Hold Me Tight ( boyslove)

Benar-benar terjadi (18+)



Benar-benar terjadi (18+)

0Nathan tak pernah membayangkan dirinya akan benar-benar tenggelam pada orientasi seksualnya yang tak normal. Jika bersama dengan Rian adalah hal pertama yang di niatkannnya untuk menjelajah dunia baru. Ia yang masih tetap pada sisi dominan dan menguasai. Nathan yang menjadi pengendali dalam hubungan mereka yang tersembunyi. Hal yang sampai sekarang tak dipermasalahkannya sedikit pun.     
0

Namun untuk beralih posisi dengan ia yang merasa rendah, Nathan benar-benar tak habis pikir karena pada akhirnya akan terjatuh di pelukan goda Max.     

Nathan yang hanya bisa mendesah layaknya Rian yang di perlakukan dengan sangat intim. Ia yang mengangkangkan kaki dan menunjukkan lubangnya untuk di habisi. Demi apa pun, Nathan benar-benar melakukannya.     

Terlebih saat ini Max menunjukkan feromonnya sebagai pria yang penuh dengan gairah. Mulutnya yang  menyedot kuat kejantanan Nathan yang berdiri tegak. Sedangkan di saat bersamaan, jari telunjuk pria berwajah oriental yang terus merajam lubangnya dengan tempo yang makin mempercepat.     

Nathan yang seakan melupakan segala hal, terkait dengan dirinya yang dengan pasti menolak sejak. Alih-alih melanjutkan pemberontakan, lengannya malah terus mendorong kepala Max untuk memasukkan kejantanannya semakin dalam.     

"Akhhh...  Max... Masukkan lebih dalam... Hisap dengan kuat... Ayolah..."     

Max yang mendengar desahan Nathan yang meracau tak karuan, lantas saja menggoda dengan melepaskan diri. Tubuh tingginya yang berdiri menjulang, kedua lengannya yang berkacak di pinggang.     

Max menggelengkan kepala dengan bibirnya yang mengulas senyum yang di pandang menyebalkan oleh Nathan.     

Pria yang berbaring mengangkang, napasnya yang memburu sontak di paksa menormal seketika.     

Tubuh atasnya lantas di bangunkan, kedua siku lengannya yang menumpu. Satu alisnya terangkat, kali ini raut wajahnya sudah benar-benar masam.     

"Apa maksud mu?" tanya Nathan dengan suaranya yang terdengar sangat dingin. Jelas tindakan Max yang mengundangnya untuk macam-macam itu sudah. benar-benar seperti di hancurkan. Apakah Max hanya berniat menjatuhkannya saja?     

Telapak kakinya pun lantas mencengkram erat. Tubuhnya yang sudah sangat berpengaruh dengan gairah yang terus di tujukan padanya sedari tadi. Sekujurnya sangat lemas, terkecuali dengan kejantanannya yang masih menunggu kepastian.     

Berdiri berhadapan, penis keduanya bertarung dengan saling menunjukkan kegagahan. Tak ada bedanya, pandangan Nathan yang di adukan sengit dengan milik Max menjadi penjelas.     

"Apakah kau berniat membuat harga diri ku hancur, eh?!" tanya Nathan dengan dagunya yang terus di angkat tinggi. Dadanya yang di busungkan. Langkah kaki miliknya pun makin mempersempit jarak keduanya.     

"Menurut mu?"     

Jawaban Max yang malah balik bertanya, membuat pria menggemaskan dengan bibirnya yang terkatup rapat itu makin terpancing emosi.     

Wajahnya yang seperti tercoreng, membuat Nathan menggeram kesal. Matanya terpejam singkat, secara bersamaan netra kelam itu tampil kembali, jari telunjuknya pun teracung tepat di depan wajah Max. "Kau-"     

Belum sempat makian Nathan terlontar, Max sudah mengambil kendali lebih dulu dengan mencengkram pergelangan tangannya erat. Tak sampai hitungan detik, tubuh Nathan sudah berputar hadap, tubuh belakangnya menempel sangat erat dengan milik Max.     

"Kali ini, apa yang kau lakukan?" tanya Nathan saat usaha melepaskan diri tak kunjung berhasil. Lenghannya yang tadi tertawan, kali ini di posisikan sulit, menyilang di depan dadanya.     

"Menurut mu?"     

Max yang jauh lebih menyebalkan lagi, pertanyaannya yang di balas tanya balik sungguh sangat bertele-tele.     

Saat Nathan yang sudah tak lagi berniat untuk melanjutkan sentuhan, lantas seperti terbujuk dengan napas menderu yang menerpa area sensitif miliknya.     

Max menyusupkan wajahnya di ceruk leher milik Nathan. Tak hanya diam saja, lidah sang dominan pun lantas menjulur untuk membasahi garis lekuk yang sangat seksi itu.     

"Kali ini aku sangat terangsang dengan keringat yang membasahi tubuh mu, sayang…"     

Setelah mengutarakan kalimat pujian yang terdengar sangat erotis itu, Nathan langsung di buat menggelinjang dengan perbuatan Max. Ia yang terus di habisi dengan ciuman bertubi-tubi, menjilatnya dengan gerakan memutar dan juga hisapan kuat yang di arahkan Max pada setiap jengkal.     

Nathan sudah sangat lemas, tubuhnya menyandar penuh pada Max. Pria itu memang di akuinya merupakan penggoda yang sangat ulung.     

Tumpuan kaki pria menggemaskan itu sudah sangat sangat tak ber tenaga, terlebih Max yang sudah mengocok kejantannya yang sudah sangat basah.     

"Eungg… Max… Ayo-ayo, sedikit lagi aku akan keluar… Makin erat, kocok penis ku makin dengan lebih cepat…" desah Nathan yang penuh dengan permohonan. Tubuhnya yang meliuk-liuk di cengkraman Max, membenturkan bagian belakangnya ke kejantanan pria itu.     

Sudah akan di ujung tanduk, Nathan merasa cairannya akan keluar segera. Lengannya yang bebas, lantas mencengkram kaki milik Max, sedangkan miliknya yang di silangkan pun malah mendapatkan hukuman dengan hisapan kuat mulut pria berwajah oriental itu.     

"Max… Aku akan keluar-enghh…"     

Max yang awalnya mengocok kejantanan Nathan dengan sangat cegah, tanpa melakukan pemberitahuan terlebih dahulu malah begitu saja melepaskan miliknya yang sudah sangat berkedut. Nathan yang sudah sampai kepayahan karena bertubi-tubi di merasa di hempaskan ke dasar jurang. Miliknya berdenyut sangat menyakitkan.     

Alih-alih merasa akan melontarkan kalimat yang penuh dengan nada tinggi, Nathan pun malah mengusik Max yang nyaman bersandar di bahunya, lantas berkata, "Sampai sejauh ini, jangan katakan jika kau akan mempermainkan ku, Max. Sungguh, kali ini jika harus memohon, aku akan melakukannya."     

Nampaknya seperti yang di harapkan oleh Max. Pria jangkun yang kembali membalikkan tubuh Nathan untuk berhadapan dengannya. Saling pandang dengan sangat dalam, mereka pun lantas menubrukkan bilah bibir dengan ciuman yang sangat dalam. Lengan Nathan yang menakup rahang pria yang jauh lebih tinggi darinya itu, sedangkan Max yang mencengkram bulatan mengggemaskan yang terasa sangat kenyal.     

Mereka sudah saling menggila dan mengharapkan, seluruh ruangan atau bahkan menyebar ke keluruhan rumah yang berpetak kecil itu.     

"Jangan memprotes apa pun yang ku lakukan. Kau hanya perlu mendesah dan meminta lebih saja, Nath."     

Max memutar tubuh Nathan lagi, hanya saja kali ini berbeda. Pria dominan itu merapatkan tubuh Nathan pada tembok pembatas, membelakangi posisinya.     

Max yang menikmati tubuh belakang Devan yang nampak sangat berpeluh. Masih pada misi untuk memberikan beberapa bekas kenang-kenangan di sana.     

"Kau akan benar-benar masuk ke sana, Max-eughh...." tanya Nathan saat merasakan benda tumpul yang menggesek-gesek lubang luarnya.     

Kepala Nathan pun lantas teralih, berusaha untuk melihat ekspresi terangsang Max.     

"Pegang ini." ucap Max yang lantas menarik kedua lengan Nathan yang bertumpu di tembok pembatas. Memelintirnya ke belakang, pria yang sudah merasa kepalang tanggung pun lantas menuruti.     

Nathan membuka jalan termudah untuk orang yang akan menghabisinya itu. Sungguh, ia juga tak mempercayai apa yang di lakukannya sendiri. Telapak tangan mencengkram masing-masing dari belah bokongnya, menyibak makin jelas lubang basahnya yang berdenyut.     

"Eunghh.... Max, jangan lakukan jangan samakan milik ku dengan lubang dari wanita mu, milik ku satu-satunya ini jelas berbeda."     

"Kau tenang saja. Meski akan berbohong jika ku katakan tak sakit, namun aku akan menjaminnya, kau akan puas dan ketagihan."     

"Akhhh... Sungguh, itu sangat sakit, Max.. Ku bilang pelan!"     

Nathan yang sontak berteriak untuk memprotes, lengannya sudah terlepas dari cengkraman bokongnya untuk menuruti. Beralih, pria itu yang sebisa mungkin mendorong jauh pergerakan Max yang terlalu mendadak dan terkesan tak sabaran.     

Coba bayangkan saja, titik tumpul milik Max yang berdiameter sangat besar, di lesakkan paksa hingga seperti membuat miliknya terasa robek seketika.     

Max yang tak ada belas, malah berkata, "Tahanlah sedikit, milik ku hanya menancap ujungnya saja.     

"Akhh...Eunghh... Sakit..."     

Refleks, Nathan menjerit keras. Max benar-benar memasukkan penisnya keseluruhan, hanya dalam satu gerakan paksa.     

Nathan yang sampai keluar air mata di pelupuknya, dahi pria itu di hantamkan pada permukaan lembab di hadapannya. "Sungguh, milik ku pasti akan sangat lebar setelahnya."     

"Namun masih cukup ketat untuk kejantanan ku, sekali pun aku melakukannya ribuan kali, Nath."     

... Bersiap lah, aku aku bergerak."     

"Ahhh.... Eungh..."     

Pemberitahuan Max yang lantas di balas Nathan dengan desahan yang mengalun lebih keras.     

Max membenturkan tubuhnya, seirama dengan kejantanannya yang keluar masuk di lubang sempit milik Nathan.     

Permulaan yang lambat, hingga saat geraman Max yang terdengar makin jelas.     

"Ahh.. Ahh... Max... Max..."     

Max yang makin bergerak gencar, dengan temponya yang makin di percepat. Seiring dengan itu, Max yang kembali mencengkram tubuh Nathan yang membelakanginya itu.     

"Desahkan nama ku makin kencang, aku ingin kau memberi ku semangat, sayang..."     

"Max-ahhh... Lakukan lebih keras."     

Tubuh Nathan yang masih melenting. Posisinya membuat bokongnya menungging untuk terus di masuki oleh Max.     

Napas mereka yang saling bersautan, sangat memburu. Max yang jelas menuruti permintaan dari pria yang di nikmatinya, maju mundur dengan lebih cepat.     

Nathan sudah mendongakkan kepala, napasnya menderu, kelopak matanya yang di pejamkan dengan begitu rapat. Lengannya kali ini kali ini terus mengurut kejantanannya yang sudah menampakkan titik basahnya.     

"Max... Lebih cepat lagi-lagi... Aku akan sampai..."     

"Nath.. Kau sangat nikmat."     

Suara mereka saling menyahut. Dua gairah besar yang tumpah menjadi satu. Mereka yang sudah bergerak semakin cepat. Sama-sama di titik batas gairah.     

Tubuh mereka sangat bergetar. Merasakan rasa menggelitik yang membuat keduanya mengejan. Hingga saat benturan tubuh mereka sudah sampai, cairan kental pun keluar bersamaan.     

"Ahhh- Ahhh..." desah Nathan sembari terus mengurut miliknya. Memeras habis, dan mengotori tembok pembatas di depannya. Di satu saat bersamaan, lubangnya malah terasa penuh, Max keluar di dalamnya.     

"Kenapa-ahh... Kau keluar di dalam ku, sih?" ucap Nathan yang lantas membalik tubuhnya yang tiba-tiba saja terasa sangat remuk.     

Memandang orang di hadapannya yang masih dengan lancang menyusuri sekujur tubuhnya yang sudah sangat basah.     

"Apakah itu penting sekarang? Saat ini milik ku malah sudah mendesak untuk ronde kedua."     

"Apakah kau gila? Kau pikir lubang ku rasanya tak sakit? Atau kau mau tukar posisi? Kalau, pilihan itu aku baru menyetujuinya."     

Max yang mendengarnya pun lantas tersenyum meremehkan. "Aku tak ingin membuat mu malu, sayang... Jika kau akhirnya tak bisa memuaskan ku."     

... Ah ya, aku punya solusi. Aku akan mengizinkan mu di posisi atas, tapi kau yang bergoyang di atas penis ku, bagaimana?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.