Hold Me Tight ( boyslove)

Yang tidak sesederhana itu



Yang tidak sesederhana itu

0"Aku ingin mencari kerja." jawab Lisa saat mendapat tatapan heran dari Nathan dan juga Max.     
0

Wanita dengan perutnya yang sudah mulai terlihat menonjol jelas itu mengenakan setelan rapi, masih sama dengan yang dikenakannya waktu berpergian dengan Nathan. Setelan dengan dominasi warna hitam, rok span pendek dengan stoking yang melengkapi.     

Nathan dan Max yang kompak untuk meninggalkan piring mereka yang tinggal habis sedikit lagi.     

"Kenapa cari kerja? Apakah uang yang ku berikan kepadamu masih tak cukup untuk menampung biaya sampai beberapa hari ke depan?"     

Respon Max mewakili Nathan, pria mengemaskan yang tengah menjilati setiap ruas jarinya itu lantas manggut-manggut.     

Lisa yang sudah sangat bersemangat, seketika langsung lemas. Bibirnya yang terpoles lipstik berwarna merah itu beralih memberenggut.     

Menghentakkan telapak kakinya yang hanya terbungkus kain tipis, sesaat Nathan merasa sangat cemas jika saja Lisa yang urakan itu jatuh terjungkal. Sungguh, pria itu mengkhawatirkan keponakannya.     

Kembali ke posisi, Lisa pun mengambil makanan di piringnya yang masih tersisa banyak, wanita itu melanjutkan santapannya.     

"Bisakah kau makan perlahan? Tak ada yang akan mencuri makanan mu," peringat Nathan yang sampai sangat gemas, Lisa terlalu banyak menyuap makanan ke dalam mulutnya hingga membuat kedua pipinya sampai menggembung.     

Khawatir tersedak, pria itu pun segera menyodorkan air minumnya, Lisa yang seperti mati-matian untuk menelankan pun masih di usahkan Nathan untuk tak mengumpat.     

"Ahh..." desah lega Lisa.     

"Kenapa kau sangat ingin mendapatkan pekerjaan, apakah di rumah saja membuat mu bosan?" tanya Nathan melanjutkan kejelasan.     

"Salah satunya, tapi ada hal jauh lebih penting ketimbang alasan sepele itu." balas Lisa.     

"Uang," timpal Max yang tak lebihnya seperti sebuah pernyataan.     

Nathan yang akan memprotes, karena jelas dari nada bicara Max yang seperti merendahkan. Namun setelah mendapat respon anggukan kepala dari Lisa sudah menjadi penjelas bahwa itu benar.     

"Kau tenang saja, karena sudah menampung pria incaran ku, bayaran yang akan kau dapatkan tak akan main-main," ucap Max yang masih melanjutkan, Nathan yang sudah membuka mulut pun lantas tertutup rapat seketika.     

Nathan sadar jika kali ini pembicaraan sudah hanya menyasar dua orang saja. Penerima dan juga penyumbang, sedangkan pria itu tak ada peran.     

Bangkit dari tempatnya, Nathan pun memilih untuk memutar sedikit jalan dengan melewati tempat duduk Lisa, alih-alih Max yang ada di sampingnya itu.     

Tak ada yang menghentikan Nathan atau sekedar bertanya apakah ia sudah kenyang dan tak ingin tambah, sampai pria itu berada di depan bak wastafel untuk cuci piring.     

Lihatlah, Lisa bahkan memilih dengan kawan potensialnya ketimbang Nathan. Begitu juga dengan Max, apakah kedua orang yang baru bertemu semalam itu sudah melewati kedekatan Nathan pada Lisa?     

Sudut perasaannya tiba-tiba saja merasa tak senang. Gerakan mencuci piringnya menjadi sangat kasar, terlebih dengan air keran yang sampai membasahi kaos yang di kenakan oleh Nathan.     

Baru sekali Nathan merasakan jika dirinya memiliki kawan dekatnya sendiri, namun karena kehadiran Max yang tiba-tiba saja masuk ke dalamnya, mengobrak-abrik itu semua. Keempat kawannya yang di ambil, kali ini coba dengan Lisa?     

Tak     

Piring berwarna putih yang masih belum sepenuhnya bersih itu pun di letakkan begitu saja. Udara di sekitar sudah seperti membekapnya, membuat Nathan menarik napas dengan terburu-buru.     

Sudah sangat kelewatan, jika semalam Nathan yang mungkin terpengaruh kantuk dan juga gairah, kali ini pagi yang baru, harusnya pria itu sudah bisa untuk berpikir dengan sangat jernih.     

Menghadapi Max, harusnya Nathan mengusir pria berperawakan raksasa itu untuk enyah dari dekatnya.     

Mengepalkan satu lengannya, membenturkan ke telapak lainnya yang di terbuka. Lagaknya yang sampai menganggukkan kepalanya dengan yakin, langkahnya pun siap mendekat pada tempatnya lagi.     

"Kau tak akan terus membiayai ku, kan? Lagipula aku hanya ingin membiasakan diri ku untuk lebih kuat dari sebelumnya. Sebentar lagi aku mempunyai anak, dan Nathan yang bisa saja sudah pergi meninggalkan ku, anak ku yang tak akan memanggilnya paman."     

Deg     

Jantung Nathan sontak saja langsung berdebar dengan sangat cepat. Ucapan Lisa yang terdengar sangat sedih turut di rasakan langsung oleh pria itu.     

Nyatanya Lisa menganggap Nathan sejauh itu, kawan yang diharapkan hadir untuk kebahagiaan masa depan.     

Seketika saja, suasana hati Nathan sangat baik. Tubuhnya yang kaku lantas dengan cepat kembali ke tempat semula.     

Melangkahkan kaki, masih sangat gengsi untuk menunjukkan raut wajahnya yang sangat ceria.     

"Kau jangan belagak dramatis, seakan-akan pertemuan kita yang banyak cerita ini hanya akan berakhir pada satu babak. Kalau pun aku akan memutuskan kembali ke kehidupan asal ku, yakinlah jika aku akan menuliskan alamat tempat tinggal di secarik kertas. Kau bisa datang dan menggedor pintu rumah ku nanti."     

Ucapan Nathan dengan nadanya yang terlihat sangat di buat-buat, membuat Max tak hentinya memandang kagum pada Nathan yang makin menunjukkan sisi tersembunyi dalam dirinya.     

Sedangkan Lisa yang mendengar ucapan Nathan yang mengharukan, membuatnya yang sensitif langsung meneteskan air mata.     

Wanita itu bangkit dari tempatnya, berjalan terburu-buru dan nyaris saja membuat jantung kedua pria itu terlepas dari tempatnya, Lisa hampir saja terjatuh dan melukai bakal anaknya, untung saja Nathan yang bergerak cepat.     

"Kau tak bisa sedikit saja berhati-hati, ya? Sudah dua kali dalam jam yang sama, kalian hampir saja-"     

"Hikss... Pokoknya jika hari itu tiba, kau harus mengirimkan alamat rumah mu dengan lengkap. Tempat kerja, tempat kau bisa nongkrong dengan kawan-kawan mu, tempat kawan-kawan mu juga jika perlu. Kau harus berjanji."     

Ucapan Nathan yang di sela oleh Lisa. Kalimat panjang lebar yang membuatnya tak habis pikir. "Kau di bilang seperti penguntit, nanti."     

"Kenapa harus memikirkan anggapan orang?"     

Max yang menjadi diam saja sontak langsung menimpal, "Hei, apakah kau memang benar-benar tak membutuhkan penanganan khusus untuk setidaknya bisa mengendalikan emosi mu yang tak stabil?"     

"Jangan memikirkan terlalu jauh. Dari pada itu, bagaimana kalau kita bersenang-senang? Max, kau yang membayar!"     

"Sembari nanti menaruh amplop lamaran pekerjaan ku, ya?"     

Anggukan pelan terkesan ogah-ogahan dari Nathan dan Max pun lantas menjadi jalan terbuka untuk mereka melarikan dari rumah sepetak yang membosankan itu.     

Menggunakan mobil Max, mereka pun kembali menjadi perhatian seluruh orang di kampung, terlebih Lisa yang meminta untuk kap atas mobil Max untuk di buka.     

Sedangkan di sisi bersebrangan, mobil lain yang menyita perhatian karena kemewahannya pun menjadi pengganti untuk kendaraan yang di kemudikan Max yang sudah keluar ke jalan besar.     

Semua orang, terlebihnya wanita dewasa yang mendesah kesal, lagi-lagi rumah kecil milik Lisa di satroni oleh orang kaya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.