Bullying And Bloody Letters

Menculik Raisa



Menculik Raisa

0Ayumi cukup syok mendengar cerita dari Rasty yang mengaku sudah membunuh Eliza bahkan dia dan keluarganya sudah sengaja menjatuhkan Eliza yang masih pinsan dari lantai tiga hingga mati seketika.     
0

Dan bahkan Rasty juga menceritakan bahwa keponakan tersayangnya meninggal jatuh dari lantai tiga juga dan di sebabkan oleh arwah Eliza yang sedang balas dendam. Dan kematian di lanjutkan oleh sang kaka, bahkan kematian kakanya tak kalah mengenaskan dari kematian keponakannya.     

"Kenapa ceritanya terdengar seram sekali, apa, Bu Rasty tidak sedang berbohong?" tanya Ayumi.     

"Tentu saja tidak! Aku ini bicara apa adanya, dan karna hal itu aku menjadi ingin segera menghabisi mereka semua dan menguasai hartanya. Begitu pula dengan arwah gadis itu juga akan ku lenyapkan dari dunia ini!" tegas Rasty.     

"Huftt... begitu ya," Ayumi tampak menghela nafas dengan berat, dia tidak tahu betapa semenyeramkan itu Rasty bahkan melebihi kenekatannya.     

Tapi dengan begitu dia merasa senang karna dia mendapatkan teman yang satu frekuensi dengannya.     

Yang artinya dia dan Rasty bisa sangat cocok, dan bisa saling melengkapi.     

Niatnya yang mengajak Rasty untuk bekerja sama itu benar-benar tidak sia-sia sama sekali.     

"Aku senang mendengar cerita ini,? " ujar Ayumi.     

"senang?" tanya Rasty yang heran.     

"Iya, aku sangat senang!" tegas Ayumi.     

Dan Rasty menarik ujung bibirnya dan sedikit tersenyum tipis.     

"Apa yang membuat mu senang? Ini adalah pengalaman buruk dan bisa di bilang adalah rahasia masa kelam ku?" tanya Rasty.     

"Haha! Iya, saya tahu, Bu Rasty! Dan dengan begitu saya bisa tahu kalau, Bu Rasty, itu bukan sembarang orang, dan bisa menjadi partner yang baik! Karna selama ini aku kesulaitan mendapatkan seorang teman yang tidak payah dan pemberani serta nekat seperti anda," tutur Ayumi.     

"Haha! Sudah ku duga, jika kamu itu benar-benar gadis gila, Ayumi!" Rasty kembali tersenyum sinis. "Tapi tidak apa-apa, justri itu yang membuatku mau bergabung dengan mu, dan ingat kita harus berhasil mengalahkan Raisa, bila perlu kita bunuh dia lebih cepat lagi!"     

"Iya, Bu Rasty! Aku sudah tidak tahan lagi ingin mendengar berita kematiannya! Dan dengan begitu, aku bisa mendapatkan Aldo!" ucap Ayumi sambil tersenyum penuh yakin.     

"Iya, itu adalah keinginnan yang sama denganku, dan kita harus mulai menyusun rencana sekarang juga!" sahut Rasty dengan yakin.     

"Lalu apa rencana dari, Bu Rasty?" tanya Ayumi.     

"Aku ingin menculik Raisa, lalu kita membunuhnya,"     

"Caranya?"     

"Bodoh! Ya kita membayar preman saja!"     

"Begitu ya? Kenapa, Bu Rasty, tidak membunuh ibunda dari kepala sekolah sialan itu?!"     

"Tidak! Kita tidak bisa membunuhnya sekarang!"     

"Kenapa?"     

"Karna setiap siang dia selalu di kawal oleh perawat dan bodyguardnya! Kita bunuh Raisa, dulu, lagi pula itu adalah tujuan mu,bukan?"     

"iya!"     

"Dan, kalau kita sudah membunuh, Raisa, Rima, si Penyakitan itu juga akan mati dengan sendirinya karna syok!"     

"Oh, jadi begitu ya, kalau begitu, apa anda punya kenalan seorang pembunuh bayaran?"     

"Kalau soal itu tenang, Ayumi, karna aku punya nomornya! Tapi ...."     

"Tapi, apa?"     

"Soal biaya yang menjadi masalahnya, aku tidak punya banyak uang seperti dulu, sekarang kakaku sudah mati, dan keluarga Sucipto tidak lagi memberiku uang bulanan, seperti dulu saat kakaku, masih hidup,"     

"Oh, jadi uang ya, yang menjadi masalah?"     

"Tentu saja!"     

"Kalau soal itu, serahkan kepada saya! Dan, Bu Rasty, tinggal menghubungi pembunuh itu dan soal biaya, biar aku yang tanggung!" ucap Ayumi penuh percaya diri.     

Dan mendengar hal itu, membuat Rasty kembali tersenyum.     

Dia benar-benar tidak salah menerima tawaran Ayumi untuk bekerja sama.     

Rasty yang sudah mulai sulit dalam keuangan, dan hanya mengangandalkan gajih bulanan dari Pratama Jaya High School, kini dia mendapatkan suntikan dana segar untuk melanjutkan niat buruknya.     

"Ayumi, memang kamu itu paling bisa di andalkan!" puji Rasty kepada Ayumi.     

"Tentu saja! Soal uang tidak perlu sungkan kepadaku! Asal aku bahgia, Papaku akan memberikan uang berapa pun yang aku mau!" jawab Ayumi lagi yang penuh bangga.     

Setelah selesai memengobrol dan hendak melancarkan aksi jahatnya bersama Rasty, Ayumi pun berpamitan untuk pualng kerumahnya.     

Sedangkan Rasty mulai menghubungi pembunuh bayaran kenalannya.     

***     

Hari yang di tunggu pun telah tiba, rencana Ayumi dan Rasty pun akan segera di lakasanakan.     

Dua orang pria, yang berprofesi sebagai pembunuh bayaran, sedang memantau kegiatan Raisa di rumahnya.     

"Ma! Raisa, pergi sebentar ya! Raisa mau joging keliling komplek dulu!" ujar Raisa sambil mencium tangan ibunya.     

"Iya, Rai, tapi pulangnya, Mama, beliin salad di restoran sebrang jalan ya!" pesan Rima.     

"Ok, Bos! Siap!" Raisa pun langsung formasi hormat kepada ibunya, lalu pergi berlari kecil menunggalnya.     

"Ah, kamunini ada-ada aja!" ujar Rima sambil tertawa melihat tingkah Raisa.     

Lengkap dengan pakaian olah raga, Raisa berlari-lari kecil, dengan kedua telinga yang tersumpal earphones.     

Dan dua pria bertubuh kekar yang sedang memantau Raisa, di dalam mobil itu langsung menyalakan mesin mobilnya, lalu mengikutinya arah Raisa berlari.     

Dengan kecepatan pelan mobil itu berjalan, dan terus mengikuti langkah kaki Raisa.     

Mereka bekerja dengan sabar dan hati-hati.     

Dan setelah 30 menit berlalu, Raisa berhenti dan duduk di pinggiran jalan sepi.     

Dia duduk di bawah pohon rindang sembari menselonjorkan kakinya.     

Sambil mencopot topi dari kepalanya, Raisa mengibas-ngibaskannya untuk mencari angin agar sedikit dingin tubuhnya yang sedang panas karna berkeringat itu.     

Tentu saja hal itu mengundang, dua pembunuh bayaran itu untuk turut menghentikan mobilnya, karna ini adalah kesempatan yang bagus bagi mereka.     

perlahan mobil sedan warna hitam itu berhenti tepat di hadapan Raisa.     

Tentu saja Raisa terlihat sangat kaget dan penasaran, karna tiba-tiba saja ada mobil yang berhenti di hadapannya.     

Lalu keluar dua pria bertubuh kekar itu, dan berjalan mendekat ke arah Raisa, lalu tanpa berbasa-basi dua orang itu menarik tangan Raisa.     

"Loh, kalian itu siapa?!" cantas Raisa, "kalian mau apa?!" tanya Raisa yang merasa sangat keherannan dan kaget.     

Dua pria itu tak menjawab pertanyaan Raisa, lalu membawanya masuk ke dalam sebuah mobil, dan memabawanya pergi dari tempat itu.     

Dan di dalam mobil itu, Raisa tampak berteriak-teriak dan terus meronta-ronta.     

"Siapa, kalian! Ayo lepaskan aku sekarang juga!" ujar Raisa.     

"Sudah jangan berisik! Kamu ikut saja dengan kami!" jawab salah satu pembunuh bayaran itu.     

"Tolong! Tolong!" teriak Raisa dengan kencang.     

"Percuma kamu teriak tidak ada yang akan menderkan mu!" ujar pria itu lagi.     

"Sial! Siapa yang menyuruh kalian berdua!?" tanya Raisa sambil meronta-ronta untuk melepaskan diri dari dekapan salah satu pria bertubuh besar itu.     

Tapi nampaknya sangat sulit, tentu saja tenaganya tidak sekuat pria itu.     

"Ayo lepaskan aku!" sergah Raisa.     

"Diam!" teriak pria itu.     

"Ayo katakan! Apa, Rasty, yang sudah menyuruh kalian!?"     

"Diam! Nanti kamu juga akan tahu sendiri!" jawab salah satu dari dua pria itu.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.