Hold Me Tight ( boyslove)

Wacana



Wacana

0"Kau ingin berganti posisi?"     
0

"Ya, sebagai dua pria yang sama-sama dominan, aku jelas menginginkan kuasa ku yang sebenarnya. Aku ingin memegang kendali."     

"Ehmm... Baiklah, aku tak masalah dengan itu. Artinya kau yang akan di atas, kan?"     

"Huh?! Semudah itu kau mengizinkan ku?"     

"Kenapa harus di persulit, pada intinya kan hanya kita berdua, kau dan aku yang menyatu."     

Nathan yang sontak saja tersenyum sumringah, pandangannya berbinar-binar, dengan wajahnya yang sontak langsung merona.     

Bukan menjadi perkara yang mudah hanya untuk menyusulkan maksud sederhana itu. Keraguan akan mendapatkan jawaban yang memuaskan alih-alih hubungan tambah ronde yang malah di pastikannya sendiri.     

Nathan yang jelas ingin berada pada kejayaannya menjadi penguasa, bukan hal yang di katakan mudah jika lawan yang harus di hadapinya benar-benar di atas rata-rata. Postur tubuh yang jauh lebih besar, dari segi kekuatan yang jelas tak bisa di adukan, serta hal utama yang menjadi pertimbangan awal, kejantanan Nathan kalau telak dengan milik Max yang sangat besar dan berurat.     

Nathan yang awalnya hanya berniat menggoda, sekali pun mencari peruntungan baik yang lebih-lebih bisa untuk di dapatkan.     

Lengannya yang masih terus mempermainkan bagian pusat inti yang sontak langsung berdiri tegak menantang di hadapannya. Pandangannya menatap intens pada netra mempesona milik pria berparas khas oriental itu.     

Saat mendapatkan persetujuan yang tak di sangka-sangka, Nathan yang tak ingin membuang lebih banyak waktu pun langsung mengambil pergerakan.     

Langkah awal menjadi titik rangsangan tepat yang telah di pelajari.     

Berdiri berhadapan, Nathan yang masih mengenakan pakaian lengkap itu pun mengalungkan lengannya ke leher Max. Sedangkan pria yang jauh lebih tinggi tak membalas apa pun, miliknya hanya tersampir di sisi tubuhnya saja.     

Nathan yang harus di paksakan untuk mendongakkan pandang, kabut gairah pun di keluarkan begitu saja, menjadi makin tak terbendung.     

Langkah keduanya yang tak bisa berhenti di tempat, terus bergerak perlahan layaknya tempo ketukan berdansa. Iringan musik klasik seperti terngiang serentak dalam bayangan, menambah kesan erotis dan sekalian mesra.     

"Milik mu terus berusaha memanggil teman untuk bermain," bisik Nathan dengan lagaknya yang seperti mengabarkan hal yang sangat serius.     

Satu alisnya di naik turunkan, lantas mengkode intens pada bagian bawah. Max pun dengan senang hati menurut, meneliti pergerakan benda lonjong dengan ujungnya yang tumpul itu.     

Sudah sangat berdenyut, bahkan Nathan yang seakan mempermainkan pun malah merapatkan dirinya, beralih mendekap Max dengan sangat erat.     

Nathan yang malah memejamkan mata, merasa nyaman dengan sandaran yang di pilihnya kali ini. Bersamaan dengan hal mendebarkan yang malah makin menderu dalam penyerangan. Kejantanan besar milik Max malah menggelitik tepat pada bagian perutnya, jelas membuat respon yang lebih jauh.     

Menggigit bibirnya dengan sangat erat, bahkan rasanya Nathan jauh menjadi semakin mesum saat bayangannya memikirkan kelanjutannya.     

Napasnya mereka yang kian memburu, debar jantung yang bersautan menjadi semakin cepat. Sudah pada batas penantian, sedetik pun tak bisa di paksa lagi untuk mundur.     

Nathan menjadi kendali sesuai keinginannya, tubuhnya yang merangkul Max pun berputar, mengalih pada posisi.     

"Sekarang masih pukul setengah sembilan malam."     

"Ya, tak ada batasan waktu tertentu untuk datangnya gairah bercinta."     

Pertanyaan Nathan di balas Max dengan sangat tanggap. Di saat bersamaan juga, pria menggemaskan dengan senyum girangnya itu pun mendorong tubuh Max untuk terduduk di pinggir ranjang, tempatnya tadi.     

Nathan menanggalkan satu per satu pakaiannya, menjadikan helai kain itu seolah tak berguna, berserak di lantai begitu saja.     

"Ku harap kau mengerti cara kerjanya, Max."     

Nathan mendekat pada Max, menyusup tempat di himpitan sempit antara kaki terbuka milik pria berwajah tegas itu.     

Tak sedemikian jauh, bahkan posisi duduk Max sudah hampir mencapai area dada milik Nathan.     

Nathan yang menakupkan lengannya di sekitaran rahang milik Max, menariknya untuk saling bertatap intens.     

Lagi-lagi yang jauh lebih menarik adalah bukti gairah, milik Nathan yang kali ini menjadi bintang utama.     

"Cara kerjanya sangat mudah, cukup membasahi dua titik temu untuk makin mempermudah persatuan mereka, kan?!"     

"Tepat sekali. Lalu, kau tunggu apa lagi?"     

Nathan yang jelas-jelas sudah sangat mendesak untuk miliknya menyelam pada rongga basah milik Max. Sudah terlalu mendamba, bahkan hanya dengan membayangkannya sudah bisa membuat titik sensitifnya menjadi sangat basah.     

Cupp     

"Sebenarnya aku adalah tipe pria yang suka berfantasi liar dengan pasangan ku. Sedikit bergaya menantang supaya berbeda dan tak membosankan."     

"Eungghh... Max... Tidak kau tidak boleh menyentuh puting ku-akhh... Sekarang ini bagian ku untuk melakukan itu."     

Nathan yang jelas saja mendesah kencang, perkiraannya Max akan menuruti perintah dengan mudah, rupanya terlalu naif untuk di dapatkan begitu saja.     

Max mencium titik puting milik Nathan, tak sekejap saja dengan kelanjutan yang jauh lebih gila.     

Pria pemilik netra berwarna khas hijau keabuannya itu malah meliuk-liukan lidah di salah satu rangsangan mudah milik Nathan. Bahkan terkesan menjadi lebih ganas, taring runcing milik Max sudah seperti menancap pada bagian kulit milik Nathan.     

Pria yang masih berusaha untuk memunculkan kepercayaan jika Max tak akan incar janji. Jelas saja membentuk peringatan supaya lekas tersadar. Menyusupkan jemarinya ke helai rambut basah milik pria itu, Nathan yang gemas pun tak lagi sungkan untuk mencengkramnya kasar.     

"Tapi kau nampak sangat keenakan saat ku perlakukan seperti itu. Baiklah aku akan menjauh dari sana."     

"Gila, Max! Eunghh... Issh..."     

Max dengan seulas senyumnya yang sangat menawan, memberikan tatapan yang semula nampak di artikan sebagai kesalahan.     

Namun saat yang di lakukan oleh Max setelahnya menjadi bukti. Nathan telah di tipu habis-habisan.     

Max yang membasahi tubuh atas milik Nathan secara keseluruhan, masih tak lebih baik dengan pergerakan selanjutnya.     

Pria berwajah oriental itu memutar tubuh Nathan supaya membelakanginya. Menampakkan bokong yang selau saja nampak sangat menggiurkan.     

Plakkk     

"Akhhh,,,"     

Max mencetakkan telapak tangannya pada salah satu bilang gumpalan daging itu. Bercak memerah, makin membuat Max bertambah semangat untuk melanjutkan tahap yang lebih jauh.     

Sedangkan Nathan yang hendak memprotes, sangat mengesalkan untuknya jika Max terus saja bertindak tanpa persetujuan. Yang keluar dari mulutnya yang menganga, hanya rancauan kalimat tak jelas.     

Brakk     

Nathan dihempaskan begitu saja setelahnya. Bagian kain yang tertarik rapi dalam membungkus ranjang, tak pelak langsung berantakan saat satu sosok lain menempati sisi samping.     

"Hufhhh...."     

Pria dengan surai lembutnya yang sudah sedikit panjang itu pun memejamkan matanya dengan sangat erat. Satu lengannya terangkat, menyeka singkat peluh yang membanjiri dahinya.  Napas Nathan terdengar sangat memburu, dalam posisi berbaring terlentangnya jelas saja makin mempersulit.     

Memilih untuk bangkit, duduk masih di tempat semulanya. Hanya saja pandangannya di alihkan pada Max yang ternyata terus memperhatikan sejak tadi.     

Max yang menumpu satu lengan sebagai tambahan, menunjukkan bulu-bulu tipis di perpotongan lengan atasnya. Nathan yang tanpa sadar meneguk ludah terlalu berlebihan, sangat penasaran dengan bagian tersembunyi itu yang nampak sangat seksi.     

Max yang jelas saja mengetahui hasrat terpendam milik Nathan. Bibirnya mengeringai, satu alisnya yang di jadikan pancingan lekas mendapatkan balasan.     

"Apa!"     

Bukan pertanyaan, Nathan yang menyuarakan nada tinggi dengan rona wajahnya yang sangat merah. Tubuhnya yang memaling untuk membelakangi Max yang menggoda, Nathan yang sudah pasti malu.     

"Kata mu kau akan menjadi dominan untuk kali ini, kenapa malah diam?"     

Max bangkit dari tempatnya, mendekat pada Nathan dan memberikan kecupan ringan di bagian bahu milik pria itu.     

Max menumpukan dagunya di sana, arah pernapasannya yang di arahkan tepat pada lubang pendengaran milik Nathan, makin menambah gairah yang sudah sampai pada titik ujung.     

Nathan yang sudah sangat kesal, rahangnya mengetat dan langsung menarik diri dari kenyamanan posisi Max.     

"Ya, tapi kau sudah lebih dulu membuat ku hilang minat,"     

Nathan lantas membalikkan badan, Max yang di pandang dengan sorot matanya yang tajam. Ia pun lantas melanjutkan kalimatnya untuk memprotes. "Harusnya aku yang menyesap puting mu. Harusnya aku yang memberikan banyak bekas kemerahan di tubuh mu. Harusnya aku yang mencetakkan telapak tangan ku di bokong sekal mu. Tapi kau sama sekali tak memberikan ku kesempatan."     

"Kau marah hanya karena ini? Oh ayolah, Nath... Bercinta bukan seperti permainan ular tangga antar anak kecil, di mana saat kau mendapatkan dadu dengan titik lebih banyak, maka kau yang memegang kendali,"     

.... Bercinta adalah persoalan tentang bagaimana diri mu bisa menempatkan diri. Haruskah aku menjelaskannya terlebih dahulu tentang itu?"     

Nathan yang sontak saja memberenggut, matanya memicing tajam dengan hidungnya yang ikut-ikutan kembang kempis.     

"Kau menolak untuk memberi ku kesempatan. Harusnya katakan saja dari awal, tak perlu melambungkan ku pada harapan."     

Nathan yang sudah dilanda hantaman keras yang menyasar kepalanya, muatannya yang sudah terlalu di diamkan membuatnya harus cepat membuat tindakan.     

Melangkahkan kakinya dengan sangat cepat, kamar mandi dalam yang ada di sana menjadi tujuan.     

Sedangkan Max yang melihat bagaimana dua bulatan bokong Nathan yang memantul. Tak dapat menahan diri dengan ludahnya yang di telan kasar.     

Bergerak cepat untuk mengikuti, kejantanannya yang sudah sangat tegak dan berdiri kokoh itu pun mengayun.     

Menarik ganggang pintu yang tertutup, rupanya Nathan memang tak sepenuhnya menghindar pada kepuasan bercinta.     

"Kau mendatangi tempat yang tepat,  bosan hanya berbaring di ranjang? Saat ini ingin berjibaku dengan air?"     

"Siapa bilang aku mengajak mu? Aku hanya ingin berendam sendiri, merilekskan otot-otot tubuh ku yang menjadi sangat kaku."     

Balas Nathan dengan cuek. Pria itu tengah mengisi bak mandi, beberapa tetes wewangian turut mensemerbakkan seluruh ruangan.     

Max yang menjadi sangat gemas dengan cara Nathan menggodanya, pura-pura tak ingin walau gesture tubuhnya yang sangat jelas ingin di rajam habis-habisan dengan hantaman pada titik pusatnya.     

Melangkahkan kaki untuk lebih mendekat pada posisi Nathan. Pria berwajah khas orientalnya itu pun melingkarkan lengannya di pinggang terbentuk milik Nathan.     

Menumpukan dagunya di sana, Max pun memberikan beberapa kecupan ringan. Tarikan napasnya yang menjadi sangat memburu, tak bisa lagi untuk belagak mempermainkan.     

Malam itu, mereka bermain sangat brutal di sana. Ruang basah yang melingkup, tak menjadi masalah kala tubuh bertaut mereka membuat kehangatan tersendiri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.