Hold Me Tight ( boyslove)

Menguji emosi di pagi hari



Menguji emosi di pagi hari

0Tubuh Nathan benar-benar sudah sangat letih. Percintaannya semalam menemui batas lepas yang jauh lebih gila dari yang lalu.     
0

Max yang memenuhi bak mandi, tak sekali pun membiarkan tubuh yang jauh lebih kecil darinya itu melarikan diri.     

Pria berparas dominan oriental, memang mengizinkannya untuk sesekali Nathan yang memegang kendali.     

Namun jangan terlalu di anggap hal itu sebagai pengartian yang mentah-mentah, karena pada akhirnya lubang berkedut milik Nathan lah yang di korbankan.     

Max menarik Nathan untuk duduk di pangkuannya, mempertemukan dua kejantanan yang beradu.     

Dengan lengan besarnya yang berotot, Max bahkan mengawali percintaan mereka di rungan berbeda dengan mengocok dua kejantanan itu di saat bersamaan.     

Bagaimana Nathan tak terus mengalunkan erangan nikmatnya? Bahkan hanya dengan sentuhan semacam itu membuat ia menggelinjang tak karuan.     

Lubangnya yang sudah sangat berkedut, seolah sudah sangat muak dengan air wewangian yang berusaha menyusup masuk. Nathan menginginkan kejantanan Max yang ada di dalam sana, merajam cepat pada satu titik kepuasannya yang sangat dalam.     

"Masukan milikku ke dalam mu, sayang... Bergoyang lah, atur tempo sesuka mu."     

Ya, bahkan Nathan masih sangat jelas dengan ucapan bernada perintah dari Max. Menjadi penurut saat akal sehat sudah di kuasai penuh oleh gairah yang menggebu.     

Nathan melakukanya, menyentuh milik Max dan melesakkan dengan sangat perlahan pada lubangnya.     

Habis-habisan, saat Nathan sudah menemukan kenyamanan dalam posisinya yang di atas.     

Mengikuti insting, pria yang masih terus memejamkan mata itu pun meliukkan tubuh di atas pangkuan Max yang mengganjal. Naik turun dengan tempo yang di sesuaikan.     

Max yang tak sekalipun tak mengalihkan pandang dari wajah erotis Nathan, tak pelak langsung merekam memori indah itu di berkas khusus yang tak akan pernah terlupakan.     

Bahkan sudah terpancing kepuasannya yang mendesak lebih. Nathan yang bergerak terlalu perlahan, langsung saja di ambil alih oleh sang dominan.     

Mencekram belah bokong seksi milik Nathan, pria bergairah dengan ekspresinya yang sekali pun tak berubah itu pun mendorong Nathan untuk terjatuh di pelukannya.     

Jelas mempunyai kekuatan yang sangat berlebih, Max menaikkan posisi tubuhnya dengan kejantahnan yang keluar masuk dengan tempo gila-gilaan.     

Air yang mulanya memenuhi bak mandi, dengan sangat cepat menyusut, gerakan percintaan panas kedua pria itu membuat cairan yang menormalkan suhu menjadi terombang-ambing, tumpah ruah begitu saja.     

Tak terhitung berapa kali Nathan memompa keluar cairan kental miliknya. Max yang tak kenal lelah membawa kemana pun posisi yang sedang diinginkannya.     

Napas mereka sudah sangat terengah-engah, kenikmatan yang membawa ke langit ke tujuh. Seluruh tubuh yang bergetar dengan sangat hebatnya. Dan ranjang empuk menjadi area penutup pada percintaan mereka itu.     

Entah berakhir sampai pukul berapa, yang pasti saat matahari sudah menyilaukan pandang, Nathan masih sangat mengantuk.     

"Kau sangat seksi dengan cara tidur mu yang mengangkang ini. Satu ronde lagi sebagai ucapan selamat pagi, apakah kau mau?"     

Plakkk     

Tak ada basa-basi untuk membuka mulut dan mengatakan penolakan. Nathan yang sudah setengah sadar saat sebuah kepala menyusup di balik selimutnya, tanpa pikir panjang menggunakan lengannya untuk menampar wajah mesum yang sangat menjengkelkan itu.     

"Pergilah!"     

"Jahat sekali, mana pria yang semalam terus saja meminta jatah lebih?"     

Nathan yang sontak saja membuka mata. Jelas saja rautnya menekuk dalam dengan rahang yang di kencangkan. Max memang benar-benar menjadi objek utama yang di pandang. Posisinya yang mengungkung lebih mempermudahkan untuknya menguasai.     

"Kau nampaknya sudah sangat rapi, kenapa malah menempel pada tubuh ku yang di dominasi aroma sperma?"     

Ucap Nathan dengan suaranya yang masih sangat parau. Lengannya mempermainkan simpul dasi yang melilit leher Max. Dengan tingkah jahilnya, Nathan pun malah menarik lebih ke atas tali itu, mengetatkan pada lehernya. Nathan yang berharap menemukan raut pria itu yang menjadi jelek saat merasakan pernapasannya tercekat tiba-tiba. Ya, alih-alih malah menampilkan senyum yang sangat lebar.     

"Ku perhatikan kau nampaknya menantikan sesi percintaan kita yang lebih menantang. Sebuah tali yang akan mengingat seluruh pergerakan mu, atau persis sama yang kau lakukan pada ku sesaat tadi. Kau menginginkan itu ya, Nath?"     

"Gila saja! Mana mungkin aku rela menyerahkan diri ku untuk kepuasan kasar semacam itu."     

Nathan memukul dada Max dengan kepalan tangannya, tepat pada letak jantungnya yang berdenyut, harusnya itu cukup mempan untuk membuat pria itu menyingkir kan?     

"Atau dengan pukulan semacam itu? Apakah kita memerlukan peralatannya profesional untuk mendukungnya, sayang?"     

Sudah semakin tak waras, setiap tindakan yang di lakukan Nathan, selalu saja menjadi bahan bumerang untuk menyerangnya balik.     

Wajah Nathan sudah sangat merah saat ini, jangan di salah artikan raut malu, jika yang ada malah perasaan jengkel.     

Demi apa pun, tidur Nathan sudah sangat tak cukup. Matanya yang sudah sangat terasa perih, kepalanya pun berdenyut menyakitkan. Nathan harus tidur untuk memulihkan stamina tubuhnya, dan Max seperti tak menunjukkan tanda-tanda kepekaan untuk lekas bangkit dan menjauh.     

"Terserah yang kau katakan, aku tak ingin lagi berdebat dengan mu. Sudah, pergi sana!" sentak Nathan dengan matanya yang sudah kembali di pejamkan.     

Max yang melihat kernyitan dalam di dahi Nathan pun lantas mengatasi, memberikan pijakan lembut dengan ibu jarinya.     

Cupp     

Memberikan kecupan di setiap bagian wajah Nathan, pria yang sudah lengkap dengan setelan kantornya yang rapi itu pun lantas menyingkir, bangkit dari tempatnya setelah berucap, "Kau tidurlah sepuasnya, aku akan berangkat ke kantor, sayang."     

Nathan yang mendengar ucapan Max pun malah tak bisa lagi untuk melanjutkan tidur. Masih jelas terngiang dengan kecerdikan Max yang selalu saja menghubung pada percintaan panas.     

Meronta di atas ranjang, posisi baringan Nathan yang mengangkang sebelumnya, beralih menjadi tak tentu, pria itu berguling-guling di ranjang. Lubangnya yang panas tak lagi mendapat udara segar untuk membujuk kesembuhan.     

Dan akhirnya pun bangkit, dengan memberenggut Nathan melangkahkan kakinya ke arah kamar mandi. Tubuhnya benar-benar sangat lengket, terlebih dengan keringat dan juga bekas sperma yang mengenai. Ya, pada satu bagian terpenting, lubangnya sudah sangat tak nyaman dengan sesuatu yang sudah mengering baik di permukaan luar atau dalamnya.     

Setelah berjibaku dengan ritual mandinya yang cukup lama, pria itu pun lekas keluar dari ruangan yang mengungkung memori awal percintaan gilanya itu.     

Mengenakan setelan pendek milik Max yang di ambilnya secara asal, Nathan pun langsung saja berjalan ke arah dapur.     

"Hemmm.... Wangi sekali, apa yang kau masak, Lis?" tanya Nathan memberikan seulas senyum sapaan pada wanita yang sibuk dengan penggorengannya.     

Tenggorokan Nathan yang sudah sangat kering, langsung saja meneguk air mineral yang di dapatkannya dari lemari pendingin.     

Menempelkan mulut botol langsung pada mulut bibirnya yang kering. Jangkunnya naik turun, meneguk dengan sangat rakus.     

"Nasi goreng, Nath!"     

"Ehmm... Aku sangat suka."     

Balas Nathan tak lama setelahnya. Pria itu pun langsung berjalan dan menundukkan diri kursi tinggi semacam di bar.     

Lisa yang mengalihkan pandang untuk mengintip Nathan, wanita itu agaknya dalam suasana hati yang sangat baik karena terus saja melebarkan bibirnya untuk mengulas senyum.     

"Kau nampak sangat kehausan, Nath. Ekhem! Bolehkah ku beri saran? Harusnya kau membawa persediaan air minum di meja nakas mu. Supaya suara mu tak sampai parau seperti itu. Heheh....."     

Takk     

Nathan langsung saja meletakkan botol kaca itu dengan hantaman yang sangat keras ke meja kayu. Air yang masih di tampung di mulut, lekas saja langsung di telan sekaligus.     

Pandangannya melirik tajam pada Lisa yang masih saja tak takut untuk menampilkan senyum lebar semacam itu kepadanya.     

"Apa yang kau dengar semalam?" tanya Nathan yang dengan sorot matanya yang waspada. Kedua lengannya yang tertumpu di samping botol terbuka itu pun mengepal dengan sangat erat.     

"Apa yang mau kau dengar, cerita karangan atau nyata?"     

Lisa yang berubah menjadi semakin menyebalkan. Lengannya yang masih memegang spatula, ditunjukkannya begitu saja pada arah wajah Nathan.     

Pria itu pun meneguk air mineralnya kembali, berusaha untuk menjernihkan pikirannya yang malah mendesak buruk sebagai balasan untuk wanita itu. Jika Max bisa di maki kasar atau bahkan di pukul berkali-kali tanpa belas, bagaimana mungkin calon ibu itu di perlakukan sama?     

Berusaha menanggapi dengan baik, Nathan yang memaksakan senyumnya pun lantas menjawab, "Aku ingin jawaban sebenarnya."     

"Ya... Kalau begitu tak terlalu seru, karena aku tak mendengar apa pun."     

Mendengar balasan Lisa membuat Nathan seketika saja merasa lega. Ya, pasti ruangan pribadi pria kaya itu di lengkapi pelindung kedap suara.     

Namun nyatanya senyum pria itu tak bisa bertahan lama, saat Lisa datang dengan menyajikan dua nasi goreng yang mengepul dan melanjutkan kata, "Tapi aku bisa berimajinasi dengan liar tentang apa yang kalian lakukan di dalam. Setelah menempati ruangan kecil ku sebagai permulaan, pastinya kalian sudah begitu leluasa untuk mencoba berbagai macam posisi, kan? Di setiap sudut, aku bisa merasakan kalian melakukannya di mana pun. Berkali-kali, sampai pada batas kepuasan kalian bersama. Dia yang memenuhi isi lubang kecil mu yang berkerut,"     

..... Hua... Jika saja kau wanita, mungkin saja kau sudah hamil hanya karena sekali percobaan dari Max."     

Lisa yang berucap panjang lebar sesuka hati. Raut segarnya yang menampil dengan sangat semangat, serta gestur nya yang sampai berjingkrak-jingkrak untuk mendukung.     

Nathan benar-benar tak ada cara untuk menangani wanita gila yang sayangnya tengah menyimpan keponakannya itu.     

Kepalanya menunduk dalam, hanya bisa mengatur napas untuk menormalkan emosi paginya yang sudah mendapatkan dua macam pancingan.     

"Sudahkan kau menceritakan fantasi mu? Sungguh, Lis... Kau sangat mengkhawatirkan, sampai-sampai saat ini aku malah menerka hal buruk, kau tak berniat menjadi penonton untuk kedua kalinya, kan?"     

Lisa pun hanya terkekeh geli, lirikan matanya yang menghindar, menjadi pengkhawatiran jelas untuk Nathan ke depannya.     

Memutuskan untuk mengalihkan rasa kesalnya pada makanan lezat yang tersaji. Perutnya sudah benar-benar keroncongan, dan Nathan ingin segera mencari hiburan di luar setelah ini.     

Ting Tongg     

Sebuah bel akhirnya berbunyi, menghentikan pergerakan Lisa dan Nathan yang hendak kembali menyuapkan makanan ke mulut.     

"Siapa?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.