Hold Me Tight ( boyslove)

Desakan (18+)



Desakan (18+)

0Berteman malam dengan segala macam gemerlap yang di rasakan. Melampaui hari yang indah dengan membuat moment akhir sampai batas dini hari sekali pun.     
0

Bersama dengan orang yang di harapkan, menjadi keinginan hati dengan penetapan keteguhan.     

Hal itu yang di rasakan oleh gejolak hati yang menyasar sosok pria dewasa yang di landa kasmaran, melakukan segala macam cara untuk menarik minat seorang yang di incarnya sejak awal.     

Tak peduli jika balasan cintanya masih belum di dapat, sekali pun bahkan kesan buruk yang di tumpahkan padanya hanya karena sikapnya yang gegabah.     

Max memang tak sabaran untuk bisa bersatu dengan Nathan. Jika hati yang sulit bertaut, pria dengan wajah orientalnya itu yakin jika menyatukan fisik dalam nikmat bercinta adalah jalan pintasnya.     

Perlukah Max mengatakan jika kemelut pikiran yang melanda Nathan sedikit menguntungkannya? Jika sebelumnya pria menggemaskan itu keukeh dengan penolakannya yang pasti, maka kali ini malah dengan mudahnya Max menyentuhi sekujur tubuh milik Nathan.     

Ya, meski pun dengan pembicaraan yang berputar-putar. Nathan yang mengatakan tanpa sadar tentang kesedihannya, atau pun Nathan yang menjelma menjadi seorang anak kecil yang terlalu memikirkan jauh tentang masa depan.     

Tak menjadi masalah, Max merasa cukup bisa bersabar untuk berpuluh-puluh menit yang di luangkannya, cukup setimpal untuk bisa memberi ruang terbuka bagi Nathan yang berceloteh tentang perasaannya.     

Namun sudah pada batas yang di gariskan, Max sudah tak bisa menunggu Nathan yang mencoba untuk menggagalkan gairah yang sudah terpanggil.     

Melecuti kain terakhir yang menutupi bagian tubuh bawah, Nathan yang tak bisa berkutik dengan wajahnya yang memerah. Max pun seperti makin tergila-gila, ia jatuh bertekuk lutut pada keindahan yang di lihatnya keseluruhan.     

"Tak terlalu kecil yang seperti ku bayangkan, namun ku harap kau tak merasa iri hati dengan ukuran ku yang berada di luar batas normal," ucap Max setelah melihat kejantanan memerah milik Nathan yang sudah sangat menegang.     

Pria dewasa itu pun meninggalkan senyum yang di anggap Nathan sebagai ejekan. Max melepaskan gesper miliknya. Dengan gerakannya yang sangat lamban, ia pun menarik resletiknya turun, sembari lanjut berkata, "Ku harap kau yang nanti akan membukakan celana yang ku kenakan, sayang."     

"Seperti akan ada lanjutannya saja. Ku pikir kau tak akan tertarik lagi dengan lubang seorang pria yang hanya satu ini."     

Nathan yang mendengarnya pun lantas mendesis. Menjawab dengan coba menjatuhkan pendirian Max.     

Menunjukkan dirinya yang dominan sejati, Nathan pun lantas meremat miliknya sendiri dengan mengocoknya cepat.     

"Eunghh... Ahhh..." desah Nathan dengan sentuhannya sendiri. Kelapanya di dongakkan, kelopak matanya terpejam erat, sangat melengkapi keseksiannya dengan mulut yang terbuka dan sesekali mendesis kenikmatan.     

Max yang berhenti sejenak dari kegiatannya, pandangannya menatap Nathan dengan sangat intens. Tak lama setelahnya, bibirnya yang terkatup malah mengulas senyum seringai.     

"Nath, ku pikir milik mu terlalu kering, bagaimana kalau aku sumbangkan air liur ku di sana? Atau kau mau mencoba langsung di sumbernya? Mau aku menghisap milik mu?"     

Nathan yang mencoba tak gentar pun lantas membuka mata. Alih-alih menampar Max yang menunjukkan raut cabul, pria menggemaskan itu malah mencari jalan lain untuk memperlihatkan bahwa dirinya juga berpengalaman.     

"Ku pikir tak perlu, Max... Aku juga memilikinya."     

Slur     

Layaknya seorang pria yang sangat pandang memuaskan diri, Nathan yang terdesak ucapan Max pun lantas memasukkan lengannya untuk mengambil air saliva yang ada di mulutnya.     

Max yang melihat bagaimana cara Nathan melesakkan hampir keseluruhan telapak tangannya, jelas bayangannya sudah tak bisa di kontrol lagi. Terlebih pria yang masih berbaring di ranjang yang sangat keras itu, Nathan yang kembali mempermainkannya dengan mengeluar-masukkan lengannya sendiri.     

"Segini, apakah menurut mu sudah cukup?" tanya Nathan yang dengan sok polosnya menunjukkan lengannya yang telah basah.     

Alih-alih merasakan jijik seperti yang di harapkan oleh Nathan, Max membungkukkan tubuhnya dengan mulut memasukkan lengan milik sang pujaan hati yang di sodorkan.     

Max mempermainkan telapak tangan Nathan dengan lidah yang meliuk-liuk ahli. Saliva mereka lantas bersatu di dalam mulut Max. Pandangan pria yang kembali mendominasi itu pun menatap Nathan dengan sangat intens. Matanya mengerling, serta satu alisnya yang di jungkat-jungkit.     

Sedangkan Nathan di sisi lain, perasaannya saat ini tiba-tiba saja menjadi tak karuan. Kesalahannya yang menarik permainan lebih jauh, membuatnya tenggelam dalam lubang galiannya sendiri.     

Hanya dengan jemarinya yang di puaskan oleh liukan lidah milik Max, rasanya sangat tak adil jika kejantanannya malah makin menegang. Sekujur tubuh Nathan juga jadi meremang, bulu-bulu halus di tubuhnya seolah siaga. Ia yang di bujuk untuk terpejam dan mengeluarkan suara desah memalukan, coba di tahan dengan rahangnya yang makin di ketatkan.     

Slur     

Setelah beberapa lama, Max pun mengeluarkan telapak tangan Nathan yang sudah sangat basah lantas berkata. "Ku pikir itu sudah sangat berlebih, namun bisa di katakan cukup jika kau ingin coba untuk melonggarkan lubang milik mu sendiri."     

Nathan yang dengan bodohnya lantas menganga lebar, wajahnya yang makin memerah dengan kelopak mata yang berkedip lebih cepat seolah tak menyangka.     

Max yang yang memanfaatkan keterdiaman Nathan tubuhnya lantas bangkit dari atas ranjang dan melepaskan celana serta dalaman pendeknya. "Atau kau ingin coba membalas kebaikan ku yang tadi membasahi mu? Maukah kau mengocok milik ku dengan telapak tangan mu yang sudah sangat basah itu?"     

Nathan sudah kalah telak, niatnya untuk menyamaratakan posisi dominan lantas hancur tak bersisa.     

Max yang berdiri di sisi ranjang, dengan percaya dirinya menunjukkan senjatanya yang memang tak main-main.     

"Kali ini kau menjadi sangat pendiam, ada apa?"     

Max yang terus saja berceloteh, sedangkan Nathan sudah dalam harga dirinya yang hancur menjadi serpihan-serpihan kecil.     

Max yang menarik dirinya untuk bangkit pun lantas di turuti begitu saja.     

Tepat di hadapkan pada wujud gairah, Nathan yang sekarang malah meneguk ludah dengan sangat kasar. Sangat gila jika hanya dengan menatap kejantanan mengagumkan milik orang lain, membuatnya kelabakan. Bahkan telapak kakinya yang menyentuh lantai dingin pun sampai mengkerut.     

Nathan memang sudah sangat gila, ia di pastikan menjadi seorang gay sesungguhnya, bahkan lebih buruk, Nathan adalah seorang gay yang saat ini berselingkuh dan mengubah posisinya yang merupakan dominan.     

Nathan mengulum kejantanan milik Max, seperti sayang rakus hingga membuatnya mengusahakan untuk menelannya sampai batas maksimal.     

Mulutnya harus terbuka sangat lebar, meski pun begitu tak bisa sampai menenggelamkan milik Max sepenuhnya, hanya sampai batas pertengahan saja. Sedangkan untuk menanggulangi, lengan kanannya yang sudah sangat basah di putar putarkan pada bagian yang tak terbagi.     

Lidah Nathan melakukan apa yang di perbuat Max pada lengannya tadi, meliuk-liukkan miliknya untuk menggoda titik kejantanan milik Max.     

"Sial! Kau melakukannya dengan sangat baik, sayang," puji Max yang sudah sampai mencengkram surai berantakannya. Miliknya yang terus saja merasa rakus, di bantu tubuh dengan terus memaju-mundurkan miliknya.     

Sedangkan Nathan yang kali ini menjadi pemuas, tak bisa memprotes sekali pun ujung tumpul itu sudah mengenai batas akhir mulutnya. Terlebih Max yang menekan bagian belakang kepalanya untuk menahan.     

"Ahh... Ini sangat nikmat, sayang..."     

"Uhuk-uhuk... Dasar tak waras. Kau coba untuk melukai tenggorokan ku, ya?"     

Gerakan bersemangat Max lantas terhenti, Nathan yang melepaskan kulumannya tiba-tiba dengan wajahnya yang sudah sangat memerah.     

Max yang memang sangat kasar dan merasa bersemangat pun tak bisa lagi di cegah. Kali ini tak akan bersikap egois, Nathan harus di puaskannya juga.     

"Akhh!"     

Pekik Nathan di buat terkejut, Max yang mendorongnya lantas membuat kepala Nathan menjadi berdenyut. Pria dewasa itu agaknya sudah lupa tentang betapa kerasnya ranjang yang di tempati mereka ini.     

Nathan yang lagi-lagi akan memprotes, lantas terhenti karena kedua kakinya yang di paksa untuk mengangkang.     

Terlebih saat bagian tubuh atasnya yang coba menengok pada perbuatan Max di bawah sana.     

Demi apa pun, seorang pria yang di lihat dari tampilannya adalah seorang yang diktator, kali ini Max seperti merendahkan posisinya, pria itu bersimpuh di lantai yang dingin karena keterbatasan tempat dan posisi yang terlanjur.     

"Eungghh... Max... Di sana, kotor... Eunghh... Kulum saja penis ku..." desah Nathan yang kembali menghempaskan kepalanya di ranjang, tak merasakan ragi kepalanya yang berdenyut sakit, kali ini justru makin membuatnya kepayahan.     

Max yang tak membalas perbuatan baik dari Nathan, pria dengan tampilannya yang terkesan kuno itu malah menciumi bagian luar lubang ketatnya yang berkedut.     

"Tidak apa, milik mu sangat wangi dan berwarna menggemaskan."     

Balasan Max hanya makin membuat Nathan tak waras.     

Nathan yang di buat terus menggelinjang dengan tubuhnya yang meliuk-liuk tak karuan.     

Bukan hanya sapuan lidah dan kecupan bertubi di tempat tak selayaknya, kali ini Max turut menyertakan jarinya yang berukuran besar untuk bantu memijat-mijat dengan lembut.     

Nathan yang sudah seperti sangat pasrah, posisi yang harusnya makin mempermudah dirinya untuk melepaskan diri, malah di sia-siakan dengan raut kepuasan dan juga kakinya yang makin di buka lebar.     

Kelopak matanya sudah terpejam, mulutnya yang terus menganga dengan tak lagi berusaha untuk membungkam mulut.     

Jari besar milik Max, perlahan mulai mengusahakan untuk melesak masih, saat bersamaan dengan lidahnya yang terus membasahi.     

Berkali-kali, usaha Max yang seperti tak ingin membuat Nathan kesakitan. Jari besar milik pria itu masuk dengan perlahan-lahan, keluar batas ruas dan bertahap-tahap.     

"Aku akan membuat mu sangat puas, hingga kau merasakan candu untuk terus bercinta dengan ku, Nath."     

"Akhh... Pelan-pelan! Jangan samakan dua jarimu yang masuk dengan milik mu yang sangat besar itu, Max!"     

"Jadi saat ini, kau memuji milik ku?"     

"Apakah itu penting? Apakah kau mau kita membahasnya dan melupakan milik kita yang akan bersatu?"     

"Baiklah, aku tak akan bodoh dengan mengambil pilihan yang sangat mudah itu. Namun sesuatu yang membuat ku sangat senang... Aku menyukai mu yang menjadi tak sabaran seperti ini, sayang..."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.