Hold Me Tight ( boyslove)

Max yang terus menggoda



Max yang terus menggoda

0"Apakah kau sedang ingin menampakkan jika diri mu sedang cemburu?"     
0

Max berucap dengan sangat percaya diri, sedangkan Nathan yang mendengarnya coba untuk memastikan ucapan yang berhasil di tangkapnya.     

Nathan memicingkan mata, kedua alisnya menukik tajam, tubuhnya bahkan di alihkan untuk menghadap pria yang menampilkan senyum seringai di balik kemudi.     

"Apa yang kau katakan, cemburu? Apa itu, eh?" balas Nathan dengan kedua bola matanya yang berputar. Tak menunggu waktu lebih lama lagi untuk membuatnya lebih muak, Nathan pun menyandarkan tubuhnya di bangku penumpang. Rahangnya tiba-tiba saja di ketatkan dengan kernyitan dahi seirama dengan area kelopak matanya yang nampak bergurat.     

Max yang melihatnya pun, sontak memijat area pangkal hidung milik Nathan, membantunya untuk tak menimbulkan garis penuaan lebih jelas. "Seperti yang kau lakukan saat ini. Aku adalah pengamat yang baik, kau tak bisa begitu saja membohongi ku."     

Max seperti tak kenal mundur untuk mendapatkan Nathan, sedikit pun tak merasa gentar untuk melangkah lebih. Genggaman tangan pria itu masih di cengkram dengan sangat kuat, sedangkan miliknya yang lainm juga tak lantas duntuk di tepis. Entah Nathan yang terlalu lupa, atau memang itu sebagai kode rahasia yang di berikan.     

Namun apa pun itu alasannya, agaknya Max sudah memiliki niatan yang sangat pasti.     

"Bagaimana aku bisa tertarik dengan orang lain, jika di samping ku saja seorang pria sudah sangat menawan hati ku."     

Nathan yang lagi-lagi merasa sangat geli. Kelopak matanya yang semula tertutup, lantas terbuka cepat dan sontak langsung membelalak.     

Bukan ekspresi yang sangat berlebihan jika Max yang menjadi penyebab. Namun bayangkan saja, dua hal yang sangat tak di sukai menerobos di saat bersamaan. Max dan sentuhan tangan dari telapak tangan besar. Akan lebih buruk lagi jika kalimat itu di gabungkan menjadi satu, lengan besar Max yang menyentuhnya.     

Secepat kilat, Nathan pun coba untuk menarik tangan kanannya supaya terlepas.     

Rasanya hanya dalam kurun waktu kurang dari dua puluh empat jam, namun menjadi semacam siksaan yang memakan waktu tahunan.     

Max yang cabul agaknya sudah tak mementingkan keadaan sekitar atau bahkan suasana hati Nathan sendiri.     

Melakukan hal yang sama, bahkan kali ini sudah seperti tak bisa untuk melepaskan diri, Max mengunci pintu mobilnya.     

Nathan mendadak panik, terlebih dengan tubuh besar Max yang di dekatkan kepadanya. "Mau apa, kau! Dasar kurang ajar, kau pikir kau bisa mendominasi ku dengan tubuh besar mu ini, eh?!"     

Nathan yang belagak melawan, coba menghantamkan tubuhnya. Namun menjadi perkara yang konyol kalau pria itu malah menanduk area dada bidang milik Max dengan pangkal kepalanya.     

"Kau pikir dengan bisa melawan dengan cara seperti ini, eh?" tanya Max dengan nadanya yang sangat sumringah. Langkah Nathan yang di kata ingin menjauh, malah membuat pria berwajah oriental itu mendapatkan kesenangannya dengan cara mudah. Nathan tanpa sadar malah mendatanginya makin rapat.     

Satu lengannya yang bebas pun     

lantas terangkat, mengacak surai halus milik Nathan. Menyusupkan jemari besarnya pada tiap kumpulan helainya. Aroma sampo pun menyeruak, sangat memabukkan walau di yakini jika wewangian itu berharga sangat murah.     

Tak henti-hentinya membawa serta titik gairah, Max pun menempelkan indera penciumannya ke bagian belakang kepala Nathan. Menghembusnya dengan sangat rakus.     

Sedangkan Nathan yang tak berkutik sedikit pun. Tubuhnya mematung dengan kelopak matanya yang membelalak. Pencahayaan jelas memang sedikit terhalang oleh posisi setengah menunduk nya.     

Namun Nathan tak terlalu bodoh dengan apa yang di pandang dan juga di paksakan padanya untuk menekan sesuatu yang keras di antara kaki Max itu. Demi apa pun, apakah pria berwajah oriental itu memang benar-benar sangat tertarik dengannya? Reaksi kejantanan Max secepat itu?     

"Kau memang benar-benar cabul," olok Nathan dengan suaranya yang tiba-tiba saja sangat lirih.     

"Ya, reaksinya memang secepat itu. Apakah kau ingin coba merasakannya secara langsung? Bercinta di dalam mobil di siang hari, rasanya tak terlalu buruk, kan?"     

"Kau pikir setelah kemarin, kau akan dengan mudahnya menikmati tubuh ku? Heh, yang benar saja!"     

Balas Nathan yang coba untuk membuat pergerakan mendadak. Namun memang selalu menemui kegagalan jika berhadapan dengan pria berkuasa itu.     

Alih-alih mengangkat tubuhnya, Nathan malah di paksa untuk terus menunduk, wajahnya membentur tepat pada sesuatu yang tak menjadi harapan terjauhnya sekali pun. "Ini jelas pelecehan!" geram Nathan.     

Sedangkan Max yang menjadi lebih tidak peduli, malah menyamakan posisi dengan tubuh yang di sandarkan.     

"Terserah kau menganggapnya apa. Tapi demi apa pun, kau yang juga harus mengambil ganjaran atas perbuatan mu," balas Max dengan matanya yang di pejamkan. Napasnya menjadi sangat menderu, wajah Nathan yang ada dihadapan kejantanannya pasti sangat seksi.     

"Apa yang telah ku perbuat?"     

"Kau yang selalu saja lamban dalam respon menghindar, membuat ku mulai berpikir jika kau memang mulai bisa untuk membalas perasaan ku."     

Nathan yang sudah tak lagi di cegah untuk melepaskan diri, kali ini ini mengangkat pandang pada reaksi Max yang jelas penuh dengan kabut gairah yang membujuk.     

"Jadi, kau ingin respon menghindar ku lebih cepat?" tanya Nathan dengan satu alisnya yang terangkat.     

"Tergantung. Setelah ku pikir-pikir, kali ini bukan waktu yang tepat untuk kita bersikap tak tau malu. Tuan rumah kita pastinya sedang sedih karena masalah tadi," ucap Max yang masih dalam posisi yang seperti tadi, hanya saja, satu lengannya yang beraksi untuk mengurut kejantanannya yang sudah sangat memberontak.     

"Ya, itu benar tuan baik hati!"     

Nathan yang tiba-tiba saja meninggikan suaranya, Max pun sampai terheran-heran meski tatapan menggoda akhirnya di tampilkan.     

"Tebakan ku tepat sasaran, kau memang sedang cemburu," ucapan Mike yang tak tau mau langsung mengeluarkan kejantanannya yang sudah sangat menegang. Lengannya terus mengocok semakin cepat, seolah tak menganggap ekspresi Nathan yang sudah di buat menganga.     

"Ekhem! Maksud mu, aku mencemburui belaan mu pada Lisa, tadi?" ucap Nathan yang menjadi sangat gugup tiba-tiba saja. Air liurnya seperti terkumpul banyak dan menggumpal ke bagian depan mulut, butuh upaya Nathan untuk meneguk cepat dan membuat jangkunnya naik turun.     

Bukan suatu hal yang di harapkan, bahkan pandangannya seperti lebih tertarik pada kejantanan Max yang mulai terasa sedikit memepengaruhi miliknya yang terkurung di dalam sangkar.     

Jantungnya bertalun dengan sangat cepat. Pendingin mobil yang sudah tak berfungsi tanpa ada satu lubang kecil pun yang memasok udara, sangat pengap dan panas, membentur menjadi satu dalam artian harfiah atau bayangan mesum yang mulai muncul.     

Terlebih saat Max mulai nampak membujuk dengan kaosnya yang di angkat tinggi, menunjukkan secara penuh bagian perutnya yang berkeringat dan terbentuk itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.