Bullying And Bloody Letters

Kembali Ke Sekolah



Kembali Ke Sekolah

0Surya merasa tidak salah memilih Raisa sebagia kepala sekolah di Pratama Jaya High School.     
0

Karna meski usianya masih sangat muda, dan belum lulus S2, tapi Raisa mampu menjalani perannannya dengan baik.     

Dan bahkan dia menjadi sosok kepala sekolah yang sangat di idolakan dan di cintai oleh para, murid-muridnya.     

Surya berharap, Raisa bisa bisa memimpin dan membuat Pratama Jaya High School menjadi lebih baik lagi.     

Setelah selesai makan bersama Aldo dan para murid-murid Raisa yang lainnya mulai berpamitan untuk pulang.     

"Bu Raisa, kami pulang dulu ya, dan maaf jika kami malah merepotkan kalian, terutama kepada, Pak Surya, terima kasih atas makanannya," ujar Aldo yang mewakili teman-temannya.     

Dan Surya pun tampak menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.     

"Iya tidak apa-apa kok, justru saya malah senang sekali, dan terima kasih ya, kalian sudah mau menengok saya," ujar Raisa sambil tersenyum.     

"Ya ampun, Bu Raisa, jangan senyum-senyum begitu dong, kalau begini, 'kan, Aldo, jadi makin salah tingkat," ujar Nino sambil melirik ke arah Aldo.     

Plak!     

"Awww! Sakit, Do!" keluh Nino sambil memegangi tangannya yang baru saja di pukul oleh Aldo.     

"Makanya punya, mulut jangan comel," bisik Aldo di telinga Nino.     

"Hehe maaf, keceplosan, Do," bisik balik Nino.     

"Ssst! Akh sudah! Kalian berdua ini ribut terus, ayo buruan kita pulang! Jadi pulang enggak nih!?" ujar Derry yang sejak tadi sedang memegangi perutnya karna mulas kebanyakan makan.     

***     

Hari ini tepatnya Raisa sudah mulai kembali masuk ke sekolah, walau masih ada beberapa luka lebam di wajah dan beberapa bagian tubuhnya.     

Tentu kedatangan Raisa ke sekolah hari ini membuat para murid-muridnya sangat bahagia sekali.     

"Eh, Bu Raisa berangkat tuh!"     

"Eh, iya tuh!"     

"Bu Raisa!"     

Dan para siswi yang selalu akrab kepadanya mulai berlari sambil berteriak menghampiri Raisa.     

"Akhirnya, Bu Raisa, berangkat ke sekolah juga,"     

"Iya, Bu, kami sangat rindu sekali,"     

"Dan sekarang, Bu Raisa, sudah aman, karna si Ratu Drama dan juga Bu Rasty itu sudah tidak ada lagi,"     

"Iya, benar! Semoga sekolah kita aman ya, dari orang-orang jahat seperti mereka,"     

"Iya, benar!"     

"Ssst, sudah-sudah! Ayo kalian cepat masuk ke kelas masing-masing, ya, sebentar lagi masuk jam belajar," ujar Raisa, dengan sabar menasehati para muridnya itu,     

Lalu salah satu murid perempuan dari tiga siswi itu bertanya lagi kepada Raisa.     

"Bu, lalu siapa yang bakalan menjadi wali kelas kami dan yang menggantikan, Bu Rasty?"     

"Emm, entalah, Ibu, juga belum menemukan orang yang tepat untuk menggantiknya," jawab Raisa.     

"Ah, bagimana kalau, Bu Raisa, saja yang menggantikannya?"     

"Iya, Bu, untuk sementara waktu saja, sampai, Bu Raisa, mendapatkan pengganti, Bu Rasty?"     

"Iya, benar, lagi pula kami kangen belajar sama, Bu Raisa, yang asyik dan baik ini,"     

"Iya, Bu, please!"     

"Iya, ya, Bu, please!"     

"Please!"     

Mereka bertiga tampak memaksa Raisa agar mau mengajar mereka kembali.     

Akhirnya, Raisa pun mengabulkan permintaan mereka semua, karna memang dia juga rindu suasana mengajar dan berkumpul dengan para murid-muridnya kembali.     

"Sudah! Sudah! Jangan berisik, baik saya akan mengajar kalian kembali untuk sementara waktu, sebelum mendapatkan guru pengganti yang bisa menjadi wali kelas kalian," pungkas Raisa.     

"YEYYY! ASYIK!" teriak kompak tiga murid perempuan itu.     

"Sudah! Sudah! Kalian jangan bersik! Ayo masuk ke kelas dulu!" perintah Raisa.     

"Siap, Bu!" ucap salah satu siswi itu.     

Lalu mereka semua pun berbondong-bondong, masuk ke dalam kelas mereka, yaitu kelas yang sama dengan kelas Aldo, Nino serta Derry.     

Setelah jam pelajaran di mulai, dan kebetulan pelajaran hari ini adalah matematika, Raisa pun masuk ke dalam kelas, di mana tempat ketiga murid perempuan tadi besarta Aldo dan yang lainnya berada.     

Tentu saja kehadiran Raisa memasuki kelas mereka, langsung di sambut dengan suka cita.     

"Yey! Bu Raisa, datang!" teriak mereka semua dengan kompak.     

Namun Aldo tak bersuara, dan hanya menebarkan sebuah senyuman untuk Raisa.     

"Ehemm... cie," bisik Nino.     

Dan seketika Aldo, menghentikan senyumannya.     

"Pasti hati kamu sedang berbunga-bunga, banget ya, Do?" bisik Derry.     

Aldo hendak berteriak membentak mereka berdua, tapi, dia tidak enak dengan Raisa, dan yang lainnya.     

Walaupun sebenarnya Aldo, sangat jengkel mendengar ledekkan kedua temanya yang selalu saja membuat dirinya merasa malu di depan Raisa.     

"Ssst... tumben ya, si Aldo, gak marah sama kita?" bisik Nino di telinga Derry.     

"Haha, mungkin dia sudah mulai mengakui perasaannya kepada Bu Raisa," jawab Derry, dan meskipun mereka berbisik tapi masih saja, terdengar di telinga Aldo.     

Dan tanpa basa-basi, Aldo langsung memegang kedua kepala temannya itu dan langgsung mengadunya.     

Jeduk!     

"Wadaw!" teriak Derry dan Nino yang kesakitan.     

"Gila, kamu tu, Do! Mainnya kasar bangat!" keluh Derry.     

"Iya! Galak banget, kayak Emak Tiri!" imbuh Nino.     

Tapi sama sekali Aldo tak mengeluarkan suaranya, dia masih tetap tenang dan kembali fokus ke arah Raisa yang mulai menyampaukan materinya.     

***     

Bel sekolah sudah mualai terdengar, dan kini para murid-murid sudah mulai keluar dari dalam kelas, dan beralih lari ke kantin sekolahan, tak terkecuali dengan Aldo dan dua sahabat karibnya itu.     

Sedangkan Raisa mulai berjalan menuju ruangan.     

"Bu Raisa!" teriak Vivi memanggil Raisa.     

"Eh, Bu Vivi!" sahut Raisa seraya menoleh sambil tersenyum.     

Dan tanpa ragu-ragu, Vivi langsung memeluk Raisa.     

"Bu Raisa, maafkan saya ya, tidak bisa menengok, karna kebetulan ibu saya juga sedang sakit," ujar Vivi dengan wajah penuh sesal.     

"Iya, Bu Vivi, tidak apa-apa, kok. Saya tahu, Bu Vivi, 'kan juga sedang sibuk ada keperlauan," sahut Raisa sambil tersenyum.     

"Tapi saya sangatlah bersyukur sekali. Karna akhirnya, Bu Raisa, bisa kembali ke sekolah ini, saya benar-benar gak tahu gimana jadinya kalau terjadi hal-hal buruk kepada, Ibu,"     

"Hehe, terima kasih, Bu Vivi, karna sudah mengkhwatirkan saya,"     

"Eh, ngomong-bgomong, Bu Raisa, mau kemana?"     

"Saya, mau ke ruangan saya, Bu,"     

"Eh, kita ngopi di kantin sekolahan yuk!" ajak Vivi.     

"Tapi, 'kan, masih ramai kalau jam segini, Bu," ucap Raisa.     

"Ah, tenang aja, biar saya pesan dan di antarkan ke ruangan, Bu Raisa, saja ya!"     

"Emmm, boleh deh kalau begitu,"     

"Oh, iya, kebetulan saya bawa kue loh, nanti kita bisa makan bareng sambil ngopi!" ucap Vivi penuh antusias.     

"Iya, Bu Vivi, terima kasih banyak. Kebetulan sekali saya juga lagi ke pengen banget makan kue yang manis-manis," jawab Raisa.     

"Sip, kalau begitu, sekarang saya ke kantin dulu ya, pesen kopinya. Dan, Bu Raisa, tunggu di ruangan saja ya?"     

"Baik, Bu Vivi," sahut Raisa sambil tersenyum.     

Dan Vivi langsung berlari menuju kantin sekolahan.     

"Eh, Bu Vivi! Hati-hati! Jangan lari! awas jatuh" ujar Raisa yang mengingatkan Vivi.     

Bluk!     

"Haha! Gak apa-apa, kok, Bu!" jawab Vivi.     

To be Continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.