Bullying And Bloody Letters

Harus Berhasil



Harus Berhasil

0Mark dan juga Rasty sangat bahagia karna berhasil membunuh Surya.     
0

Dan Mark bisa aman dari kejaran hantu Eliza, karna dia juga menggunakan jimat yang sama seperti Rasty.     

Jimat yang dulu sempat di gunakan oleh Ayumi putrinya.     

***     

Di sebuah malam yang sangat dingin dan Surya mulai membuka matanya dia merasa sangat lemas serta seluruh tubuhnya begitu sakit.     

Suasana tempat itu begitu gelap gulita, terdengar suara binatang malam yang saling bersahut-sahutan.     

Surya memejamkan matanya lagi, rasanya begini lebih nyaman ketimbang membuka mata tapi tak bisa melihat apa pun.     

"Aku ... ada di mana?" ucap Surya.     

Dalam keadaan antara sadar dan tidak sadar, Surya merasa ada sebuah cahaya yang berkilau. Lalu Surya membuka matanya kembali, tapi tak lama dia menutup matanya lagi, karna benar-benar tidak kuat melihat kilauan cahaya yang sangat terang itu.     

Dan terdengar suara gadis yang memanggilnya.     

"Papa ...."     

Perlahan cahaya kembali redup, dan Surya bisa membuka matanya kembali.     

Dan di hadapannya sudah ada Eliza yang berdiri tegap dengan tatapan sendu.     

"Eliza ... kamu ada di sini, Sayang ...?" tanya Surya dengan suara lemah.     

Dia seperti bermimpi, matanya kembali terpejam, namun tak lama dia mulai sadar kalau Eliza itu sudah meninggal.     

Maka dari itu Surya sangat yakin bahwa ini tidak nyata.     

Dan dirinya hanya sedang berada di lama mimipi.     

Dengan susah payah walau terasa sulit surya kembali membuka mata lagi, untuk memastikan bahwa yang dia lihat itu tidak nyata.     

Namun ternyata, Eliza masih berdiri tepat di hadapannya, dan dia masih menatap Surya dengan sendu.     

Dia sepertinya sangat perihatin melihat kondisi sang ayah.     

"Papa ... bangun, Pa ... ayo bangun," ucap Eliza.     

Dan Surya masih terlihat sangat lemas, matanya begitu sayuh, sekujur tubuh penuh sekali luka lebam.     

"Kamu itu beneran nyata ya?" tanya Surya lagi memastikan.     

Dan Eliza mengangguk, kemudian gadis itu mengulurkan tangannya kepada Surya.     

"Ayo, Pa ... bangun, Papa, pasti bisa ...." Ucap Eliza.     

"Tapi ... Papa ...." Surya begitu lemah.     

"Ayo, Papa, pasti bisa," Eliza menarik perlahan tangan sang ayah.     

Dan Surya merasa tubuhnya sangat ringan, sehingga dengan mudah, Surya mulai terbangun dan berdiri.     

Dengan sedikit terhuyung dia mulai melangkahkan kakinya.     

"Ayo, Papa, pasti bisa," ucap Eliza.     

Eliza menggenggam tangan sang ayah, dan tubuh Surya terasa semakin ringan lagi.     

Seperti ada kekuatan yang muncul. Dari dalam tubuhnya, dan tanpa ragu Surya mulai memanjat tebing jurang yang cukup tinggi itu.     

Padahal Surya itu tidak pandai memanjat, dan bahkan seumur hidupnya dia tidak pernah memanjat apa lagi sampai memanjat tebing jurang setinggi ini.     

Tanpa sedikit pun rasa lelah, akhirnya Surya pun sampai di atas jurang, lalu dengan mengandalkan indra penglihatan yang terbatas karna gelap.     

Surya terus berjalan untuk menemukan tempat pemukiman terdekat.     

Dan akhirnya dia menemukan pemukiman penduduk dan dia menghampiri salah satu rumah lalu mengetuk pintunya.     

Tok tok tok!     

Ceklek!     

"Tolo...long...."     

Bluk!     

Surya merasa tubuhnya kembali lemas dan terjatuh.     

"Loh, ini siapa?!" ujar seorang pemilik rumah yang membukakan pintu itu.     

Dan seketika warga itu langsung berteriak untuk memanggil warga yang lainnya.     

***     

Sedangkan itu Raisa, tampak pulang ke rumahnya dengan wajah yang murung dan pikiran yang kacau.     

"Bagaimana, Rai? Keadaan, Papa kamu, apa sudah di temukan?" tanya Rima.     

"Papa, belum di temukan, Ma, Raisa, khawatir banget sama keadaan, Papa!" ucap Raisa, seraya menangis memeluk sang ibu.     

"Sabar, Sayang, kita doakan saja, Sayang, biar papa kamu, bisa segera di temukan," ucap Rima.     

"Tapi, tetap saja, Ma! Raisa tak tenang!"     

"Sabar, Sayang, sabar, Mama, juga tidak tenang memikirkan, Papa kamu, Mama takut terjadi sesuatu kepadanya, dan Mama, janji kalau Papa kamu pulang, Mama akan berbaikan dengannya," ujar Rima yang juga sambil menangis.     

Rima sangat menyesal karna sudah berlaku kasar terhadap Surya tadi pagi, bahkan dia mengabaikan rasa khawatirnya terhadap keadaan suaminya karna dia masih merasa gengsi dan kesal kepada Surya, padahal tak biasanya dia merasa sekhawatir ini kepada Surya seumur hidup.     

'Apa ini akhir dari hidup, Mas Surya? Apa aku akan kehilangan, Mas Surya untuk selamanya, seperti aku kehilangan , Eliza?' batin Rima yang sangat khawatir dan mulai berpikir yang tidak-tidak terhadap Surya.     

Sepanjang malam itu mereka berdua terjaga, karna memikirkan keadaan dan keberadaan Surya saat ini.     

Sementara itu Rasty, yang saat ini masih tinggal di tempat terpencil itu mulai tak bisa menahan keinginnannya, karna dia benar-benar ingin segera pergi dari rumah ini.     

"Aku benar-benar tidak tahan di tempat busuk ini! Tidak ada listrik! Tidak ada mall! Aku akan pergi ke kota dan membunuh Rima, saat ini juga!" ucap Rasty penuh yakin.     

Esok paginya Rasty, langsung pergi ke kota dan mulai memantau kegiatan Rima di Rumahnya.     

Dan dia terlihat Rima sedang melamun, di sampingnya ada seorang perawat tengah memegang sendok dan satu mangkuk bubur untuk menyuapi Rima.     

"Bu Rima, ayo makan dulu, Bu, sedikit saja," ucap suster itu yang membujuk Rima.     

"Saya, tidak lapar, Suster," jawab Rima.     

"Tapi, Bu Rima, harus makan dan minum obatnya," bujuk perawat itu.     

"Mbak, nanti saya akan makan, tapi saya sekarang sedang tidak lapar dan ingin sendiri saja, jadi tolong tinggalkan saya, Suster" pinta Rima.     

Lalu perawat itu mulai pergi meninggalakan Rima sendiri di depan rumah.     

"Baik, saya masuk ke dalam, menaruh piringnya, dan tolong panggil saya saja, Bu, kalau butuh apa-apa, atau mungkin anda ingin makan," ucap perawat itu.     

"Baik, Sus," jawab Rima.     

Lalu tinggalah Rima sendiri di teras rumah, dan kini tiba saatnya Rasty melancarkan aksinya.     

'Baik, kali ini aku tidak boleh gagal, dan semakin cepat dia mati, maka akan semakin lebih baik bagiku,' bicara Rasty di dalam hati.     

Dan ketika sang perawat berada di dalam, dan bodyguard di rumah itu sedang tak berada di tempat, Rasty pun langsung berlari masuk ke dalam gerbang yang kebetulan sedang tidak tertutup.     

Dan dengan gerakakn cepat Rasty menusuk perut Rima menggunakan sebilah pisau yang dia bawa.     

Jelep!     

"Akh! Ras...."     

"Mati kamu, Rima!" teriak Rasty.     

Dan tepat saat itu, salah seorang bodyguard yang menjaga Rima yang baru datang pun memergokinya.     

"Hay! Siapa kamu!" teriak bodyguard itu.     

Lalu Rasty pun langsung berlari keluar gerbang debgan sangat kencang.     

Tak sadar Rasty menjatuhkan jimat keselamatan itu.     

Dan di temukan oleh bodyguard Rima.     

"Bu Rima! Apa yang terjadi?!" teriak sang perawat.     

Perawat dan bodyguard yang menjaga Rima segera melarikan Rima ke rumah sakit agar bisa mendapatkan pertolongan secepatnya, dan tentu saja mereka tak lupa segera menghubungi Raisa.     

Raisa yang baru saja menuju kantor polisi dan baru sampai di setengah perjalan langsung memutar balik mobilnya.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.