Hold Me Tight ( boyslove)

Max yang berubah sangat menjengkelkan



Max yang berubah sangat menjengkelkan

0"Mobil mahal memang sangat beda, ya? Bantalan kursinya sangat empuk, interiornya sangat mewah. Namun ku rasa kau sangat jorok, Max. Lihatlah, banyak tisu yang berserakan."     
0

Ucap Lisa yang seketika berubah ekspresi saat menemukan titik kotor yang tersebar ke beberapa tempat. Bahkan yang terburuk, wanita itu bahkan baru saja menyadari jika rok span miliknya yang bersih itu harus di tempeli oleh selapis tisu terkepal yang rupanya bekas pakai itu.     

Mencelingukkan kepalanya ke bagian kursi depan, Lisa pun lantas berkata, "Tak tau apa yang membuat bagian belakang ku basah. Jawabannya hanya pada tisu bekas yang tak sengaja ku duduki ini."     

Lisa mendengus kesal, kembali ke tempatnya dengan kedua lengan yang bersendekap. Sedangkan tisu yang mengotorinya, begitu saja di lemparkan wanita itu ke bagian depan.     

Tak ada yang marah dengan sikap tak sopan dari Lisa. Pria yang ada di balik kemudi itu bahkan terus saja melebarkan bibirnya. Sedangkan Nathan yang jelas berbeda, ekspresi malu dan geli membuat wajahnya merah padam.     

Rupanya Lisa orang yang terkenal dengan gila bersih untuk lingkungannya, membuat suasana hatinya sudah sangat tak bisa di kendalikan, membuatnya sangat risih hingga bulu kuduknya sontak berdiri.     

"Sungguh, aku tak habis pikir dengan mu, Max! Ku pikir kau adalah orang kaya berwajah oriental yang sangat elegan dan gila bersih seperti ku, namun hanya untuk membuang tisu bekas ingus saja, kau sangat malas!"     

"Hahah..."     

Hanya pria seperti Max yang tak kenal takut untuk menghadapi emosi wanita. Lisa yang sudah bersuara dengan nada yang seperti di iringi oleh geram, harusnya bisa sedikit di mengerti jika wanita yang akan segera menjadi ibu itu sedang marah.     

Nathan tak akan mengeluarkan komentar apa pun, sedangkan pandangannya sesekali terus di arahkan pada pria di sampingnya yang berkemungkinan besar untuk buka suara.     

Mendelik tajam, bahkan Nathan memberikan ancaman itu untuk Max. Namun sangat menyebalkan jika hanya mendapat respon gidikan bahu. Senyumnya seringai yang bahkan di tunjukkan oleh sang dominan, jelas bukan menjadi pertanda yang baik.     

Nathan pun tak bisa berbuat apa pun, terlebih dengan kepala Max yang terus coba mengalih ke arah bangku penumpang belakang, niatan yang jelas untuk menggertak Nathan.     

Memutar bola mata, bahkan Nathan sudah mengepalkan lengannya, bersiap untuk memberikan bogem mentah pada Max jika berani berulah.     

"Ekhhem!"     

"Kau bahkan tak membalas ku dan malah berdehem keras. Aku baru saja ingin tertidur tau!"     

Dehem suara Max yang di tanggapi berbeda oleh kedua orang lainnya. Jika Lisa dengan balasan cueknya dan masih terpengaruh oleh di sekitarnya yang di bayangkan penuh dengan tawa kuman. Maka lain halnya dengan Nathan yang sampai berjengkit dari tempatnya, hampir saja bergerak konyol untuk menerjang pria menyebalkan yang turut membawa keselamatannya itu.     

Melanjutkan perjalanan dengan suasana lebih tenang dari sebelumnya. Seorang wanita yang sudah menyandarkan tubuh nyaman dengan kelopak matanya yang terpejam. Max yang mengintip dari balik spion depan pun lantas beraksi.     

"Brengsek! Apa yang kau lakukan!" marah Nathan dengan suaranya yang tertahan, pandangannya menatap Max dengan berang, hidungnya kembang kempis hanya untuk menghirup udara sekitarnya yang tiba-tiba saja sangat panas.     

Lengan miliknya coba melepaskan diri dari tingkah kurang ajar Max, namun tak bisa membuat Nathan mengambil resiko lebih untuk menghindar dari pria yang masih mengendalikan kemudi itu, terlebih Lisa yang sudah nampak pulas, Nathan tak mungkin untuk menjerit layaknya seorang perawan yang coba di lecehkan.     

"Apa mau mu?!" tanya Nathan yang mencoba untuk mengambil jalan negosiasi. Pandangannya di usahakan untuk tak mengintimidasi, karena Max sudah melakukan itu, sekali pun tanpa sadar.     

Mengalihkan pandang ke jalanan depan, satu lengan Max malah menekan milik Nathan pada kejantanannya. "Ini kemauan ku. Hanya saja, bisakah kau meremasnya lebih keras?"     

Mendengar ucapan spontan tanpa filter dari pria di sampingnya, Nathan pun sontak memejamkan mata, rahangnya di eratkan, masih di rasa untuk bisa di maafkan karena pembicaraan ini hanya untuk mereka berdua, Lisa tak di hitung karena sedang terlelap dari tidur paginya.     

"Apakah dalam pikiran mu hanya hal itu, sekarang? Pria yang ku kenal sejak awal sebagai orang yang gila kerja dan terlihat sangat tak tersentuh karena sifat kakunya. Kenapa kau berubah sangat banyak dan mendadak cabul?" tanya Nathan dengan suaranya yang mendesis lirih, penuh penekanan. Tubuhnya di dekatkan, dan satu waktu langsung di tarik saat Max yang tepat menolehkan pandangannya juga.     

Respon yang di lihatnya malu-malu, Max pun bertambah gemas dengan pria di sampingnya itu. Alih-alih, mengekspresikan diri dengan mencubit pipi menggemaskan yang tengah bersemu merah, pria itu malah makin menekan kuat lengan milik Nathan pada titik pusatnya.     

"Ahhh..." desah Max yang terdengar sangat lirih.     

Namun jelas tak bisa di pandang sepele oleh pria yang menjadi korban. Pria yang awalnya nampak memasrahkan diri karena tak bisa berbuat apa pun itu lantas berbuat serampangan.     

Tubuh Nathan kembali di dekatkan, lengannya yang bebas lantas membekap mulut kotor yang mendesah seenaknya.     

Nathan sudah sangat geram sekarang, matanya kembali membelalak saat merasakan sesuatu yang basah malah di dapatkannya.     

"Kau menjilat telapak tangan ku?"     

"Hoam... Siapa yang menjilat apa?" tanya seseorang yang lantas mendapatkan ekspresi keterkejutan berlebih dari Nathan. Tubuhnya seketika saja tak bisa berbuat apa pun, ia mematung di tempatnya.     

Benar-benar respon yang sangat lambat, bahkan saat Lisa yang penasaran kembali untuk mencelingukkan wajahnya ke depan.     

"Dev. Sunguh... Apa yang kau lakukan dalam posisi itu? Max sedang menyetir..."     

Pekikan tak sangka dari Lisa jelas saja membuat Nathan seolah yang menjadi pelaku utama. Saat mulutnya terbuka untuk memberikan penjelasan, namun rasanya tak ada kalimat yang tepat untuk bisa mengatakan kejadian runtut yang di rencanakan si cabul Max.     

Max yang hanya diam, menganggap situasi seolah sangat santai dan menyenangkan.     

Sedangkan Lisa yang masih bertemu tatap dengan Nathan, dengan gemas mengatakan, "Ku rasa perkiraan ku salah tentang kemarin. Ku pikir Max yang terus saja mendekat pada mu, dan kau yang jual mahal, Nath. Tapi setelah kedua mata ku yang menjadi saksi, ku rasa ku yang yang terlalu mendamba dengan gairah yang meletup-letup,"     

Lisa memberhentikan ucapannya hanya untuk menggelengkan kepala, hembusan napas keras pun turut melengkapi.     

.... Demi apa pun, kita ada dalam perjalanan. Mobil masih melaju kencang melenggang di jalanan, sedangkan kau malah mengambil kesempatan untuk menggoda, Max? Memanfaatkan aku yang kau anggap tak terlihat?"     

Nathan yang baru saja menyadari, cekalan tangan Max sudah pergi di atasnya. Yang terlihat sekarang, memang ia yang menjadi pria cabul. Sangat menyebalkan, Nathan sampai tak bisa mengatakan apa pun saat mendengar tawa Lisa dan Max yang di adu kan kencang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.