Hold Me Tight ( boyslove)

Terus coba mengelak



Terus coba mengelak

0"Aku tak berniat coba-coba, karena aku dengan pasti akan menolak diri mu."     
0

Max yang mendengar penolakan Nathan seperti sedikit pun tak tersinggung. Alih-alih demikian, ia malah mengulas tawa seolah meremehkan lantas menjawab, "Kenapa kau sepercaya diri itu dengan pertahanan mu? Bahkan untuk sekedar lepas dari godaan ciuman ku saja, kau tak bisa."     

Nathan pun sontak mendengus kesal, alisnya menukik tajam dengan kedua telapak tangannya yang berusaha untuk mendorong tubuh raksasa di atasnya itu.     

Sekuat tenaga, Nathan sampai terengah-engah dengan geraman keras akibat usahanya yang tak sedikit pun membuahkan hasil. "Sia!" umpat Nathan untuk mengekspresikan emosinya yang tersulut.     

Demi apa pun, Nathan tak sudi untuk di dominasi, terlebih Max yang diketahuinya sejak awal tengah mengincar lubang pantatnya itu.     

Mendelik tajam, kali ini Nathan meninju keras dada milik Max. "Lepaskan aku!"     

"Oh ayolah, Nath... Kau tak usah malu. Jelas-jelas kau tadi juga membalas ciuman ku, kan?"     

"A-aku tak berniat seperti itu, aku hanya melakukannya tanpa sadar!"     

"Milik mu yang sudah menegang menjadi buktinya, kau tak bisa mengelak dari ku, Nath!"     

"Eunggh..."     

Nathan jelas mendesah, sentuhan lutut kaki milik Max yang di gesekkan pada titik kejantanannya yang masih sensitif.     

"Hanya seperti itu, kau sudah mendesah," olok Max yang kemudian menundukkan lagi kepalanya. Menyeruakkan wajahnya di ceruk leher milik Nathan, pria yang masih rapi dengan setelan jas nya itu pun memberi tanda di titik bagian yang belum terjamah.     

Tubuh Nathan yang merespon jujur, miliknya pun sampai menggeliat dengan kejantanan yang di tubrukkan pada sang lawan.     

Max yang tersenyum di balik kecupannya, lantas menarik diri dan Nathan untuk bangkit bersamanya.     

"Apa yang akan kau lakukan?"     

"Melakukan sesuatu yang seharusnya ku lakukan sejak dulu."     

Ucapan Max yang mulai melepas satu per satu atributnya. Nathan yang ada di hadapannya pun hanya diam mengamati. Seperti terhipnotis, pria dengan garis bekas tergencet khas orang yang baru bangun dari tidur itu, malah melupakan niatannya sendiri untuk melepaskan diri.     

Max yang sudah seperti sangat tak sabaran, namun di tampilkan dengan raut yang masih elegan. Satu per satu deret kancing di di kemejanya pun di lepaskan.     

Bernasib sama dengan dasi dan jas luarannya, kemeja Max pun jatuh begitu saja di atas lantai.     

Menunjukkan bagian atas tubuhnya yang terbentuk sangat mengagumkan. Nathan yang juga seorang pria pun sampai ternganga merasa sangat kagum. Otot dada yang menonjol dengan proporsi yang pas, lengan yang juga terlihat sangat kokoh, serta perut yang terbentuk menjadi bilah beberapa bagian. Tak ketinggalan, kulit kecoklatan yang melengkapi sempurna.     

Ah ya, bagaimana bisa Nathan sampai mengagumi bulu-bulu halus yang terlihat menggaris di bawah bagian perut milik Max sampai batas yang tak ingin di bayangkan oleh pria yang hakikatnya lebih muda itu.     

Mengangkat pandang, Nathan pun mencoba untuk mencari objek peralihan yang lain. Jangkunnya yang malah naik-turun, ludahnya yang tiba-tiba memproduksi sangat berlebihan itu hampir saja membuatnya mempermalukan dirinya lebih lagi, bagaimana kalau air liur Nathan sampai menetes?     

"Apakah kita akan tetap diam saja?"     

Pertanyaan yang di lontarkan oleh Max jelas saja membuat Nathan merasa gugup, dengan netra milik pria berpenampilan tua yang menyorotnya dengan sangat tajam, ia tau jika posisinya tak akan mungkin bisa menjadi lawan yang seimbang.     

Mencoba mencari pendekatan yang baik, Nathan pun lantas membalas, "Tidak. Kita harusnya lekas bergegas. Bangun dari ranjang reot yang bisa kapan pun menjatuhkan kita. Kenakan atasan mahal mu kembali, lantas pergi keluar dari bilik pengap ini. Aku akan mengantar mu sampai ke ambang pintu, dan melambaikan tangan dengan senyum sumringah saat melihat mobil mu melesat pergi, bagaimana menurut mu?"     

Max yang mendengarnya pun hanya menampilkan wajah datar, lengannya yang terangkat lantas menarik milik Nathan.     

"Apakah kau tak melihat milik ku yang sudah memberontak ini? Apakah aku harus memperlihatkannya sekarang?"     

Nathan disentuhkan paksa pada titik kejantanan milik Max, celana kain yang dikenakannya sampai menembus batas penuh resleting. Rasanya memang sangat berdenyut, terlihat sangat mengagumkan bahkan kali ini Nathan yang menjadi sangat tak percaya diri untuk membandingkan.     

Namun Nathan memang tetap dengan egonya yang sangat sulit untuk di bujuk, lengannya yang di genggam Max pun lantas berusaha di lepaskan.     

"Aku tak tertarik untuk mengintip barang mu, lepaskan aku!" balas Nathan sampai saat usahanya tak berhasil.     

"Apakah aku yang susah payah mendatangi mu ini tak ada penghargaan? Sungguh, aku sangat ini bercinta dengan mu."     

Max memang sudah tak waras, ucapan permohonan yang harusnya di katakan dengan memelas, pria itu malah tetap dengan rautnya yang kaku.     

Nathan pun sampai berdecih, kepalanya yang mendongak untuk menatap Max lantas di alihkan. "Kenapa aku harus membalas budi pada mu?"     

"Bukankah kau pergi untuk bisa mencari orang-orang yang peduli kepada mu? Jika orangtua mu tak datang, kekasih mu yang bahkan mungkin tak peduli. Bukankah hanya aku yang pantas dengan perjuangan ku ini? Sungguh, aku sangat menginginkan mu."     

Nathan yang masih sangat sensitif perkara orang-orang yang di sebutkan oleh Max. Ia pun lantas mengangkat pandang dan menatap pria yang ada di atasnya saat ini.     

"Bagaimana kau bisa tau jika aku ada di sini. Apakah yang menyewa seseorang untuk mengikuti ku?" tanya Nathan dengan matanya yang sudah sangat memerah.     

"Ah ya... Aku melupakan sesuatu, ku harap ponsel ku tak rusak karena aku melemparnya terlalu keras tadi."     

Balasan Max yang tak sesuai membuat Nathan mengernyitkan dahi. Ia lantas memutar otak, hal yang mungkin saja di diperkarakan pria pebisnis itu untuk mengancam.     

Pandangan Nathan pun lantas teralih, menatap tumpukan pakaian Max yang ada di lantai. "Ponsel ku ada pada mu? Kau ingin katakan jika sudah melihat seluruh isi di dalamnya dan mengancam untuk memberi taukan orangtua ku bahwa aku seorang gay? Apakah begitu, Max?"     

"Benar sekali."     

"Kalau begitu katakan saja, aku tak akan mempedulikan tanggapan mereka pada ku lagi."     

Balasan Nathan membuat Max mengulas senyum tipis, telapak tangan besarnya yang bebas pun lantas menarik pandang Nathan untuk bisa membalasnya.     

"Harus pakai cara apa lagi untuk membujuk mu? Apakah aku harus menjadi sosok kejam dan bajingan? Apakah aku harus memaksa mu, heh?!"     

Tak bisa di tolerir, saat ini Max sudah menjelma menjadi seekor rubah yang memangsa buruannya. Menjadi dirinya sendiri dengan bujuk rayu gairahnya yang sudah di ambang batas.     

Max yang kembali mengungkung Nathan dalam pembaringannya. Memberikan ciuman yang teramat dalam dengan menggigit permukaan bibir pria yang dipuja supaya lidahnya bisa melesat masuk.     

Napas mereka sudah sampai memburu, jika Max dengan selaput gairahnya yang sudah koyak, maka lain halnya dengan Nathan yang di liputi emosi.     

Mereka bertumbuk menjadi satu, kali ini dengan sentuhan yang saling berbalas dengan sangat kasar.     

Nathan mencengkram surai membosankan milik Max, menariknya sangat kuat dan mengusahakan untuk mendapatkan helai yang tercabut.     

Cup     

Memberikan hisapan kuat di akhir ciumannya, Max pun lantas mengangkat pandang dan menatap intens pada Nathan dengan raut semu menggemaskannya. "Apakah kau tak berniat untuk mendesah?" tanya Max dengan lengannya yang mencubit titik menggemaskan di dada Nathan yang masih tersembunyi di balik kain pelapis.     

"Setelah memaksa ku, apakah kau berniat menjadi pria yang tak tau diri dan masih meminta lebih?" jawab Devan dengan bersungut-sungut.     

Max yang mendengarnya pun lantas menimpal. "Baiklah, kita lihat seberapa besar pertahanan mu untuk menjadi seorang pria yang tak ingin di dominasi oleh siapa pun ini."     

Max kali ini menanggalkan pakaian yang di kenakan oleh Nathan, membuangnya bersama dengan nasib pakaiannya yang terbuang.     

Tak menunggu waktu lama, Max segera menghabisi titik mungil itu dengan brutal. Menjilat permukaan luarannya, pria itu pun lantas menggigit kuncup puting milik Nathan yang sampai menegang. Sedangkan satu tangannya yang di alihkan untuk menangani yang lain, memelintirnya dengan japitan kuat.     

"Emmpphh...."     

Max yang mendesah geram tertahan dari Nathan, lekas menggoda dengan meninggalkan titik kepuasan yang di dapatkan oleh pria yang tengah menggelinjang di bawah penanganannya itu.     

"Ku harap kau tak malu-malu lagi untuk menunjukkan diri mu, seperti desahan lepas bersamaan dengan kau yang membuka mata sesaat tadi," bisikan Max membuat Nathan terpekik.     

Pria berwajah oriental itu tengah menjauhkan diri, maksudnya untuk melecuti celana panjang milik Nathan masih tak bisa di pahami.     

Saat lengan besar milik Max yang sudah ada di bagian lingkar pinggang milik Nathan, pria yang terbujur tak berdaya di pembaringannya pun lantas lantas mencegah.     

Matanya terbelalak lebar, mulutnya yang turut menganga. Ia masih tak menyangka jika Max memang benar-benar tertarik untuk memilikinya.     

"Aku tau kalau kau hanya sekedar mempermainkan aku. Sekarang katakan dengan jujur, sebenarnya apa niat mu?"     

"Bukankah sudah ku katakan sejak awal? Aku tertarik untuk menjalin hubungan dengan mu."     

Nathan pun sampai mendesah lelah, jawaban Max sama sekali tak bisa membuatnya lega.     

"Jangan mengatakan alasan cinta pada pandangan pertama, itu sangat tak bisa di percaya untuk orang seperti mu."     

"Kenapa begitu, kali ini kau menganggap ku apa selain papa yang baik untuk anak-anak kita di masa depan?"     

Nathan pun memutar bola mata. "Dalam konteks yang berbeda, saat ini kau adalah pria yang sangat brengsek karena tega menginginkan orang lain dan berselingkuh dari kekasih mu. Terlebih yang kau ingin kan adalah seorang pria?"     

"Sudah ku katakan, Lea bukan kekasih ku yang sesungguhnya. Dalam konteks yang berbeda, apakah kau memang orang yang sangat ahli dalam bersilat lidah saat pandangan ke depan ku sangat manis untuk mu?"     

Max yang sudah tak tahan lagi dengan kejantanannya yang mulai berdenyut menyakitkan, membungkam mulut Nathan dengan telapak tangan besarnya.     

"Sudah dua kali, kau mengalihkan gairah ku pada perdebatan tak penting. Kau buka mulut mu sekali lagi untuk itu, sungguh aku akan menyumpal mulut mu dengan penis ku ini, tanpa ampun!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.