Hold Me Tight ( boyslove)

Bersikap dewasa seperti semestinya



Bersikap dewasa seperti semestinya

0Tak di rasa terlalu buruk, pertemuan keluarga yang sekalian menyeret Max untuk bergabung malah melebihi perkiraan baiknya.     
0

Pria paruh baya yang telah menemukan tambatan hatinya yang baru itu masih masih tetap orang yang sama. Papa Nathan yang sangat baik, walau dengan gelarnya yang kaku untuk di klaim sebagian besar orang.     

Tak lebihnya dari Laras yang memang sangat anggun, wanita itu juga mampu menempatkan posisi untuk hadapannya pada sang anak tiri.     

Dengan sajian teh serta kue yang berhasil di kebut oleh Laras, perbincangan santai mereka pun berlanjut ke ruang tamu.     

Nathan dan Max yang duduk bersisihan, lantas berhadapan dengan pasangan pengantin yang masih saja menampil sangat romantis.     

"Kau sedang membayangkan menjadi siapa?"     

Jelas saja Max yang menjadi bagian pengusik. Lengannya yang terbentang di belakang tubuh Nathan yang bersandar. Meski tak cukup sekalinya dengan bicara pelan, pria jangkun itu malah mendekatkan bibir, tepat di depan pendengaran milik Nathan.     

Pria yang tampil menggemaskan dengan setelan pakaian pendek itu tak bisa berbuat banyak. Tak ingin mengganggu suasana romantis dari orang tuanya itu.     

Nathan hanya mengulas senyum tipis, saat secara kebetulan ibu tirinya itu menatapnya balas.     

Secara bersamaan Nathan menahan geram, Max masih tak berniat untuk mengambil sedikit jarak darinya.     

Lengan Nathan yang menumpu di atas paha, sontak saja langsung mencengkram dengan sangat erat. Max benar-benar sangat ahli dengan peranan mesumnya. Bahkan dengan tiupan pelan yang menyasar lubang pendengaran Nathan, sudah membuat pria yang di sasar itu menjadi sangat tak karuan.     

Sekujur tubuh Nathan yang otomatis bergetar, bulu-bulu halus di tubuhnya berdiri aktif secara serentak.     

Tak akan di katakan Nathan bohong, jika kenyataanya memang benar-benar sudah sangat jelas jika ia tengah terbujuk dalam rangsangan awal.     

Seolah tak lagi menyadari posisi, bahkan saat sepasang paruh baya itu kebetulan tak menaruh intens pada kedua pria dewasa itu, Max dengan nekat menjulurkan lidah untuk membasahi permukaan luar telinga milik Nathan.     

Suara basahannya bahkan terdengar sangat jelas. Menambah kesan erotis yang lebih berhasil untuk membujuk rayu.     

Kedua netra milik Nathan pun sontak langsung terpejam, rahangnya di ketatkan sejalan dengan bibir yang di katupkan rapat.     

Jangkun Nathan bahkan sudah naik turun, liurnya berproduksi melebihi kapasitas semestinya.     

Rasanya waktu berputar dengan sangat lama, terus mengulang pada perbuatan Max yang memang tak semestinya untuk di lakukan.     

Bahkan seakan sudah menumpuk gairah sekaligus, Nathan makin menyelam jauh hingga akal sehatnya yang hampir saja terenggut.     

Geram kepuasan semestinya sudah datang untuk mempermalukan diri, jika saja suara panggilan seorang wanita tak mendahului.     

"Nak Nathan.... Apakah kau baik-baik saja?"     

Secepat kilat tertarik pada realita, segala hal menyangkut gairah lantas terlepas tak ada sisa.     

Praktis saja pandangan Nathan langsung terbuka lebar, napas menderunya juga turut menyambut.     

Jantungnya berdebar sangat cepat, akibat yang buruk karena pernapasannya yang jelas menjadi tak normal.     

Peluh lantas berganti untuk mendiami sekujur tubuh. Kepanikan karena takut tertangkap basah jelas saja mendominasi.     

"Apakah kau tak apa, nak?"     

Pertanyaan Laras terdengar kembali. Nathan hanya menganggukkan kepala dan mengulas senyum tipis, ia harus buru-buru memberi peringatan atas sikap Max yang sangat keterlaluan.     

"Mau minum?"     

Nathan menghadap Max dengan geram. Layaknya tak menampilkan diri dengan raut bersalah, pria jangkun itu malah sibuk menyeruput minuman. Bahkan dengan menyebalkannya masih sempat untuk menampilkan senyum dan kedua alis kanannya yang di jungkat-jungkit.     

Jika saja bisa, Nathan benar-benar ingin memberikan bogeman mentah untuk pria menyebalkan itu.     

Benar-benar sudah bersungut-sungut untuk merealisasikannya, jika saja Nathan sudah tak memiliki akal sehat.     

"Di perjalanan, Nathan mengatakan tubuhnya sangat letih akhir-akhir ini. Bahkan ku rasa tidurnya juga tak begitu nyenyak. Merindukan papanya yang sangat di sayang. Nathan memang benar-benar anak yang manja ya, paman?"     

Ya, tak habis-habisnya untuk Max membuat ulah. Bahkan tak peduli jika merujuk pada permasalahan pribadi keluarganya yang benar-benar sangat sensitif.     

Sudah menjadi lebih geram dari sebelumnya, papa Nathan yang sontak saja langsung menampilkan raut wajahnya yang nampak sangat bersalah, mengacu jelas pada akibat dari ucapan Max yang sangat lancang.     

Nathan sudah menatap Max dengan sangat berang, wajahnya sudah memerah dengan bola mata meliar untuk menitik bagian yang akan di balaskan nantinya.     

"Maaf, nak... Bukan maksud ku untuk tak mengikut sertakan mu pada hari bahagia ku."     

"Sungguh, pa.... Aku sangat mengerti itu."     

"Tidak... Tidak.... Kali ini aku akan menyatakannya secara jujur kepada mu, supaya kau tak berpikir aku telah mengabaikan mu,"     

Nathan yang kali ini malah mengerutkan dahi. Pandangannya menatap lurus pada sang ayah yang nampak meminta persetujuan dari mama tirinya itu.     

.... Pernikahan ku dan Laras yang kedua kalinya ini memang tak ada perencanaan. Laras yang baru tersadar dari koma pasca kecelakaan, membuat ku tak ingin membuang waktu lagi untuk menjaganya secara penuh dengan ikatan yang jelas."     

Nathan yang benar-benar mendapatkan cerita nyata yang benar-benar sangat romantis, namun terlepas dari itu jelas ada hal janggal yang malah membuatnya terusik.     

Nathan masih menunggu papanya yang akan melanjutkan kisahnya, sedangkan Max di sisi lain, masih tak ragu untuk mendekatkan tubuh sebagai bukti keberadaan posisinya.     

Lengan Nathan yang di genggam, membuatnya turut mengambil kenyataan yang dapat di pastikan kebenarannya. Max yang memang memancing topik pembicaraan. Dan pria jangkun itu yang juga mengetahui dengan pasti kisah tentang keluarganya?     

"Kedua kali, maksud papa?"     

"Laras adalah istri yang pertama, karena satu masalah yang membuat hubungan kami tak berjalan dengan baik."     

Nathan masih mencoba untuk mengerti, menghadap dengan sikap dewasa yang di kodekan oleh Max dengan tepukan di bahu miliknya.     

"Lalu, mama ku?"     

Mendengar pertanyaan sang anak, praktis saja Bagas mengulas senyum dengan wajahnya yang coba untuk menutupi kesedihan.     

"Dia mama mu."     

"Benarkah? Tak ada yang di tutupi dari ku, kan? Semuanya seperti masih janggal untuk ku. Papa adalah papa ku, kan?"     

"Hei, bagaimana kau bisa mempertanyakan hal itu? Kau adalah anak papa."     

Bagas sontak saja meninggalkan istrinya sejenak. Bangkit berdiri dan berjalan untuk menarik Nathan pada pelukan eratnya.     

"Papa tak bohong, kan?" lirih Nathan yang benar-benar merasa sangat khawatir. Demi apa pun, ia tak mempermasalahkan tentang kisah percintaan papannya di masa lalu, ia hanya tak ingin terlepas darah karena yang di harapkannya hanya satu itu.     

"Kenapa aku harus berbohong dari mu?"     

Nathan pun menyandarkan dagunya di bahu tegap milik Bagas, kepalanya lantas menggeleng. "Tapi tak memberitahukan fakta ini sebelumnya."     

Bagas pun sontak menarik kedekatan fisik, memberi jarak pandang dan menakup wajah sang anak yang sudah sangat memerah.     

"Karena memang satu kenyataan yang sudah pasti, aku dan Rara adalah orang tua mu sebenarnya."     

"Lantas?"     

Nathan masih merasa sangat bingung. Sungguh, ia tak berniat untuk memberontak pada fakta yang sudah dihadapkan. Namun terlihat masih abu-abu untuknya, Nathan perlu penjelasan yang lebih rinci.     

Pandangannya sudah teralih, pandangannya menyasar penuh pada wanita yang saat ini adalah ibu keduanya itu.     

"Sebagai pria, aku yang memang plin plan."     

Ucapan yang di lontarkan Bagas langsung saja menarik Laras untuk memprotes.     

Wanita itu berdiri, kali ini turut menghampiri posisi sang suami. Begitu saja Laras jatuh pada pelukan Bagas.     

"Bisakah kita menyebutnya sebagai kisah percintaan yang rumit?"     

Kali ini Laras yang melakukan hal yang sama untuk Nathan, memberikan sentuhan keibuannya yang penuh dengan kasih sayang.     

"Papa berselingkuh dengan mama ku?"     

Pertanyaan Nathan yang membuat Bagas dan Laras melakukan penghindaran. Pandangan sepasang paruh baya itu menjauh, hingga Nathan yang melakukan upaya keras untuk menarik intens pandang kembali.     

"Tidak usah di sembunyikan.... Apa karena mama yang tak sengaja mengandung ku, apakah seperti itu? Apakah karena itu hubungan kalian berdua lantas terpisah?"     

Nathan benar-benar butuh kepastian. Lengannya bahkan sampai turut mengusik Bagas yang tiba-tiba saja mematung.     

"Ya, kau memang benar, nak..."     

Balasan Bagas yang mengaku, membuat segala buruk sangkanya selama ini lantas musnah.     

Nathan tak lagi gundah dengan posisinya yang di pertanyakan. Rasanya lega untuk mendapat kenyataan itu.     

Nathan tak lagi ingin larut dalam sikapnya yang kekanakan, yang dulu hanya dapat memprotes sedih karena tak mendapat kebahagian.     

Segalanya memang berakar dari kejadian yang berat, tak bisa lantas bersambung baik jika memang cinta kedua orang tuanya tak bisa bersatu.     

Nathan yang kali ini malah rasanya menjadi anak yang sangat buruk. Tak ingin memberanikan diri untuk bertanya, atau sekedar protes padam masanya dulu.     

Jika saja Max yang mesum itu tak memancing pembicaraan, mungkin keluarga Nathan yang memang sangat tertutup ini tak bisa menemui kejelasan.     

"Aku mengerti, aku ingin menjadi seorang dewasa yang sebenarnya. Sedikit menyesal karena tak mengeluh atas sikap kedua orang tua ku yang juga sedikit abai."     

"Oh, Nath... Bisakah kau memaafkan kami? Kisah ku yang memang sangat rumit, turut membuat mu terbawa dalam kubangan egois ku."     

Nathan pun menggelengkan kepala, lantas menarik senyum yang sangat lebar untuk di tunjukkan pada Bagas dan juga Laras itu.     

Mereka pun lantas berpelukan dengan sangat erat, berlarut dalam kebahagiaan yang di rasa sudah menemukan jalan yang terang.     

"Ekhem! Tidak kah ada yang mengucapkan terimakasih kepada ku? Atas segala upaya keterbukaan keluarga ini, anggota dari keluarga Nandara juga turut ambil bagian."     

Ketiga orang yang berpelukan itu pun lantas melepas sejenak, pandangan menyasar pada satu pria yang memang sangat hobi untuk mengusik.     

Bagas dan Laras yang mengulas senyum dan kembali untuk menyambung kedekatan.     

Nathan masih menatap Max dengan pandangannya yang lekat. Pria jangkun itu yang masih menggoda dengan cara bibirnya yang di cebikkan.     

Untuk kali ini Nathan tak menyasar macam-macam pada Max, terlebih dari itu, seulas senyum lantas di tampilkan.     

"Ku rasa kalian harus menginap, karena aku ingin merasakan kebahagian ini yang semakin bertubi. Bagaimana, apakah kau setuju tuan Nandara?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.