Hold Me Tight ( boyslove)

Pagi yang canggung



Pagi yang canggung

0"Selamat pagi, aku sudah menyiapkan sarapan yang lezat hari ini. Ayo-ayo... Kalian duduklah."     
0

Nathan dan Max yang baru datang dari pintu depan rumah pun lantas di tarik Lisa untuk mendudukkan diri.     

"Lihatlah, aku memasak apa untuk menyambut kalian. Kali ini bukan hanya nasi putih dengan telur ceplok seperti yang selalu kita makan, Nath... Sekarang berganti ke induknya, ayam goreng..."     

Plokk Plokkk Plokkk     

Ucap Lisa sembari menunjukkan hidangan yang tersaji di atas meja. Telapak tangannya di benturkan, dia masih saja melompat-lompatkan tubuh dengan sangat bersemangat. Ia lantas bertanya, "Apakah kalian menyukainya? Aku membuat sambal dan juga sayur rica-rica!"     

Max yang mendengarkan ucapan panjang wanita yang baru di kenalnya pun lantas merespon dengan wajahnya yang sangat datar. Punggungnya bersandar di kursi kayu yang sangat keras, dengan kedua lengannya yang bersendekap.     

Tak jauh berbeda dengan pria lain yang bersisihan dengan Max. Nathan malah menguap lebar dengan punggung tangannya yang terus mengucek area matanya yang masih belum jelas benar, benang-benang kotornya pun sesekali di tarik.     

Lisa yang tak sekali pun mendapat respon, wanita itu malah menggigiti kukunya yang panjang dengan wajah yang bersemu merah. Gurat bahagia nampak sangat jelas, bibirnya terus di terik lebar berlawanan sudut.     

Bagaimana tidak, pagi harinya yang sudah sangat membahagiakan dengan segepok uang yang ada di bawah bantalnya. Mendapatkan satu lagi kawan baru, dan dapat melihat pertunjukan langsung dari sepasang gay yang sedang sangat kasmaran.     

Kali ini Lisa sudah tak bisa untuk berdiri diam, tubuhnya terus saja digoyangkan kanan kiri, kali ini dengan kerah leher pakaian terusannya yang di gigit sangat erat.     

Lisa yang di targetkan sebagai sosok ketiga yang berperan sebagai pengamat. Jelas saja mengetahui apa yang di perbuat oleh kedua tamu yang menginap di tempatnya itu.     

Desahan yang terus di perdengarkan, bunyi gaduh, dan suara pergerakan yang sudah di perkirakan oleh wanita yang sudah beranjak dewasa itu. Cukup di rasa Lisa baik karena kesunyiannya tergantikan.     

Nathan dan Max yang mungkin saja melakukannya sampai waktu beranjak berganti hati. Mungkin saja, karena Lisa yang sudah sangat mengantuk harus meninggalkan keseruannya menjadi penguping.     

Lisa cukup maklum dengan perhatian Max yang sampai membantu Nathan untuk memijat tubuhnya pelan.     

Namun tak lama setelahnya, Lisa malah mengerutkan dahi dengan kelopak matanya yang berkedip-kedip cepat. Melepaskan kain pakaiannya yang meninggalkan bekas basah.     

"Hei, kenapa aku baru menyadari ini, ya?"     

Nathan yang terus menepis lengan Max pun lantas mendongakkan pandang. "Apa yang baru kau sadari?" timpal Nathan yang balas bertanya. Netranya membelalak tajam, kekhawatirannya jelas tertuju pada kelakuan tak sopannya bersama dengan Max.     

Sungguh, jika Lisa tau jika ia benar-benar menjadi seorang gay yang berada di posisi bawah, wanita itu pasti akan meledeknya habis-habisan.     

"Tidak... Alih-alih kalian keluar dari bilik kamar depan, kenapa kalian malah datang dari luar rumah? Apakah kalian baru saja ke suatu tempat?"     

"Hufh..." tanpa sadar Nathan malah mendesah lega. Artinya Lisa tak mengetahui apa yang telah terjadi malam itu sepenuhnya.     

Max yang melihat raut kelegaan Nathan pun lantas berdecih. Ia pun lantas menjawab pertanyaan dari wanita yang ada di hadapannya itu. "Kami baru saja bangun tidur."     

Balasan Max jelas membuat Nathan menampilkan raut protesnya. Matanya membelalak tajam, bibirnya yang lantas di kulum dalam-dalam.     

"Maksudnya?"     

"It-"     

Ucapan Max yang langsung di potong Nathan dengan cepat. "Itu, kami baru saja bangun tidur dan langsung keluar untuk jalan kaki ke sekitaran kampung ini."     

Lisa pun hanya manggut-manggut. "Oh... Itu alasannya kenapa kalian berdua nampak sangat lelah, ya? Peluh kalian yang sampai membanjiri. Dan juga, Nath... Kenapa kau tak mengambilkan baju ganti untuk Max? Lihatnya, pakaiannya yang mahal jadi sangat kucel, terlebih lagi, bagian celananya basah,"     

... Itu, di bagian tengah itu..." tunjuk Lisa tepat di bagian kejantanan Max yang masih menggembung. Wanita itu lantas terkikik geli.     

Max yang hanya menunduk untuk melihatnya singkat saja, sedangkan Nathan yang ikut menjadi pengamat, lantas, memukul belakang kepala pria berwajah oriental itu dan mengolok keras. "Dasar gila!"     

Nathan bangkit dari tempatnya dengan raut wajah yang sudah sangat merah padam. Langkahnya sudah akan mencapai ambang batas pintu ke belakang, namun sebuah suara yang sontak menahannya.     

"Hei, Nath! Bagian pantat mu basah. Sungguh, kalian membuat ku penasaran... Apa yang telah kalian lakukan, eh?"     

"Persetan!" balas Nathan yang sontak membalik pandang hanya untuk memberikan lirikan mata yang tajam.     

"Hahah..."     

Max dan Lisa yang sontak mengiringi langkah Nathan yang makin mempercepat. Nathan terlihat sangat menggemaskan dengan segala responnya.     

Lisa dengan wajah sumringahnya itu, menempati tempat duduk yang hanya memuat satu orang. Pandangannya menatap Max, mengutarakan keheranannya. "Orang seperti mu bisa tersenyum juga, ya?"     

Max yang mendengar pertanyaan tak penting dari Lisa pun lantas mengangkat alis. Garis senyum di wajahnya lantas lenyap seketika.     

Lisa sampai tercengang dengan perubahan wajah Max pun lantas ikut membungkam. Terlebih dengan bibirnya yang teratup rapat dengan sorot matanya yang sangat indah seperti menatapnya tak suka.     

"Kau malah mempertanyakan hal tak penting, ku kira kau sangat penasaran dengan apa yang ku lakukan sampai dengan menit lalu. Atau tentang milik ku yang masih berdiri tegak di dalam sangkarnya.     

Mendengar jawaban Max, jelas membuat Lisa langsung mengangkat pandang dengan posisi duduknya yang makin di majukan. Wanita itu sudah kembali bersemangat dengan tubuhnya yang berjingkrak-jingkrak.     

"Ya-ya... Aku sangat penasaran dengan apa yang kalian berdua lakukan sampai mengeluarkan suara desahan keras seperti itu. Apa kau berbuat kasar kepadanya?"     

Max yang melihat tingkah wanita yang sangat mirip dengan kepribadian adiknya itu, membuatnya merasa cukup nyaman untuk menangapi segala ucapannya.     

"Ya... Cukup setimpal dengan ketangguhan tubuhnya juga."     

Lisa pun membelalakkan matanya, duduknya yang sudah sampai menempati bagian ujung kursi. "Huh? Berarti kau melakukannya dengan sangat kasar? Pantas saja, Nathan jalannya sedikit tertatih. Aku sangat penasaran, apakah lubangnya tak akan terluka?" tanya Lisa yang sampai berbisik-bisik.     

Pandangannya menyasar waspada pada pintu kamar mandi yang di lihatnya jelas dari posisinya saat ini. Suara jatuhan air sudah tak terdengar.     

"Entahlah, kenapa kau tak coba untuk bertanya dengannya?" jawab Max dengan kedua bahunya yang di angkat acuh.     

Di saat bersamaan, Nathan keluar dari kamar mandi dengan mengenakan pakaian yang sama seperti tadi, hanya saja wajahnya nampak jauh lebih segar. Surainya yang basah pun di sunggar beberapa kali.     

Pandangannya melirik tajam saat melewati Max dan juga Lisa yang menertawakannya tadi.     

"Perhatikan duduk mu. Kau mau jatuh terjengkang dan membuat keponakan ku kenapa-napa?"     

Ucap Nathan yang lantas memasuki bilik kamar depan.     

Lisa yang mendengar ucapan Nathan pun lantas menuruti, posisi duduknya di benarkan. Wajahnya yang semula sangat sumringah, tiba-tiba saja mengkerut dengan lelehan air mata yang membanjiri.     

"Ada apa dengan mu?" tanya Max yang tetap dengan nada cuek meski pun sangat penasaran.     

Lisa yang tengah sesegukan dengan punggung tangannya yang coba untuk menghapus air matanya. "Hikss... Bukankah Nathan sangat baik? Hikss... Bahkan aku yang hanya kenalannya selama beberapa hari terakhir saja sudah mendapat perhatian sebegitu besarnya. Hikss... Bahkan dia menganggap calon anak ku sebagai keponakannya. Apakah kau juga mendengarnya, Max?" tanya Lisa yang mendapat balasan senyum dari Max.     

"Dia memang begitu istimewa. Itulah yang membuat ku jatuh hati dengannya,"     

Mike pun lantas mengalih pandang pada tatapannya yang seolah bisa menembus batas tirai tebal yang menyembunyikan sosok pujaannya di dalam sana. Ia lantas lanjut berucap, "Aku pinjam kamar mandi mu."     

"Baiklah, nanti akan menyiapkan mu pakaian ganti."     

Tak lama setelah itu, tempat Max berganti dengan Nathan yang sudah sangat tampan walau mengenakan setelan pakaian murah.     

Keduanya menunggu, Max untuk siap, namun yang membuat Nathan risih adalah senyum mencurigakan dari Lisa.     

"Ada apa dengan mu? Mendapatkan imbalan yang banyak karena telah menampung dia di sini?"     

Pertanyaan Nathan di balas Lisa dengan jentikan dari lengan kanannya. "Itu salah satunya."     

"Dapat berapa kau?"     

"Tak akan ku beri tahukan pada mu."     

Nathan pun memutar bola matanya malas. "Lantas, hal lain apa yang kau terlihat sangat membuat mu bergembira?"     

"Kau."     

Nathan yang kali ini malah mengerutkan dahi, pandangannya menyipit menatap wanita di hadapannya itu. Lisa memeluknya, tubuhnya yang di bungkukkan untuk mendekat pada posisi pria itu.     

"Kau menjadi awal hidup ku yang baru. Sangat menyenangkan. Kau adalah orang yang sangat baik... Terlebih saat ini kau membawa serta kekasih mu untuk meramaikan rumah."     

"Kembali ke tempat mu, anak mu tergencet."     

Lisa pun lantas menurut, kali ini duduknya di selipkan pada Nathan dan membuat pria itu harus rela bergeser.     

"Bukankah sudah ku bilang kalau Max bukan kekasih ku? Sungguh, aku adalah pria dominan, dan kekasih ku adalah pria yang sangat menggemaskan," tegas Nathan yang sudah seperti sangat bosan untuk mengulang jawaban.     

Lagi pula dengan respon ketidak percayaan Lisa saat ini, membuat Nathan mengalihkan pandang.     

"Tapi yang semalam menunjukkan semuanya, Nath."     

Nathan yang memunggungi Lisa pun lantas dengan cepat membalikkan tubuh. Sorot matanya yang memicing tajam, dan bertanya, "Apa yang kau tau?"     

"Tak banyak... Hanya saat Max yang menindih tubuh mu di atas ranjang. Kalian yang saling bertatapan dengan sangat mesra. Aku juga cukup sehat pendengaran untuk bisa mendengar jelas desahan mu, Nath."     

Nathan jelas sudah sangat malu, wajahnya yang kembali memerah. "Jadi, kau mengintip?"     

Lisa pun lantas membela diri. "Bukan keinginan ku, hanya saja keponakan mu ini yang seperti mendesak ku." Lisa sembari mengelus lembut perutnya yang menonjol.     

Nathan jelas tak habis pikir. "Jangan coba membohongi ku, calon keponakan ku tak mungkin akan se cabul itu. Kau tau, perbuatan mu sangat keterlaluan."     

"Jangan begitu... Lagi pula aku hanya melihatnya sangat sebentar dan sampai sebatas yang ku katakan pada mu. Aku tak tau banyak, karena Max belum sempat cerita, apa kau yang menggantikannya? Ceritakan malam percintaan kalian."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.