Hold Me Tight ( boyslove)

Datang pada keluarga baru



Datang pada keluarga baru

0Max benar-benar mengantarkan Nathan setelah itu, mengabaikan pekerjaannya yang sudah sangat terlampau batas penanganan. Sama sekali tak ada pembicaraan lanjutan, agaknya baik Nathan atau Max di penuhi oleh pemikiran masing-masing.     
0

Jelas jika Max masih ada pada kekecewaannya atas penolakan mutlak yang di lontarkan oleh Nathan.     

Rasanya memang benar-benar cinta pada pandangan pertama. Nathan sudah menarik perasaanya dengan cara yang tak terduga.     

Parasnya yang memang sangat menawan, sikap dingin yang awalnya berusaha di tampilkan. Segalanya di anggap sempurna oleh Max, bahkan dengan kecacatan sifatnya sekali pun.     

Pendekatan mereka yang memang pesat akhir-akhir ini, di rasa menjadi saat jalan keduanya untuk saling menampilkan diri masing-masing secara jujur.     

Nathan yang agaknya berubah seratus delapan puluh derajat dari yang lalu, tak di anggap permasalahan berarti oleh pria jangkun itu.     

Nathan memang menjadi menyebalkan, Max yang sudah di rasa buta sama sekali tak gentar untuk mendapatkan cinta prianya itu. Ya, sekali pun dengan peringatan awal yang sudah di tujukan langsung untuknya.     

Sedangkan Nathan di sisi lain, terlepas dengan hal pribadi yang menyangkut perasaan cinta, ia nampaknya lebih tak acuh jika pembandingnya adalah perkara hubungan keluarga.     

Rian yang masih dalam status menggantung hubungan dengannya, tak menjadi sesal terhadap segala moment indah yang harus terhenti untuk sementara waktu.     

Kalau bisa berkata jujur, agaknya memang menjadi peluang untuk Nathan memikirkan ulang terhadap perasaanya pada pria mungil itu.     

"Tak ingin membawa oleh-oleh untuk papa mu dulu? Ah ya, sekalian juga ku sarankan untuk menyambut mama baru mu itu."     

Ucapan Max membuat Nathan terperanjat dari keterdiamannya. Pandangannya lantas mengalih penuh pada pria yang mengendali kemudi itu.     

"Kau sudah bertemu dengan mereka?"     

"Rasanya aneh saat anaknya sendiri malah menanyai hal itu pada orang lain."     

Pertanyaan Nathan yang memang mendesak ingin tau tentang seberapa jauh Max menyelam pada keluarganya. Namun jawaban yang malah mengoloknya macam anak yang tak pernah mengunjungi orang tuanya sekian tahun, tak pelak memang membuatnya tersindir. Terlebih dengan kenyataan yang di hadapkan, Nathan memang layaknya anggota keluarga yang tak di anggap.     

Mendengus kesal, secepat kilat Nathan menghindari pandangan Max yang mencoba untuk menarik intens walau hanya sesaat.     

"Mencoba membalas perbuatan ku tadi?"     

"Hhaha... Tidak, aku bukan termasuk orang yang suka menaruh dendam seperti seseorang."     

Nathan yang kali ini memang di bicarakan buruk, sedikit di tahan pembalasannya karena memang tak ingin makin menjatuhkan dirinya sendiri.     

"Kau yang belikan, aku tak punya sepeser pun uang," balasan Nathan, menyasar pada usulan Max sedari awal.     

Tak perlu repot-repot untuk menunggu balasan Max, Nathan malah pura-pura tidur.     

Max yang hanya menarik seulas senyum, lantas memacu konsentrasinya penuh pada jalanan besar yang lumayan lenggang.     

Memakan waktu cukup lama, bahkan Nathan yang hanya berniat memutus perbincangan itu pun malah menyelam pada tidurnya yang pulas. Tak ayal karena memang waktu istirahatanya yang tak cukup.     

Max membangunkannya setelah itu, dengan cara mengambil kesempatan yang telah terbuka lebar.     

Mengulas senyum seringai, bahkan Max telah mendekatkan tubuhnya setelah melepaskan sabuk pengaman.     

Nathan yang pulas menjadi pemandangan yang sangat indah, namun tak cukup bila hanya di kagumi lewat pandangnya saja.     

Menyasar titik tetap, bibir Nathan yang memang setengah terbuka membuat Max sangat terburu untuk melesakkan kembali air liur yang sudah akan menetes turun itu.     

Mendekatkan wajahnya tanpa pikir panjang, lengan besar Max menakup rahang Nathan untuk memposisikan.     

"Emmmph..."     

Nathan yang melenguh setelahnya, matanya yang masih betah untuk terpejam membuat Max makin tak ragu lagi untuk memperdalam ciuman.     

Membasahi area permukaan bibir Nathan yang lembut, meliuk puas untuk menyesap rasa manis yang terasa.     

Tak ada usaha lebih untuk mengabsen isi dalam mulutnya, lidah Max yang sudah sangat lentur melesak mencari kenikmatannya tersendiri.     

Nathan yang sudah merasa aneh, sesuatu yang lembut terasa menyentuh lidahnya yang terlipat rapi.     

Tak perlu mendapatkan prasangka konyol tentang mimpi erotis atau lain sebagainya. Seseorang yang ada di sampingnya lah yang tepat di sasar menjadi pelaku.     

Membuka kelopak mata, Nathan praktis langsung membelalak saat di rasa bersamaan ia malah di kejutkan dengan sentuhan pada titik tepat kejantanannya. Menjadi sepenuhnya tudingan buruk, Max yang telah membuka matanya malah menggigit permukaan bibir Nathan secara sengaja.     

Praktis saja mengambil tindakan, Nathan mencengkram kerah kemeja yang di kenakan Max dan membalaskan hal yang sama.     

"Ishh..."     

Ringisan lirih Max sudah di rasa cukup memuaskan oleh Nathan, terlebih setelahnya pria mesum itu mengambil langkah mundur.     

"Sampai berdarah."     

"Memangnya siapa yang menyuruh mu untuk lancang?"     

Max yang masih membayang dirinya di kaca spion depan, hanya bisa mengangguk paham jika memang yang di katakan Nathan adalah hal benar.     

Menyeka noda setitik darah dari bibirnya yang robek dengan selembar tisu.     

Nathan yang sedikit merasa bersalah, lantas di alihkan pada area jalan yang sangat di kenalnya.     

Sontak langsung membalik hadap pada bagian kiri tempatnya, rumah megah yang sangat di rindukan.     

Memang tak banyak memori indah di dalamnya, namun dengan caranya bisa tumbuh sampai saat ini, menjadi semacam separuh tinggal yang di harapkannya untuk melanjut.     

"Aku belum bertemu dengan mereka, tak ingin mengambil langkah pendahuluan sebelum kau izinkan. Hanya keluarga ku saja yang memang dekat."     

"Aku tak melarang mu, jika niatan mu mendekati orangtua ku tak macam-macam."     

Ucapan Max langsung di balaskan telak oleh Nathan.     

Nathan yang sedikit pun tak merasa bersalah, kali ini bahkan mengingat penawarannya dengan sangat detail. "Buah untuk istrinya papa ku, lantas kau bawakan apa lagi untuk mereka?"     

Max hanya mengulas senyum tipis, tak berniat membalas dan hanya mengkode pandang pada bagian bangku belakang.     

Menyalakan mobilnya kembali, lantas mengklakson supaya pagar tinggi itu terbuka.     

Sesaat Nathan tiba-tiba sangat gugup, jantungnya berdebar sangat kencang, lengannya bahkan bertaut dan saling mencengkram erat.     

Bukannya merasa takut atau pun tak nyaman, Nathan hanya kebingungan dengan caranya datang menamu pada orangtuanya sendiri itu.     

Tak ingin terlihat sebagai orang lain, namun nyatanya tak semudah itu untuk menampilkan wajah senyum sumringah saat segala hal sudah diketahuinya berubah.     

Mobil yang memasuki pekarangan rumahnya yang sangat luar, rasanya hanya di lalui sangat singkat saat suara mesin telah berhenti.     

Nathan malah menyandarkan tubuh, keringat dinginnya bahkan sampai luruh hingga membuatnya lekas mengusap.     

Tak ada satu pun saran yang di pikir baik dari hasil keterdiamannya, Nathan hanya sibuk dengan perasaanya yang sangat gugup saat ini.     

"Kau akan berdiam di sini terus?"     

"Max, katakan pada ku, aku harus memposisikan diri ku seperti apa di dalam sana?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.