Hold Me Tight ( boyslove)

Nathan dengan hubungan rumit yang membawanya



Nathan dengan hubungan rumit yang membawanya

0Di sebuah kediaman. Berlantai dua dengan area kuasanya yang sangat luas. Pagar tinggi yang mencegat di depan, halaman depan dengan taman kecil menyegarkan mata. Air mancur yang menambah kesan damai dengan bunyi gemericiknya, serta dua mobil yang terparkir memenuhi.     
0

Masuk bagian yang lebih dalam, dua pilar utama yang sangat besar menjadi penyambut. Pintu kayu berdesain klasik dengan ukiran rumit yang selanjutnya.     

Nampak dua orang dewasa yang berbeda jenis menempati sofa yang tersedia di ruang tamu. Suara yang sangat sunyi membuktikan jika kedua orang itu tengah berjibaku dengan pikiran mereka sendiri.     

Saat sang pria yang menumpu dagu dengan takupan lengan, napas besarnya yang terdengar sarat akan beban. Sedangkan seorang wanita yang duduk di arah berlawanan, tak henti-hentinya memijat pelipis, kepalanya berdenyut menyakitkan.     

"Apakah yang kau katakan benar?"     

Pertanyaan yang di lontarkan oleh sang pria lantas menarik perhatian sang wanita. Pandangan mereka bertemu, namun jelas jika tatapan tajam yang di balaskan pada sang pria.     

"Kau pikir aku berbohong? Kau pikir jika aku menghubungi mu hanya untuk mencari perhatian pada mu lagi? Sungguh, aku tak serendah itu, Gas!"     

Balasan sang wanita yang jelas bersungut-sungut. Rahangnya mengetat dengan gigi yang sampai bergemelutuk. Lengannya yang semua di gunakan untuk memijat pelipis pun lantas di sentak.     

Mereka adalah Rara dan Bagas. Sepasang mantan kekasih dan sekaligus mantan suami istri.     

Hubungan yang kandas dengan fondasi yang sejak awal di paksakan. Hanya pada cinta sepihak, dan yang lainnnya yang tak bisa menolak.     

Pertemuan yang kali ini juga membawa masalah, seorang anak yang masih menyambung komunikasi mereka.     

"Sungguh, bukan maksud ku untuk tak mempercayai mu, hanya saja aku terlalu mengenal anak ku, Nathan tak mungkin seperti itu. Tak ada alasannya."     

Rara yang masih tak bisa menerima kalimat yang di lontarkan sang mantan pun lantas menyahut dengan bersungut-sungut. "Ya, kau ingin katakan jika aku yang salah kira, kan? Aku yang seorang ibu yang tak peduli pada anak ku sekalipun. Kau masih mencurigai perhatian ku pada anak ku sendiri?"     

Kali ini Bagas yang sudah sangat pusing. Ia lantas menggeram, menahan diri untuk tak mengumpat kasar pada wanita yang duduk sangat jauh di hadapannya itu. "Demi apa pun, aku hanya mengutarakan ketidak sangkaan ku pada anak ku sendiri. Bukannya tidak mempercayai mu, kau dengar? Aku hanya merasa heran dengan Nathan yang tiba-tiba saja berubah orientasi menjadi penyuka sesama jenis."     

Bagas pun lantas menyandarkan tubuhnya. Rasanya sangat lemas, membuatnya pusing dan mual mendadak. Ini adalah kejutan yang benar-benar membuatnya hampir saja jantungan. Kedatangannya dari perjalanan jauh malah tak menemukan anaknya yang di rindukan.     

Rara yang mencurahkan emosinya beberapa hari ini pun menemui kesalahan, sasarannya tak tetap. Ia hanya merasa tak kuat untuk menahan kenyataan yang di dengarnya sangat pahit.     

Wanita paruh baya yang selalu masih nampak cantik walau kaos dan juga celana pendek yang di kenakan. Tanpa riasan, bahkan rambutnya yang berantakan hanya di cepol asal. Masih mengingat hari di mana seorang pria asing membuatnya hampir pingsan hanya karena sebuah perkenalan.     

Rian Fahreza, nama seorang pria yang di sertakan dengan sebutan lain, kekasih Nathan.     

Walau Rara seburuk apa pun, walau ia yang tak pernah terlihat peduli dengan sang anak. Namun jika menemui ketidak benaran atas jalan hidup Nathan, sebagai seorang ibu jelas ia harus melakukan hak istimewanya. Rara tak ingin melihat masa depan anaknya itu menjadi berantakan.     

"Jadi, namanya Rian Fahreza?" ucapan Bagas di balas anggukan kepala dari Rara.     

"Lalu di mana anak ku itu sekarang? Aku ini menanyainya secara langsung. Apakah dia masih ada di kantor?"     

"Dia pergi."     

Bagas sontak saja menyipitkan pandang, alisnya pun ikut bertaut dengan dahi yang berkerut dalam. "Apa maksud mu?"     

"Jelas karena aku yang tak di hormati oleh anak ku sendiri," balas Rara dengan kedua bahunya yang di angkat, bibirnya di cebikkan hanya untuk menutupi raut sedihnya.     

"Pada dasarnya di bukan orang yang suka membangkang."     

"Ya, kau menyebut diri mu lebih baik dari ku, kan?" tanya Rara dengan tubuhnya yang di bungkukkan, menunjukkan diri dengan ketidak terimaan.     

Sedangkan Bagas yang seperti merasa jika meja besar di tengah mereka tak ada gunanya, wanita paruh baya itu seperti bisa mengakali situasi layaknya mempersempit ruang, menghantamkan kekuatan yang di adukan lewat pandangan mata.     

"Tidak."     

Balasan Bagas membuat Rara menggeram. Terlebih dengan rautnya yang menunjukkan kemenangan atas didikannya selama ini. "Ya, kau benar. Aku yang membuat masalah dengan memancingnya. Ku beri tau jika papanya tercinta telah bahagia dengan keluarga barunya,"     

Ucapan Rara yang belum selesai jelas sudah membuat Bagas memperkirakan akhirannya. Lagi-lagi, tubuhnya di tegakkan, namun hanya mengubah posisi, kepalanya yang terasa berat pun di sangka oleh telapak tangan.     

... Ku beri tau dia begitu. Nathan menangis, dan sampai saat ini tak pulang ke rumah," lanjut Rara.     

"Kau coba menabur kebencian untuknya pada ku, kan?"     

"Tidak, ku rasa dia harus mengetahui kenyataan kecil itu."     

"Apa bedanya? Kau coba membuat ku seolah-olah ikut bersalah, padahal kenyataannya tak se dasar itu. Aku bersama dengan istri ku, sudah seharusnya ku lakukan dari dulu. Lagi pula aku sudah berusaha secepat mungkin untuk menyelesaikan masalah ku dan menemui putra sulung ku itu."     

Penjelasan Bagas, jelas saja membuat sang wanita seperti di tusuk oleh ribuan pedang, mengoyaknya tanpa belas dan membuatnya hancur berantakan. Rara hanya berusaha tegas selama ini, tak mudah dengan kesan yang selalu di anggap angkuh, namun akan lebih baik begitu, baginya akan sangat rendah jika saat ini ia menampilkan wajah dengan ekspresi penuh luka.     

"Kau sudah menyebut Nathan sebagai sulung, apakah kau akan menarik Nathan pada mu juga?" ucap Rara yang dengan suaranya yang mencicit sangat lirih.     

"Aku tidak se rakus itu untuk mengambil semua kebahagiaan. Jika Nathan nanti kembali, dia akan tetap anak kita. Dia akan tinggal bersama mu."     

Rara yang mendengarnya pun lantas mengulas senyum. Alih-alih demikian udara panas yang tak sengaja di tanggap indera penciumannya, membuat pangkal hidungnya seperti tersumbat. Tanpa terduga menarik sendu air bening yang tertahan di pelupuk mata.     

"Tapi aku tak yakin jika Nathan akan luluh dengan cepat. Dia tak akan kembali, hikss..."     

Air matanya sudah tumpah ruah, membasahi pipi dengan tetesannya yang terus berdatangan walau di cegah.     

Bagas yang turut prihatin pun lantas bangkit dari tempatnya, memberikan pelukan erat pada wanita yang melahirkan anaknya itu. "Sudahlah, aku akan mencarinya. Secepat mungkin akan ku temukan dia."     

Drrtt     

Suar dering ponsel di atas meja lantas menarik perhatian. Sosok kenalan yang di cantumkan jelas di layar menyala.     

"Gas, setelah dia kembali, kita jodohkan saja Nathan."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.