Bullying And Bloody Letters

Menjenguk Raisa



Menjenguk Raisa

0Mark memberi bantuan kepada Rasty, dia memberi tempat tinggal yang aman untuk Rasty, agar terhindar dari kejaran Surya dan yang lainnya.     
0

Dan Mark sendiri juga mulai menyusun rencana untuk menghancurkan Surya, dan juga Raisa.     

Dia benar-benar takterima putri satu-satunya meninggal, entah karna apa, atau meski karna hantu sekalipun. Yang jelas di mata Mark Raisa dan Surya adalah penyebabnya dan dia tidak mau membiarkan mereka tetap hidup tenang di dunia sementara dia sendiri telah kehilangan putrinya.     

"Aku tidak peduli siapa kamu, atau seberapa hebat kamu, Surya! Yang jelas keluargamu sudah membuat putriku mati! Maka jangan pikir aku akan terdiam begitu saja!" ucap Mark dengan gigi gemertak dan tangan yang mengepal kuat.     

***     

"Rai, kamu beneran udah gak apa-apa, Rai? Kalau kamu masih merasa lemah dan butuhb istirahat, sebaiknya jangan pulang dulu, dan tunggu sampai kamu benar-benar pulih dulu," ujar Rima.     

"Gak apa-apa kok, Ma, Raisa sudah baik-baik saja, hanya sedikit lemas. Istirahat jlsebentar juga nanti sembuh, lagi pula dokter, kan sudah memperolehkan saya pulang," jawab Raisa,     

"Tapi, tetap saja, Mama sangat khawatir, kamu sedang sakit, tapi Mama tidak bisa jaga kamu sepebuhnya, jangan kan untuk menjaga dan merawat kamu, mau jalan saja Mama belum bisa," pungkas Rima.     

"Gak apa-apa, kok, Ma, ada Mama, selalu di samping Raisa saja. Raisa juga sudah sangat bahagia kok,"     

"Yah, tetap saja, Mama, sedih banget ngeliatnya, harusnya Mama, bisa membuatkan kamu bubur, menyuapi kamu, tapi sekarang lihat Mama," Rima tampak mengerutkan keningnya dengan tatapan berkaca.     

"Mama, gak apa-apa, Ma, jangan sedih, yang panting bagi Raisa Mama, sehat dan selalu bahgia saja, Raisa udah semeng banget, makanya, Mama, harus berusaha untuk cepat sembuh dan biar kita bisa jalan-jalan bareng," ujar Raisa sambil tersenyum.     

Lalu tak lama Surya pun menghampiri mereka, dan mulai membantu Raisa masuk kedalam mobilnya dan memasukkan seluruh koper serta barang-barang lainya ke dalam mobil.     

Dan yang terakhir, Surya juga mulai membantu Rima masuk ke dalam mobil, dengan cara membopong tubuh Rima.     

"Eh, mau ngapain kamu?!" sergah Rima.     

"Ayo, sekarang masuk dulu," ujar Surya.     

Dan mendengar ucapan Surya, Rima pun langsung terdiam.     

Lagi pula kalau bukan Surya yang membantunya naik ke dalam mobil siapa lagi, karna tidak siapa pun selain mereka bertiga, sedang kan Raisa sendiri masih lemas, tidak mungkin kuat mengangkat tubuh Rima.     

Raisa diam-diam tersenyum melihat sang ibu yang nampaknya sedang canggung karna berhadapan dengan sang ayah.     

Mereka berdua terlihat seperti anak kecil, atau mungkin dua muda-mudi yang sedang pendekatan.     

Entalah, Raisa sedang menikmati masa ini, di mana sang ayah sedang berjuang keras untuk kembali mendapatkan hati sang ibu yang sudah mulai akan menghapus perasaan cintanya itu.     

"Setelah ini, saya akan mengirimkan dua perawat untuk kalian, dan mereka akan bekerja selama 24 jam di rumah kalian, tentunya dengan tambahan satu bodyguard lagi. Jadi di rumah kalian akan ada Dua perawat dan Dua bodyguard." Jelas Surya.     

"Wah, kalau begitu, rumah kita bakalan Ramai banget dong, Pa?" tanya Raisa.     

"Iya, tentu saja, ini semua kan demi kebaikan kalian, jadi terpaksa saya harus melakukan itu semua," ujar Surya.     

"Tapi, saya tidak suka rumah saya jadi ramai sekali, rumah saya itu bukan panti asuhan, 'kan!" ketus Rima.     

"Rima, please, ini demi kebaikan kalian, kalau tidak siapa yang akan menjaga kalian, karna kalian ini sekarang dalam bahaya," ujar Surya.     

"Iya, Ma, tidak apa-apa, sampai Raisa, sembuh, dan setelah itu, kita tidak memerlukan mereka lagi," ujar Raisa.     

"Tapi, Rai, Mama itu merasa tidak nyaman, Rai!"     

"Please Mama, gak apa-apa, untuk sementara waktu saja, kok, Ma," sahut Raisa.     

"Iya, Rima, hanya untuk sementara waktu. Saya sangat menghawatirkan kalaian berdua, sekarang hanya kalianlah yang saya punya, jadi tolong, turuti apa permintaan saya ini," ucap Surya memohon.     

Sedangkan Rima hanya terdiam, dan melirik ke arah Surya sesaat dengan tatapan yang sangat sinis.     

"Atau kalau tidak, kalian tinggal di rumah ku lagi!" ujar Surya penuh antusias.     

Raisa tampak hendak membuka mulutnya, dan akan menyahuti tawaran sang ayah, tapi Rima malah sudah menyerobot ucapan Raisa terlebih dahulu.     

"Tapi saya tidak mau!" ketus Rima.     

Dan seketika Raisa langsung terdiam, mendengar ucapan Rima yang sudah seperti tembok permanen dan tidak bisa di ganggu gugat lagi.     

"Iya, tidak apa-apa, Rima, kalau kamu tidak mau tinggal di rumahku sekarang, mungkin sekarang belum saatnya, tapi aku yakin, suatu saat nanti kamu akan mau tinggal di sana lagi, karna rumah itu memanglah milik kalian, berdua," ujar Surya.     

"Cih, percaya diri sekali!" celetuk Rima.     

"Mama, jangan kayak gitu dong, Ma, gak boleh kasar begitu, kasihan, Papa," bisik Raisa.     

Dan hal itu malah membuat Rima semakin kesal dan lebih mengencangkan lagi suaranya.     

"Terus kamu gak kasihan sama, Mama, yang selalu di sakiti sama, Papa, kamu?!" tanya Rima dengan ketus.     

Dan Raisa hanya bisa menghela nafas panjang sambil mengelus dada.     

Dia tidak mau salah bicara dan malah membuat sang ibu akan marah lagi.     

Sementara Surya juga tampak terdiam, dan terus berusaha untuk sabar.     

Merebut hati Rima kembali itu memang sangatlah sulit.     

Setelah sampai di rumah, Surya kembali sibuk membantu Raisa turun dari dalam mobil, dan di lanjutkan dengan membantu Rima, meskipun Rima, masih tampai cemberut dan kesal kepadanya.     

Namun untuk membawa koper dan juga barang-barang lainnya sudah ada yang membantunya.     

karna para suster dan bodyguard suruhannya sudah berada di rumah Rima.     

Setelah itu mereka masuk ke dalam Rumah, dan tak lama Aldo, beserta teman-teman satu kelasnya datang untuk menjenguk Raisa.     

Tok tok tok!     

Terdengat ketukan pintu dari luar, dan salah satu perawat membukakan pintu rumah itu.     

"Silahkan masuk," ucap perawat itu.     

"Terima kasih, Suster," ujar Aldo.     

Dan mereka semua pun masuk ke dalam rumah, ada sekitar 15 orang dari teman sekelas Aldo, karna memang mereka tidak datang semuanya. Beberapa dari mereka sedang ada keperluan.     

"Wah, pas sekali ya, Bu Raisa, sudah pulang dari rumah sakit," ujar Aldo.     

Dan Raisa pun tersenyum, sambil menyapa para anak didiknya itu.     

"Terima kasih ya, kalian semua sudah datang," ujar Raisa.     

Dan seketika para murid-muridnya itu pun mulai melontarkan banyak sekali pertanyaan, untuk mengobati rasa penasaran sekaligus kekhawatiran mereka semua.     

"Bu Raisa, gimana ke adaannya?"     

"Iya, Bu! Apa, Bu Raisa, baik-baik saja?!"     

"Dan bagimana itu bisa terjadi?"     

"Ah, aku benar-benar tidak percaya kenapa, Bu Rasty dan Ayumi bisa setega itu kepada, Bu Raisa, yang baik hati ini,"     

"Iya, benar, dan nampaknya Ayumi si Ratu Drama itu, sudah mendapatkan karmanya!"     

"Benar sekali, dia mungkin memang pantas mendapatkan semua itu!"     

"Ssttt ... sudah-sudah! Kalian jangan berpikiran yang macam-nacam, Bu Raisa sedang cape, jadi biarkan beliau istirahat dulu," sergah Aldo, untuk menghentikan pertanyaan dari teman-temannya kepada Raisa.     

"CIEEE!" teriak kompak para teman-teman Aldo tak terkeculai dengan Nino dan juga Derry.     

"Cie, murid idaman, memang selalu mengerti perasaan sang Kepala Sekolah Pujaannya," bisik Nino meledek Aldo.     

"Ih, apaan sih, Nino," ujar Aldo.     

Sedangkan Surya dan juga Rima hanya bisa menggelengkan kepalanya.     

Surya sendiri tampak heran kenapa seluruh teman-teman Aldo seolah mendukung hubungan Aldo dengan Raisa.     

Mereka itu tidak telerlalu cocok menurut Suyra, karna usia Raisa dan Aldo yang terpaut cukup jauh.     

Namun apalah daya kalau memang pada suatu saat nanti mereka berjodoh, Surya tidak bisa berbuat apa-apa, dan yang terpenting, saat ini dia sudah mengenal Aldo, dan Aldo adalah pria yang cukup baik dan terlihat sangat dewasa serta bertanggung jawab.     

Sedangkan Rima, menski menggelengkan kepala, tapi wanita itu tampak tersenyum bahglagia.     

Karna memang selama ini dia sangat mendukung hubungan Raisa dengan Aldo.     

Menurutnya mereka sangatlah cocok.     

Aldo adalah calon menantu idaman baginya, meski usianya jauh si bawah Raisa.     

Dan sekarang bahkan seluruh teman-teman Aldo juga nampaknya sangat mendukung hubungan Aldo dengan Raisa.     

"Kalian jangan pulang dulu ya, biar saya pesankan makanan cepat saji dari restoran yang terkenal enak di daerah sini," ujar Surya.     

Dan mereka semua pun tampak sangat antusias, mereka sangat senang mendengar akan di pesankan makanan oleh seorang Surya Sucipto, pemilik dari sekolah mereka itu.     

"Yes! Asyik!" teriak kompak para Siswa-siswi itu.     

Dan suasana kediaman Rima hari itu terlihat sangat ramai, alih-alih merasa tergangu dengan keributan para remaja itu, tapi mereka semua malah tampak bahagia.     

Terutama Raisa, dia memang sudah sangat rindu dengan apra murid-murudnya itu.     

Sebelum menjadi kepala sekolah, hubungan Raisa dan para murid-muridnya itu memang sangat kompak, bahkan kalau boleh mamilih, Raisa malah lebih nyaman menjadi seorang wali kelas, ketimbang menjadi seorang kepala sekolah, tapi karna memang ini adalah kemauan dari sang ayah maka dia harus profesional.     

Dan selama liburan setelah semester membuat Raisa dan para muridnya itu tidak bisa bertemu, lalu di tambah lagi dia malah di culik dan berakhir di rumah sakit, tentu waktu yang lumayan lama bagi Raisa untuk tidak bertemu dengan para murid tercintanya itu.     

"Bu Raisa, cepat sembuh ya, kita sudah mulai masuk sekolah, tapi di sana tidak ada, Bu Raisa, kami merasa sangat kesepian," ujar seorang murid perempuan, salah satu teman sekelas Aldo.     

"Iya, Bu, benar, kami sangat rindu dengan, Bu Raisa," ujar Derry.     

"Iya, apa lagi, Aldo, iya kan, Do," Nino melirik Aldo dengan wajah meledek.     

"Kamu udah bosan hidup ya?" ancam Aldo dengan nada berbisik di telinga Nino.     

Sedangkan Raisa malah tersenyum melihat tingkah Nino dan Aldo.     

Selalu saja, mereka bertengkar karna meledek Aldo yang menyukai dirinya.     

Dan tak lama pesanan makanan dari Surya pun datang, dan mereka semua tampak sangatlah antusias.     

"Yey! Makanan datang!" teriak Derry, mengomando para teman-tenannya.     

Surya merasa tidak salah memilih Raisa sebagia kepala sekolah di Pratama Jaya High School.     

Karna meski usianya masih sangat muda, dan belum lulus S2, tapi Raisa mampu menjalanni perannannya dengan baik.     

Dan bahkan dia menjadi sosok kepala sekolah yang sangat di idolakan dan di cintai oleh para, murid-muridnya.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.