Bullying And Bloody Letters

Rima Yang Dulu



Rima Yang Dulu

0Suasana di dalam rumah sakit itu, tampak sangat senyap.     
0

Dan Raisa, sedang terbaring lemah di atas kasur.     

"Rai, bangun dong, Sayang, Mama, khawatir sama kamu," ujar Rima sambi menangis sesenggukan.     

"Tante, Kak Raisa, pasti sembuh, jangan terlalu khwatir, Kak Raisa pingsan karna kelelahan, pasti sebentar lagi juga akan terbangun," tutur Aldo, yang menasehati Rima.     

"Tapi tetap saja, Nak Aldo, Tante, khawatir banget, terus gimana kalau Raisa, kenapa-napa? Tante, rakut Raisa, pergi seperti, Eliza," pungkaals Rima yang masih tampak trauma.     

"Enggak, Tante! Kak Raisa, gak akan pergi," ujar Aldo seraya mengelus punggung Rima.     

Dan benar saja, tak berselang lama, Raisa pun mulai membuka matanya.     

"Mama ...," ucap Raisa, dengan suara yang lemah.     

Dan seketika Rima pun langsung bersemangat dan sangat bahagia mendengar suara putri sulungnya itu yang memanggilnya.     

"Raisa! Kamu sudah siuman, Sayang?!" ujar Rima.     

"Ma, Raisa, lagi di rumah sakit ya?" tanya Raisa memastikan.     

"Iya, Sayang, kamu sedang berada di rumah sakit, kemarin kamu terluka sangat parah," ujar Rima.     

"Sebenarnya apa yang sudah terjadi, Rai?!" tanya Rima dengan sangat bersemangat.     

"Jadi, Raisa, di cukik, Ma ...."     

"Terus bagimana bisa kamu diculik? Siapa pelakunya?!"     

"Pelakunaya ...." Raisa tampak sangat lemah, dan kembali mejamkan mata.     

"Rai! Jangan pinsan lagi, Sayang!" pinta Rima.     

"Tante, Kak Raisa, jangan di kasih banyak pertanyaan dulu ya," ujar Aldo yang mencoba menenangkan Rima lagi.     

"Hik hik... tapi, Tante, khawatir, Nak Aldo!"     

"Iya, Tante, Aldo tahu, tapi tenangkan hati, Tante, dulu ya," ujar Aldo sambil memeluk Rima.     

Ceklek!     

Seseorang membuka pintu ruang kamar rawat itu.     

"Permisi, boleh saya masuk," sapa Surya dengan pelan.     

Lalu Rima menoleh ke arah suaminya itu dengan tatapan yang sinis.     

Dia ingin sekali melarangnya masuk apalagi mendekat, tapi mau bagaimana pun juga Surya masih suaminya, dan ayah dari Raisa.     

Apalagi ketika Raisa menghilang, meski tak sedang berada di Indonesia, Surya tetap saja membantunya untuk mencari Raisa, dan mengerahkan seluruh anak buahnya mencari Raisa.     

Meski pada akhirnya Aldo lah yang menemukan Raisa.     

Dan hari ini tepatnya Surya baru saja pualng dari Singapura, dan tanpa pulang ke rumahnya terlebih dahulu, dia langsung menuju ke rumah sakit.     

"Kenapa semuanya malah terdiam?" tanya Aldo.     

"Eh, iya, Om Surya silahkan maduk ke dalam," jawab Aldo.     

Lalu perlahan Surya pun masuk ke dalam dan memeriksa keadaan putri sulungnya itu.     

"Kamu baik-baik, saja, kan, Rai!" tanya Surya seraya mengelus rambut Raisa.     

Dan perlahan Raisa kembali membuka matanya lagi.     

"Papa ...," tukas Raisa yang tampak lemas.     

"Kenapa bisa begini? Sebenernya apa yang sudah terjadi?" tanya Surya dengan pelan-pelan.     

Lalu Raisa menggelengkan kepalanya sambil memejamkan matanya lagi.     

"Raisa, masih lelah dan syok, jadi sebaiknya jangan di kasih banyak pertanyaan!" ujar Rima kepada Surya dengan ketus.     

Dan Surya pun mengangguk menanggapi ucapan Rima itu, sambil tersenyum.     

Lalu Surya duduk di samping Rima.     

"Kamu baik-baik saja, Rima? Apa kamu sudah makan?" tanya Surya.     

Dan Rima nggelengkan kepalanya dengan wajah kesal dan kakunya.     

"Kita makan di kantin rumah sakit dulu yuk," ajak Surya.     

"Enggak ah, aku gak lapar!" ketus Rima.     

"Rima ... mau sampai kapan kamu akan terus seperti ini kepadaku?" tanya Surya dengan wajah yang memelas.     

Tapi Rima tidak menanggapinya, dia memilih untuk terdiam.     

"Rima, ayo jawab, apa kamu mau aku pesankan dari restoran cepat saji biar di antarkan sampai sini?" tanya Surya lagi.     

Rima melipat kedua tangannya, dan masih duduk di atas kursi rodanya sambil menggelengkan kepalanya.     

"Apa, tadi, Tante Rima, sudah makan, Do?" tanya Surya kepada Aldo.     

"Belum, Om. Tante Rima, belum makan," jawab Aldo.     

"Rima, kamu belum makan, ayo kita makan sekarang, aku gak mau kamu sakit," tukas Surya.     

"Enggak, Mas, aku mau jagain anakku!" ketus Rima lagi.     

"Rima, sebentar saja, biar Aldo yang menjaga Raisa dulu, lagi pula Raisa, akan sedih kalau melihat kamu sampai sakit, gara-gara tidak mau makan," jelas Surya.     

Dan dengan sangat terpakasa akhirnya Rima mau menerima ajakan Surya, dia tidak mau sakit dan Raisa akan bersedih.     

Selama ini Raisa hanya ingin melihatnya selalu sehat dan bahagia.     

"Baik, aku mau makan di kantin rumah sakit saja! Aku tidak mau di restoran yang jauh dari rumah sakit, aku ingin segera menemani putriku lagi!" tutur Rima masih dengan suara yang terdengar sangat ketus.     

Tapi Surya tidak kesal, dan tetap sabar menghadapi Rima, tidak masalah meski Rima selalu berbicara ketus dan kasar kepadanya, yang terpenting baginya saat ini adalah Rima mau di ajak makan bersamanya.     

"Baik, Aldo, saya titip Raisa sebentar ya!" ujar Surya.     

"Oh, iya, Om! Siap!" jawab Aldo penuh semangat.     

Surya langsung mendorong kursi roda milik Rima.     

Dan tampak Rima menoleh sesaat ke arah Surya, dia terlihat cemberut dan kesal.     

Padahal bukan karna dia yang benci, tapi karna dia yang merasa canggung.     

Sudah cukup lama sekali dia tidak pergi atau makan bersama seperti ini dengan Surya sang suami.     

Dan setelah sampai di kantin rumah sakit, Surya segera memesankan makanan untuk Rima.     

Meski hanya menu sederhana berupa soto ayam, atau lauk pauk ala kantin pada umumnya, tapi Surya tampak sangat bahagia.     

Karna di sini dia dapat menikmati makan siang berdua bersama Rima.     

Dia melihat ke arah Rima sengan seksama, memandangi saat Rima sedang menyendok makannannya.     

Dia seperti sedang bernostalgia     

Prengg...!     

Rima membanting sendok dan garpunya ke atas piring. Dan hal itu membuat Surya menjadi sangat kaget.     

"Kenapa kamu membanting sendoknya? Makannannya tidak enak ya?" tanya Surya.     

"Bukan! Tapi pandangan mata kamu yang tidak enak!" cantas Rima.     

"Pandangan mataku?" tanya Surya sambil menunjuk ke arah kedua bola matanya.     

"Iya! Bisa tidak jangan memandangku seperti itu?!" cantas Rima lagi.     

"Baik, Rima, maafkan aku," ucap Surya dengan suara rendah seperti sedang takut.     

"Bagus!" ucap Rima, lalu dia kembali meraih sendoknya dan menyantap makan siangnya lagi.     

Surya pun diam-diam tersenyum melihat tingkah Rima yang kekanak-kanakkan itu, sama persis dengan dahulu saat dia baru mengenal Rima.     

Saat mereka masih sama-sama seorang mahasiswa, dan waktu itu Surya memang sudah mulai tertarik dengan Rima.     

Dan dengan sekuat tenaga, dia mengejar Rima, untuk mendapatkan cintanya.     

Butuh perjuangan untuk mendapatkan Rima.     

Hingga pada akhirnya Rima luluh hatinya dan membalas perasaannya, lalu mereka berdua pun menikah.     

Namun semua tidak berjalan mulus dan Nindi datang untuk menggodanya. Akhirnya Surya pun tergoda kepada Nindi yang sangat pandai mencari perhatian dan bersandiwara itu.     

Lalu dia menduakan Rima, yang jelas-jelas sangat tulus mencintainya.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.