rayu penuh. Desakan muatan yang sudah sangat melimpah karena merasa tak terlalu di puaskan dengan kocokan lengan sendiri. Nathan sudah seperti tak bisa di ajak untuk berpikiran positif. Terlalu mendadak dan sangat nikmat hingga seperti membuatnya menjadi seorang pria yang bodoh jika menolak untuk bersenang-senang.     

Pandangan sang pria yang sangat tampan itu pun terangkat, Max yang menyadari jika kalimat singkat yang di katakan tiba-tiba oleh Nathan yang baru saja terbangun dari lelapnya adalah suatu balasan merelakan diri.     

Max terus melakukan aksinya tanpa ampun, sasaran kepuasannya yang berseling-seling, hingga membuat Nathan kepayahan dan hanya bisa membuka mulut untuk mendesah.     

Max yang masih dalam misinya untuk melukiskan karyanya di sekitaran leher Nathan. Lengan besarnya yang menyentuhi kasar sekujur tubuh incarannya itu. Hingga pada yang terjauh, tubuh besar Max yang di timpakan sesekali hanya untuk menggesek kejantanan mereka yang sudah sangat berdenyut.     

Napas keduanya yang sudah memburu, desah kepuasan pun terus mengalun bersautan, mengisi ruang sempit yang saat ini di tempati mereka. Tak mempedulikan Lisa yang mungkin mengganggap bayangan dari suara erotis mereka adalah suatu mimpi buruk. Tak mempedulikan kemungkinan apa pun yang bisa membuat perbuatan mereka di sadari.     

Nathan yang kali ini sudah tak bisa lagi untuk memandang dengan jelas, kelopak matanya berkali-kali di bujuk untuk terpejam rapat dan menghayati kenikmatan yang di rasakan olehnya. Hanya saja indra perabanya yang sangat peka, di setiap bagian yang mendapatkan jatah jamahan, pasti bulu-bulu halusnya akan sontak berdiri.     

Tubuh berbaringnya yang di tekan atas bawah, membuat Nathan merasakan kenikmatan sampai ubun-ubun. Kedua lengannya terbuka lebar, benar-benar memasrahkan diri pada pria berwajah oriental itu.     

Max yang menyeruakkan wajahnya di leher Nathan, pria itu pun kembali membawa pria pujaannya pada ciuman yang amat dalam. Menghabisi tanpa ampun. Jika Nathan yang tak sadar sebelumnya, kali ini lidah ahli milik Mike terus meliuk untuk mencari lawan.     

Nathan yang di pancing pun meladeni dengan suka hati. Masih dengan tingkat kepercayaan dirinya jika ia adalah seorang pria yang juga dominan sejati. Mencoba menjadi pengendali, benda lembutnya yang coba untuk membelit. Sudah seperti sangat kehausan, Nathan bahkan menyesap saliva milik Max dan menelannya tanpa pikir panjang. Perlahan keluar, kali ini pria menggemaskan dengan wajah memerahnya itu pun menggigit kasar permukaan bibir bawah milik Max.     

Pria yang sudah memiliki cinta, jelas merasa kesenangan dengan respon antusias yang tak terpikirkan sebelumnya. Nathan yang di kiranya akan mengomelinya panjang lebar seperti waktu ia menggodanya dulu, kali ini malah seperti sangat tak sabaran. Bibirnya yang di serahkan untuk di habisi oleh pria yang ada di kungkungannya pun coba membuat pembuktian.     

Wajah Max yang coba untuk di jauhkan, Nathan yang masih sangat menikmati permainannya pun malah mengupayakan diri untuk mengangkat kepalanya. Dengan gurat sumrigahnya, Max coba untuk memberi jarak lagi, lengannya yang di tumpu di samping kepala Nathan pun hendak di tegakkan.     

"Emmpphh.."     

Namun nyatanya upaya Max yang mencaba untuk tarik ulur itu di gagalkan begitu saja oleh Nathan yang membelitkan lengan di sekitaran lehernya. Bibir Max yang masih di japit posesif dengan gigi pria itu pun sampai tertarik hingga membuat mulutnya terbuka. Sedikit di rasa sakit, mungkin saja sudah berdarah karena itu.     

Namun sedikit pun tak di sesalkan oleh Max, raut Nathan yang seperti tak menerima jika kesukaannya di ambil paksa. Matanya yang sedikit bercak kemerahan itu membelalak lebar, suaranya rengekannya yang terdengar manja, serta Nathan yang tanpa membuang waktu lagi langsung kembali menciumannya.     

"Emmph… Akhh…" desah Nathan saat Max yang kali ini menekan kejantanan miliknya dengan telapak tangan besar pria itu.     

Ciuman mereka pun akhirnya terlepas, pasokan udara yang di butuhkan menjadi penghambat. Dalam kedekatan yang sangat rapat, mereka saling berebut untuk mengisi rongga dalam mereka yang sudah sangat membutuhkan pompaan oksigen.     

Pandangan mereka bertemu, hanya terdiam dan tak ada niatan untuk sepatah kata pun. Keduanya saling menyelam pada masing-masing. Namun hanya kesimpulan kompak yang di dapatkan keduanya, baik Max dan Nathan yang masih sangat merasa tak cukup dengan ini, mereka menginginkan lebih.     

Nathan yang kali ini bergerak tanpa sadar, melepaskan tautan lengannya yang sangat kuat pada pria itu. Bukan untuk menjauh, pria yang sudah sangat basah baik keringat atau pun titik kejantanannya pun lantas menangkup rahang kaku milik Max. Bergerak-gerak memutar di sekitaran wajahnya, hingga pandangan Nathan tertuju tepat pada manik mengagumkan milik Max lagi.     

Tak ingin mengungkapkan bagaimana setitik keindahan itu mampu membuat terhipnotis, Nathan dengan egonya yang masih tinggi pun malah mengungkapkan keluhanannya untuk sekedar melepaskan situasi canggung. "Kau terlihat sangat membosankan dengan rambut kecoklatan mu yang selalu tersisir rapi ke arah kiri. Di bandingkan umur dua puluh delapan tahun, orang-orang pasti mengira jika kau sudah mempunyai istri dengan anak-anak yang akan mengantre untuk meminta jatah jajan di sekolah."     

"Jadi, kau melihat ku sebagai sosok yang mengagumkan seperti itu? Aku dengan anak-anak menggemaskan yang akan memanggil ku, papa? Lantas, bagaimana gambaran kehidupan masa depan mu nanti?"     

"Aku? Tak terlalu istimewa. Mungkin aku yang sangat bebas dengan bangun sesiang mungkin, pergi bekerja jika sempat saja. Menghampiri anak Lisa yang nantinya akan tumbuh besar, mengajaknya bermain sepanjang hari. Aku tak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika keponakan ku itu nanti berwajah sangat kusam karena terus terpapar polusi. Lisa yang nanti akan memarahi ku dengan satu lengannya memegang spatula. Hahah… Pasti akan sangat menyenangkan, bagaimana menurut mu?"     

"Kau menjadi orang yang kesepian dengan tak ada gairah untuk hidup. Apakah karena itu kau memutuskan pergi? Kekasih mu yang sukanya menghilang dan orangtua mu yang sudah seperti tak mempedulikan. Apakah kau se sentiment itu?"     

Percakapan yang secara tidak langsung di singgung oleh Nathan. Tak di duga dan hanya seperti mengalir begitu saja. Max yang sudah dalam ambang rangsangnya pun sontak menyempatkan diri untuk memberikan tanggapan. Menahan miliknnya dengan sekuat tenaga.     

Lisa yang sesaat lalu berwajah merona karena untuk pertama kalinya melihat secara langsung sentuhan intim dari sesama pria. Wanita itu lantas tersentak dengan ucapan mengharukan dari pria yang di kategorikan masih sangat asing untuknya itu. Nyatanya Nathan menganggap pertemuan mereka tak sesepele itu.     

"Dia pria yang baik, nak! Dia akan menjadi paman mu, nanti!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.