Hold Me Tight ( boyslove)

Kisah bersama



Kisah bersama

0Nathan dengan wajah yang di tekuk. Kedua lengannya yang bersendekap, serta pandangan tajam yang tak menitik beratkan pada objek tertentu.     
0

Pria itu jelas saja merasa sangat kesal. Bagaimana tidak, kejadian di mobil tadi begitu sangat menghancurkan citra baiknya begitu saja. Tuduhan cabul, apa yang tak lebih buruk dari itu?     

Lisa yang pastinya hanya belagak bodoh dan menjadikan kejadian tadi sebagai bahan olokan, yang mungkin saja akan berkelanjutan di hari-hari selanjutnya.     

Namun wanita yang tengah mengandung keponakannya itu, jelas saja tak lebih buruk dari pria yang berdiri di sampingnya itu.     

Mengenakan pakaian rajut yang pernah di kenakan oleh Nathan. Beberapa bagiannya yang nampak berlubang lumayan besar dan bahkan sampai bisa menampilkan kulit tubuh yang harusnya tertutupi.     

Dengan keadaan tak layak di pandang pun, banyak orang yang malah menjadikan Max sebagai pusat perhatian. Bahkan tak sedikit dari mereka yang terus-terusan menghadang jalan hanya untuk meminta berkenalan atau berfoto. Pria berwajah oriental itu mendadak menjadi artis, dengan cara berpakaiannya yang malah di puji sangat seksi.     

Rasanya hanya dengan itu, kepercayaan diri Max makin terlihat melambung. Nathan tak henti-hentinya untuk berdecih. Ya, tak bisa di elak jika orang tampan dengan tubuh atletis memang suatu kelebihan yang tak bisa lagi di perdebatkan. Keren dengan cara apa pun, dan Nathan jelas makin tak terima.     

"Jangan cemberut, mereka semua tak se level dengan mu. Mereka punya dua lubang pilihan, dan kau hanya memiliki yang teristimewa, sangat ketat, hingga membuat ku ingin selalu bersenggama dengan mu."     

Nathan sontak saja menghentikan langkah, tubuhnya yang terlalu berlebihan untuk menanggapi Max yang harusnya bisa di perkirakan untuk mengatakan hal se menggelikan itu.     

Memandang tajam pada pria yang mengulas senyum seringai, satu alis kanan yang di naik-turunkan jelas menambah jengkel untuk Nathan yang di sasar.     

"Bisakah kau tak membuat ku muak? Rasanya pendengaran ku sudah sangat sensitif untuk bisa menangkap segala hal yang keluar dari mulut mu," ucap balas Nathan dengan melakukan hal yang sama, berbisik tepat pada Max, tubuhnya yang jauh lebih kecil, lantas di bantu oleh kedua telapak kakinya yang berjinjit.     

Max pun dengan cepat membalikkan pandang, menatap balas pada pria di sampingnya itu, membuat wajah mereka bertatapan sangat dekat.     

Suasana yang sangat ramai di sekitar, jelas saja menarik pandang mata untuk menatap dua orang pria yang nampak sangat mesra. Tak sedikit dari mereka yang bergidik jijik dan memilih melenggang pergi, para wanita yang seketika patah hati, atau bahkan kelompok sangat minim seperti Lisa yang malah terpekik girang.     

Wanita yang tengah membungkam mulut untuk menahan diri supaya tak berteriak seperti orang gila. Lisa yang rupanya terlalu bersemangat untuk mengitari setiap bagian dari gerai-gerai yang menarik, sampai melupakan dua pria yang sedang membuat heboh di tempat yang ramai orang berkumpul.     

"Apa yang kalian lakukan, kawan-kawan... Sungguh, aku memang sangat gembira karena bisa melihat moment nyata kalian di depan publik. Namun perhatikan juga para lansia yang memang sudah berpikiran kolot. Kalian tak ingin menjadi alasan kalau mereka tiba-tiba saja terserang jantungan serentak, kan?"     

Lisa berucap sangat lirik, bibirnya menampilkan senyum yang terlalu lebar hingga deretan gigi rapinya nampak terlihat jelas jika sedang mengerat.     

Lisa menarik lengan kedua pria di hadapannya itu, memposisikan diri di tengah, wanita itu pun membawa Max dan Nathan untuk berpindah cepat dari titik lokasi kekacauan.     

"Apakah kita hanya akan berputar-putar? Sungguh, kita sudah melewati gerai ini berkali-kali," ucap Nathan dengan berlebihan, lengannya mengusap dahinya yang tak ada setetes keringat pun. Bibirnya yang mencerung, jelas Nathan sudah sangat malas untuk perjalanan tak ada tujuannya ini.     

Sudah nyaris satu jam, namun nampaknya dari banyak deret yang menampilkan dagangan, tak ada yang menarik minat mereka sedikit pun. Bukan karena kebutuhan yang di beli, hanya saja tak menemukan informasi yang terkait pemberitahuan jika terdapat lowongan pekerjaan.     

"Hufh..."     

Desahan lelah keluar dari mulut Lisa yang menimpal. Tubuhnya dihempaskan begitu saja di kursi yang ada di sisi pembatas pinggir. Wanita itu pun menyingkur, pandangannya menatap jauh ke keramaian lain yang ada di lantai bawah. Raut wajahnya sudah sangat tak baik-baik saja.     

Max dan Nathan yang melihat kawan baru mereka yang seperti itu pun lantas berjalan mendekat. Nathan mendudukkan diri di hadapan Lisa, sedangkan Max hanya menyandarkan tubuhnya, berdiri menempel di pembatas kaca tebal.     

"Kenapa kau sangat lesu? Bukan pusat perbelanjaan ini saja yang menjadi harapan. Masih ada tempat yang lainnnya, lagi pula lokasi ini terlalu jauh dari rumah mu," ucap Nathan dengan lengannya yang mengusap rambut yang masih tertata rapi milik wanita itu.     

Max yang mendengarnya, lantas menimpal untuk membangkitkan kembali semangat Lisa. "Kita akan pergi ke tempat lain setelah ini, kalau perlu ku habiskan sekalian bensin mobil ku."     

"Hahah... Benarkah, Max?" balas Lisa yang sudah berubah sangat ceria. Dagunya yang di tumpukan pada tiang pembatas, lantas terangkat. Raut wajahnya berubah membaik dengan senyumnya yang sangat lebar.     

"Aku tak pernah bohong," balas Max dengan bahunya yang di angkat acuh.     

Max menegakkan tubuh, langkahnya berjalan untuk meninggalkan kedua orang di belakangnya yang menampilkan raut berbanding terbalik.     

"Ayo makan, aku sudah lapar."     

"Yey!"     

Dengan kehadiran Max, rasanya kebersamaan dari mereka jauh lebih indah. Pria yang terkesan sangat dingin, namun sangat loyal untuk mengeluarkan sedikit uangnya sekedar membantu.     

Jangan katakan berlebihan, bukan hanya perut mereka yang sudah terisi penuh dengan menu makanan mahal, nyatanya kali ini masing-masing mereka sudah membawa serta tas belanja.     

Sekali lagi, bukan hanya satu dua barang yang di beli oleh Nathan dan Lisa, kedua orang yang sedang mencari kesempatan itu sudah menjumlah angka yang fantastis. Namun namanya juga orang kaya. Sedikit pun, bagi Max tak berpengaruh hanya karena itu.     

"Hei, lihatlah! Setelah jiwa raga ku senang, kali ini aku juga turut di berikan pelengkap... Lowongan kerja!"     

Teriak Lisa tepat di depan sebuah pintu masuk sebuah butik. Wanita yang terlalu bersemangat itu, lantas menyodorkan beban bawaannya pada Max dan Nathan. Tanpa menunggu waktu lebih lama lagi, Lisa langsung melenggang masuk.     

"Kau sangat ahli untuk menyenangkannya," ucap Nathan saat hanya di tinggal berdua dengan Max.     

Max yang mengerutkan dari, melihat Nathan yang malah melangkah menjauh dengan langkah perlahan.     

Pria berwajah oriental itu jelas melihat raut tertekuk milik Nathan sebelum pergi, nada bicaranya yang juga lebih di tekankan. Demi apa pun, Nathan pastinya sudah mulai tertawan dengan segala kesempurnaan yang melengkapi sosok Max. Hanya tinggal menunggu waktu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.