Hold Me Tight ( boyslove)

Tak sejalan dengan keinginan yang mendesak



Tak sejalan dengan keinginan yang mendesak

0"Ku pikir memang ini bukan saat yang tepat. Kau pergi saja, dari sini."     
0

Ucapan Max membuat Nathan malah tak habis pikir. Saat di satu sisi ia mendapatkan kabar yang sangat bagus, namun sebagian besarnya malah menggeram kecewa atas tindakan pria penggoda itu.     

Sudah tak mengerti lagi maksud dari ucapan Max yang maju mundur. Setelah berhasil membujuk Nathan, pria itu malah dengan gampangnya mengusirnya pergi. Memangnya Max berpikir apa tentang Nathan? Selain mudah sekali tergiur bujuk rayu, pria berwajah oriental itu berniat mempermainkan Nathan, apakah begitu?     

Tak bisa begitu saja di sepelekan, Nathan seakan pantang dengan kata itu.     

Pandangannya kali ini berubah menjadi tak bersahabat, alisnya ditautkan dengan bibir yang kali ini memberenggut.     

"Kenapa mengusir ku pergi, aku ingin tetap di sini!" ucap Nathan sebagai keputusan final. Bahkan saat ini, ia tak malu untuk menunjukkan kejantanannya yang ikut menegang.     

Sejalan dengan apa yang di lakukan sang dominan, Nathan pun berhak untuk melakukan hal yang sama. Mengocok penisnya yang dengan kecepatan tangan yang tak kira-kira, seolah ingin mengejar kedatangan yang sama dengan Max yang lebih dulu.     

Nathan menyamankan posisi seperti halnya Max. Matanya di pejamkan erat, sedangkan mulutnya yang menganga untuk mengeluarkan desahan.     

Sontak saja, Nathan menjadi utama untuk Max saat ini. Gerakan lengannya sudah berhenti, tak ingin lepas dengan lengan sendiri.     

Kelapa Max yang digelengkan, senyumnya mengulas tipis, berpikir tentang Nathan yang selalu saja di luar dugaan.     

Kali ini menjadi satu jalan lurus yang tak ragu lagi dengan perkara mencabang. Hanya Nathan dan Max, suasana yang sudah terbentuk penuh gairah yang saling di pancarkan.     

"Ku rasa milik mu sangat kering, perlu bantuan?" tanya Max dengan lengannya yang sudah mengambil alih milik Nathan.     

Pria yang duduk di bangku penumpang itu pun lantas berjengkit dari tempatnya. Pandangannya langsung menyasar pada penawaran Max yang tak sepenuhnya di lakukan.     

Nathan pun menghentikan gerakan lengan Max yang naik turun. Dan menyentaknya supaya menyingkir. "Sama saja. Baik lengan mu atau milik ku yang melakukannya, sama-sama kering," ucap Nathan dengan nadanya yang sangat sewot.     

"Siapa bilang aku ingin membasahi kejantanan mu, Nath?"     

Nathan yang mendengar pertanyaan Max pun lantas menolehkan pandang. Lengannya sudah lepas pengawalan pada kejantanannya yang sudah sangat tegak.     

"Ku rasa aku masih baik pendengaran untuk menangkap kata-kata mu tadi."     

"Ya, tapi kau terlalu berpikir dengan cara yang membosankan," balas Max dengan lagaknya masih saja memamerkan ukuran penisnya yang sangat besar itu. Menekannya untuk sampai menempel di perut, pria itu lantas melepaskan begitu saja dan membuatnya mencapai posisi tegak lurus yang sama. Berkali-kali, bahkan Nathan seperti di hipnotis untuk terus menatap pada satu titik tak pantas.     

Meneguk liurnya yang lagi-lagi berproduksi terlalu banyak, Nathan pun lantas bertanya, "Aku tak tahu cara orang cerdik dan mesum seperti mu itu berpikir."     

"Yakin tak ingin tahu?" tanya Max dengan satu alisnya yang di naik turunkan, sedangkan tubuhnya sudah di dekatkan pada Nathan, meniupkan napasnya tepat di lubang telinga pria yang menampilkan wajah terdiam dengan lambannya ia berpikir.     

"Eungghh.... Geli, Nath!" desah Nathan dengan refleks bibir bawahnya yang di gigit erat.     

"Coba bayangkan jika aku melakukannya di lubang yang lebih intim, kau pasti akan mendesah lebih keras dan seksi lebih dari itu," balas Max dengan suaranya yang berubah sangat lirih.     

.... Awalnya hanya ingin menggoda mu dengan cara sederhana. Menyentuh penis mu dan seolah-olah bisa membuat lubang mu ikut bereaksi dengan berdenyut. Namun memang kau selalu saja membuat ku kesal, Nath.  Tampang polos yang menjadi ingin ku masuki."     

Nathan yang tak meresponnya dengan emosi, raut keterkejutannya malah sejalan dengan rona merahnya di pipi.     

Max yang sudah sangat terlalu merindukan kepuasannya yang hilang, bahkan hanya dengan hitungan jam yang harusnya tak dapat begitu saja membuatnya seakan sakau.     

Pandangan keduanya yang memberikan pertanda tentang keinginan berbuat lebih, lantas terealisasikan dengan ciuman dalam sebagai pembuka.     

Saling membuka mulut untuk mempermudah. Lidah keduanya di gilir untuk masuk ke bagian manapun  secara bergantian. Saliva mereka berkumpul menjadi satu, meneguk rakus masing-masing yang di dapatkan.     

"Ku rasa kita tak bisa melakukan sisanya di sini, sayang..." ucap Max yang lantas mengusap bekas basah yang mengalir sampai ke dagunya.     

Hanya menganggukkan kepala, Nathan pun mengikuti Max yang memperbaiki kondisi pakaian yang tersingkap, dan memasukkan kejantanannya juga.     

Max keluar terlebih dahulu. Tubuhnya yang bergairah seperti tak membuatnya berdaya, langkahnya limbung sampai harus membuatnya bertumpu pada badan mobil.     

Namun meski pun begitu, pandangannya tetap meliar untuk menilik sekeliling. Ya, untuk saja tak ada seorang pun yang ada di sekitar mereka.     

Max masuk ke dalam rumah dengan langkahnya yang cepat, Nathan mengikuti tak lama setelahnya.     

Terakhir menutup pintu, Nathan yang sesekali mendesis ngilu karena kejantanannya yang tak lekas di tangani.     

"Huaa!"     

Nathan terkejut saat sebuah lengan menepuknya dari belakang. Jantungnya bertalu dengan kecepatan yang lebih lagi. Dengan perlahan, ia pun membalikkan tubuh dan lekas bersandar ke permukaan pintu.     

"Kau terlalu berlebihan, lihat kau bahkan sampai berkeringat banyak," ucap Lisa dengan lengan yang refleks mengusap keringat di dahi milik Nathan.     

Namun tak bisa di pahami lekas oleh wanita itu, Nathan yang sampai menghempaskan lengan wanita itu dengan kasar dan hanya berucap singkat, "Kau mengejutkan ku."     

Nathan yang kemudian memutus kedekatan dengan berlalu pergi, tujuannya jelas menyasar pada     

kamar di bagian depan yang hanya tertutup oleh kelambu.     

Max ada di sana, menunggu Natha dengan berdiri tegak.     

"Bagaimana caranya kita bisa bercinta? Ranjangnya saja sudah rusak."     

Ucapan Max membuat Nathan lantas menggeram frustasi. Demi apa pun, baru kali ini pria menggemaskan itu sangat menanti untuk di masuki.     

"Kenapa kau nampak sangat kesal? Apakah lubang mu sudah sangat berdenyut untuk ku masuki?"     

Kebenaran yang mutlak, bahkan Nathan yang biasanya dengan ego tinggi itu malah menganggukkan kepala berkali-kali.     

"Bagaimana kalau kita mencari hotel terdekat? Atau kau mau kembali ke pusat perbelanjaan dan membeli ranjang baru?"     

Nathan pun lantas memijat pelipisnya yang kali ini ikut berdenyut. Memang rasanya benar, jika hari yang buru bagi Lisa itu tak boleh di utik dengan permasalahan birahi ke dua pria itu saja.     

Memutuskan hal berat, Nathan lantas membalikkan badan pergi dari kamar itu setelah berucap, "Batal. Tak usah lagi kau membujukku untuk hal konyol seperti ini!"     

Max yang malah terkekeh mendengar ucapan Nathan, sedangkan Lisa yang terasa di abaikan begitu saja oleh pria itu saat berpapasan, membuatnya beranggapan macam-macam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.