Bullying And Bloody Letters

Malam Minggu



Malam Minggu

0Malam minggu yang begitu cerah, Aldo, tampak sedang bercermin dan merapikan rambutnya.     
0

Malam ini, Aldo ingin sekali pergi ke rumah Raisa, dengan alasan untuk menengok keadaan Rima, karna dia malu jika mengaku kedatangannya untuk menemui Raisa.     

"Aduh, kira-kira-kira, Bu Raisa, bakalan terganggu enggak ya, kalau aku datang ke sana?" ucap Aldo.     

Lalu dia menggelengkan kepalanya, dan dia menyakinkan dirinya, bahwa dia tetap harus datang untuk menemui Raisa.     

Aldo sangat yakin dengan perasaannya, dan dia tidak mau menyia-nyiakan waktu agar selalu dekat dengan Raisa.     

"Perkara, Kak Raisa, suka atau enggak sama aku yang penting aku berusaha dulu," ujar Aldo dengan penuh percaya diri.     

Dan setelah sampai di rumah Raisa, Aldo kembali merapikan lagi rambutnya kemudian dia mulai mengetuk pintunya.     

Tok tok tok!     

Ceklek!     

"Eh, Aldo, ada apa, Do?" tanya Raisa yang kebetulan dia sendiri yang membukakan pintu untuk Aldo.     

"Selamat malam, Kak Raisa, tante Rima, ada?" tanya Aldo.     

"Oh, ada kok, mari silakan masuk," ajak Raisa.     

"Iya, Kak, makasi," jawab Aldo.     

"Silakan duduk, Do," ujar Raisa.     

"Iya, Kak,"     

"Sebentar saya panggilkan, Mama dulu ya,"     

"Iya, Kak,"     

Dan tak berselang lama, Raisa, mendorong kursi roda sang ibu.     

"Eh, Nak Aldo! Tumben malam-malam ke sini?" tanya Rima dengan ramah.     

"Iya, Tante, Aldo, bingung di rumah mau ngapain, mau ngapel gak punya pacar, mau main sama Nino, Derry, udah bosen," jawab Aldo.     

Dan seketika Rima pun melirik ke arah Raisa sambil tersenyum meledek. Lalu setelah itu Rima kembali menoleh ke arah Aldo dan kembali mengobrol denganya.     

"Yasudah, kalau malam minggu gak ada acara, mending ke sini aja, Nak Aldo, lagian anak saya ini, sampai usia segini juga masih jomblo aja, gak ada pacar, padahal kalau di lihat dari wajah, anak Tante, ini juga cantik, tapi anehnya kok gak laku-laku juga ya?" tutur Rima.     

"Ya apmun! Mama! Tega amat ngatain Raisa, gak laku!" sahut Raisa yang tidak terima dengan ucapan sang ibu.     

Dan Rima pun hanya tersenyum melihat kemarahan anaknya itu.     

"Hehe, ya maaf, Rai, Mama, 'kan hanya berbicara jujur aja," jawab Rima.     

"Jujurnya kebangetan ah!" cantas Raisa.     

"Yaelah, Raisa, gitu aja ngambek, deh,"     

"Ah, kesel ni ah, yaudah sekarang Raisa mau bikin minuman dulu, Aldo, itu tamu, 'kan?"     

"Hehe, iya, Rai, udah dong jangan ngambek mulu ah," ujar Rima lagi.     

Setelah itu Aldo dan Rima, tampak sedang mengobrol sedangkan Raisa, duduk agak menjauh dan masih asyik dengan laptopnya untuk mengotak-atik fail pekerjaan di sekolahnya.     

"Eh, Rai! Sini dong!" panggil Rima.     

"Iya! Ada apa, Ma?" sahut Raisa.     

"Sini, dong! Masa, Nak Aldo, gak di ajak ngobrol!" ujar Rima.     

"La, kan, Aldo emang pengennya ngobrol sama, Mama, bukan sama Raisa!" sahut Raisa.     

"Ya tapi gak boleh begitu dong! Nak Aldo, 'kan tamu," ujar Rima.     

"Hah, iya, deh!" Dengan terpaksa Raisa pun datang menghampiri mereka berdua.     

"Nah, gitu dong duduk, di sini, dan temani, Nak Aldo," ujar Rima.     

Sedangkan Raisa hanya terdiam saja, sambil duduk di antara mereka berdua.     

"Yaudah, Nak Aldo, pulangnya nanti saja ya, masih sore ini, tapi Tante, udah nagntuk banget jadi biar anak Tante yang cantik ini yang menemani kamu ya," ujar Rima.     

"Eh, tapi kalau Tante, udah ngantuk, Aldo, nlpulang aja deh,"     

"Eh, jangan, masih sore ini."     

"Tapi—"     

"Tapi apa, kamu kan ke sini mau menemui anak Tante, 'kan? Hayo ngaku,"     

"Eh, enggak—"     

"Hayo ngaku," paksa Rima.     

Dan seketika Aldo melirik ke arah Raisa, sambil tersenyum malu, dan kembali menatap Rima lagi,"     

"Iya, Tante," jawab Aldo sambil tersenyum.     

"Nah, gitu dong, jadi anak lelaki itu harus jujur,"     

"Iya, Tante," jawab Aldo lagi.     

"Yasudah, Tante, masuk ke kamar ya,"     

"Iya, Tante,"     

Lalu Rima pun meninggalkan mereka berdua dan dia masuk ke dalam kamarnya.     

Sebenernya dia sama sekali belum mengantuk, hanya saja, dia ingin membuliarkan Raisa dan Aldo berduaan saja.     

Rima tahu kalau sebenarnya mereka berdua itu saling menyukai, hanya saja, mereka masih terlalu malu-malu.     

Mungkin karna masalah usia dan juga setatus mereka yang terlihat berlawanan, satu kepala sekolah dan satunya lagi seorang murid sekolah biasa.     

Tapi bagi Rima, semua itu tidak masalah selama mereka saling mencintai, terlebih Aldo adalah laki-laki yang baik dan sangat bertanggung jawab.     

Rima yakin putri sulungnya itu akan bahagia bila berjodoh dengan Aldo.     

Dan setelah Rima mulai memasuki kamarnya, Raisa mulai mengajak mengobrol Aldo.     

"Dari tadi ngomong 'iya tante' mulu!" ketus Raisa.     

"Eh, ya terus mau ngomong apa lagi sih, Kak?" tanya Aldo kepada Raisa.     

"Sebenar apa tujuan kamu kemari, Do?" tanya Raisa.     

"Ya, mau menemui, tante Rima!" jawab Aldo.     

"Yakin?"     

"Yakin, emang mau menemui, tante Rima, kok,"     

"Beneran gak pengen ketemu sama saya?"     

"Eh, ya enggaklah, Kak Raisa, GR deh,"     

"Terus ngapain kamu ke sini? Kamu suka ya, sama, Mama, saya?"     

"Eh astaga! Ya enggaklah, Kak! Masa suka sama, tante Rima! Tante Rima, itu udah saya anggap seperti, ibu sendiri, bahkan sebelum, Kak Raisa, pulang ke Indonesia, saya juga sudah sering kemari kok," jelas Aldo.     

"Oh, gitu ya, kirain mau menemui saya, kalau begitu saya mau kerja lagi deh, kamu terserah, mau pualng aja, atau masih mau noggkrong di sini, terserah kamu aja, sih," ujar Raisa seraya pergi meninggalkan Aldo, untuk kembalinl duduk di kursinya dan memulai kembali pekerjaannya.     

"Eh, Kak Raisa! Jangan ngmbek dong!" sergah Aldo sambil menarik tangan Raisa.     

"Saya enggak ngambek tuh!" jawab Raisa.     

"Yaudah, Kak Raisa, jangan kerja mulu dong, saya kemari, 'kan juga ingin mengobrol bersama, Kak Raisa," ujar Aldo.     

"Tadi katanya enggak?" tanya Raisa memastikan.     

Dan seketika Aldo tersenyum renyah dengan wajah sedikit malu.     

"Kita jalan-jalan yuk, Kak!" ajak Aldo.     

"Jalan-jalan?"     

Dan Aldo mengangguk-angguk. "Iya!" jawab Aldo.     

"Kemana?"     

"Ya, kemana aja! Nyari makan kek,"     

"Kamu yang traktir atau saya?" tanya Raisa lagi yang memastikan.     

"Saya, Kak!" jawab Aldo dengan tegas dan penuh percaya diri.     

"Ah, yakin? Katanya kamu belum kerja?" sindir Raisa.     

"Ah, Kak Raisa, ini. Walaupun saya belum kerja bukan berarti saya gak punya uang, 'kan?"     

"Ya yaya, saya tahu, tapi pasti uang dari orang tua kamu, 'kan?"     

"Iya, sih hehe," jawab Aldo sambil tertawa malu.     

"Yaudah, saya aja yang traktir, tapi warung pinggir jalan aja ya?"     

"Eh, jangan, Kak! Biar saya aja yang bayar, kan saya, cowok gentle hehe,"     

"Haha! Iya kamu juga pernah bilang begitu, jadi merasa sepert dejavu ya?"     

"Haha haha! Masa sih, Kak?"     

"Yasudah, kamu tunggu dulu ya, saya maungll ganti pakaian sebentar ya,"     

"Ok, jangan lama-lama ya, Kak!"     

"Bawel ih!" jawab Raisa.     

Betapa bahagianya Aldo, karna berhasil mengajak pergi Raisa bersama denganya.     

Sepertinya usahanya untuk mendekati Raisa hari ini tidak akan sia-sia.     

'Yes! Akhirnya bisa pergi juga bersama, kak Raisa,' batin Aldo.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.