Bullying And Bloody Letters

Peringatan



Peringatan

0Ayumi pun langsung berlari dan menunduk di sudut tembok karna dia tidak bisa berlari lagi.     
0

Namun si hantu Eliza terus berjalan mendekat ke arahnya dan hendak mencekiknya.     

Ayumi terus menunduk untuk melindungi lehernya dari tangan Eliza.     

Ayumi terus berteriak-teriak histeris tapi dia tak berani melihat wajah Eliza.     

"Tolong! Tolong! Papa!"     

Dan tangan Eliza sudah mulai mencekik leher Ayumi, Ayumi sudah mulai kesulitan bernafas.     

Brak!     

"Ayumi! Kamu kenapa, Nak?" tanya Mark yang tiba-tiba sudah ada di depan Ayumi.     

Karna mendengar suara orang yang sangat ia kenal itu membuat Ayumi memberanikan diri membuka matanya, dan ternyata suara itu memang benar suara ayahnya.     

"Papa! Papa, Yumi takut, Papa!" ujar Ayumi sambil menangis memeluk sang ayah.     

"Sebenarnya ada apa sih, Yumi?" tanya Mark.     

"Ada hantu, Papa! Hantu itu mencekik leher Ayumi," jelas Ayumi.     

"Ayumi, kenapa lagi-lagi soal hantu,"     

"Papa! Please, Papa! Percaya sama, aku, kalau memang benar-benar ada hantu yang ingin membunuh ku, bahkan sampai saat ini, dia masih terus menterorku!"     

"Ayumi, sudah! Jangan berbicara yang aneh-aneh, dan tidak jelas begitu!"     

"Pa! Aku bicara yang sesungguhnya, Pa! Bahkan dia membuat kunci kamarku patah hingga aku tidak bisa keluar kamar!"     

"Terkunci?"     

"Iya, Pa! Aku tidak bohong! Dia ingin membunuhku, bahkan aku hampir mati karnanya!"     

"Yumi! Kamu itu ngelantur, mana ada hantu, dan sejak tadi pintu kamar mu itu tidak rusak apalagi sampai kuncinya patah di dalam!"     

"Benar, Pa! Tapi tadi pintu kamarku memang tidak bisa di buka!"     

"Lihat ke sana, Yumi! Ayo cepat lihat, ayo biar, Papa, antarkan!" ajak Mark seraya menarik tangan Ayumi, dan mengajaknya ke depan pintu, agar Ayumi bisa melihat bahwa pintunya sama sekali tidak rusak.     

Dan tentu saja hal itu membuat Ayumi merasa sangat kaget, karna apa yang di ucapkan oleh sang ayah itu benar adanya, dan pintu kamarnya benar-benar tidak rusak sama sekali.     

"Tuh, kamu lihat sendiri, bukan! Kalau pintu kamar ini tidak rusak sama sekali?" tanya Mark.     

Dan Ayumi hanya terdiam dengan wajah heran sambil menggigit kuku jarinya.     

"Kenapa bisa seperti itu, padahal aku aangat yakin kalau pintu uru benar-benar rusak!"     

"Ayumi, kamu itu sesang capek, Sayang," sudah ayo tidur lagi saja," ujar sang ayah.     

"Tapi, Pa, Ayumi, takut, Pa,"     

"Nanti saya akan menyuruh, bi Inah, menemani kamu lagi."     

Dan setelah itu, Mark kembali ke kamarnya lagi, dan begitu pula dengan Ayumi, malam ini dia kembali di temani oleh sang asisten rumah tangganya.     

***     

Tak terasa pagi pun berlalu, dan Ayumi mengajak sang ayah untuk pulang ke rumah mereka di jakarta.     

Ayumi merasa ketakutan bila harus menginap di vila lagi, dia tidak mau di datangi oleh hantu Eliza lagi di kamarnya.     

Dan setelah sampai di Jakarta, Ayumi mememui Rasty wali kelasnya.     

Sebelummya dia sudah menelpon Rasty dan meminta alamat rumahnya untuk membicarakan niat buruknya terhadap Raisa yang di gagalkan oleh hantu.     

"Ada apa kamu datang kemari, Ayumi?" tanya Rasty seraya menaruh secangkir teh hangat di hadapan Ayumi.     

"Bu, saya ingin memberikan pengakuan sesuatu kepada, Bu Rasty," ujar Ayumi.     

"Pengakuan soal apa?" tanya Rasty lagi.     

"Jadi dua hari yang lalu aku, mendatangi rumah, Raisa, dan aku berniat ingin membunuhnya dengan membakar rumahnya, tapi rencanaku di gagalkan oleh seorang hantu gadis berseragam Pratama Jaya High School, dan bahkan sekarang dia masih saja menerorku," tutur Ayumi nenjelaskan.     

"Jadi, kamu berniat akan membakar rumahnya?"     

"Iya, Bu Rasty!"     

"Dasar gegabah! Masih untung kamu masih hidup sampai saat ini!" ujar Rasty?     

"Apa maksud dari ucapan, Bu Rasty itu?!"     

"Hah?! hantu gadis berseragam sekolah itu adalah adik kandung Raisa yang sudah mati." Jelas Rasty.     

"Apa?! Bu Raisa, punya adik yang sidah mati?!" tanya Ayumi yang sanagt kaget.     

"Iya!" jawab Rasty.     

"Maaf, lalau boleh tahu dia mati karna apa? Dan kenapa arwahnya bisa gentayangan begini?"     

"Ah, soal itu ceritanya sangat panjang dan perlu kamu ketahui kalau kamu terus-terusaan melakukan kejahatan kepada keluarga Raisa, maka kamu akan mendapatkan banyak masalah, bahkan kamu juga bisa mati!" tegas Rasty.     

"Apa, maksudnya, Bu Rasty, bicara begitu? Dan bukannya saya juga sudah bilang kalau tujuan utamaku memang ingin menghabisi Raisa, bukan?!"     

"Iya, aku tahu soal itu, tapi kamu tidak bisa melakukannya begitu saja, Raisa, dan keluargamya ada penjaganya yaitu, Eliza!"     

"Lalu apa yang harus aku lakukan?"     

"Ini!" Rasty memberikan sebuah jimat untuk Ayumi.     

"Apa ini? Kenapa bentuknya aneh sekali?" tanya Ayumi yang merasa keheranan.     

"Ini adalah jimat pelindung, aku mendapatkan dari seorang dukun, dan ini dulunya milik mendiang kakaku, kamu bisa menggunkakannya untuk melindungi dirimu, dari arwah itu," jelas Rasty.     

"Hah?! Tapi aku tidak percaya dengan hal-hal seperti ini!"     

"Tapi kamu percaya akan adanya hantu, 'kan? Dan bahkan kamu juga sudah di ganggunya, 'kan?" tanya Rasty lagi meyakinkan.     

Dan Ayumi pun hanya bisa terdiam dan berpikir kalau ini terlalu sulit di bayangkan oleh akal sehat, sejak dulu dia selalu tak percaya dengan hal-hal mistis dan klenik seperti jimat-jimatan seperti ini.     

Tapi dia sekarang tak lagi bisa mengaknya tentu saja hal ini membuat Ayumi, mau tak mau mempercayainya. Karna dia benar-benar sudah melewatai hal-hal yang diluar nalar.     

Dan Ayumi juga tidak mau lagi bertemu dengan hantu itu, dia ingin hidupnya kembali damai seperti dulu lagi.     

"Baik, saya akan mempercayainya, dan saya akan mrngambil jimat ini," tukas Ayumi sambil meraih jimat itu.     

"Bagus, memang harusnya begitu, kamu sekarang sudah tidak aman lagi tanpa jimat ini, karna arwah itu sudah menerormu, dan dia tidak akan berhenti sebelum membuat dirimu mati, seperti kaka dan keponakanku dulu," tutur Rasty.     

Ayumi kembali tercengang mendengar perkataan Rasty, dia baru tahu kalau kaka dan keponkaan wali kelasnya itu sudah mati karna ulah si hantu itu.     

Dan dengan sangat terpaksa Rasty pun juga mau menceritakan semuanya kepada Ayumi, karna sekarang dirinya dan Ayumi sudah bergabug dan bersatu untuk menghancurkan Raisa.     

Tentu saja mau tidak mau mereka haruslah kompak.     

Ayumi cukup syok mendengar cerita dari Rasty yang mengaku sudah membunuh Eliza bahkan dia dan keluarganya sudah sengaja menjatuhkan Eliza yang masih pinsan dari lantai tiga hingga mati seketika.     

Dan bahkan Rasty juga menceritakan bahwa keponakan tersayangnya meninggal jatuh dari lantai tiga juga dan di sebabkan oleh arwah Eliza yang sedang balas dendam. Dan kematian di lanjutkan oleh sang kaka, bahkan kematian kakanya tak kalah mengenaskan dari kematian keponakannya.     

"Kenapa ceritanya terdengar seram sekali, apa, Bu Rasty tidak sedang berbohong?" tanya Ayumi.     

"Tentu saja tidak! Aku ini bicara apa adanya, dan karna hal itu aku menjadi ingin segera menghabisi mereka semua dan menguasai hartanya. Begitu pula dengan arwah gadis itu juga akan ku lenyapkan dari dunia ini!" tegas Rasty.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.