Bullying And Bloody Letters

Teror Larasati



Teror Larasati

0Ckit ...!     
0

Seketika Seruni langsung kaget karna mobilnya di rem mendadak oleh sang Sopir. Bahkan karna berteman mendadak itu membuat Seruni hampir saja kepalanya terbentur kursi mobil.     

Dan tentu saja hal itu membuat Seruni menjadi bertambah murka.     

      

"Hay! Orang Bodoh! maksud mu apa mengerem dadakan begitu?!" tanya Seruni dengan nada tinggi dan mata melotot tajam.     

Lalu sopir itu pun menengok kearah Seruni. Dia menatap Seruni dengan tatapan yang marah pula.     

"Kenapa kamu menatap ku dengan ekspresi seperti itu!" kamu sudah bosan bekerja ya?!" ancam Seruni lagi.     

Dan Sopir itu langsung keluar dari dalam mobil tanpa sepatah kata.     

Dia pergi meninggalkan Seruni sendirian.     

"Hey! kamu mau kemana!?!" tanya Seruni dengan berteriak.     

Tapi sopir itu pun tak menyahutinya.     

Lalu karna     

 merasa sangat kesal Seruni mengejarnya. Dan dia meraih tangan sopir itu dengan kasar.     

"Hey! kamu mau kemana?! kenapa tidak menjawabku! aku ini bosmu! kamu benar-benar tidak sopan!"     

      

Seketika sopir itu pun menoleh kearah Seruni lalu dia membentak Seruni dengan kasar.     

"Diam!"     

Seruni langsung terdiam dengan wajah yang terlihat sangat kesal dan tak percaya. Karna selama ini sopirnya itu selalu nurut dan takut kepadanya, jangankan membentak, menjawab ucapannya pun tak berani.     

      

"Heh, berani kamu ya?!" ancam Seruni.     

      

"Kenapa?! kalau saya berani, dan mulai saat ini saya akan mengundurkan diri menjadi sopir Nyonya  karna saya sudah bosan dengan ocehan Nyonya Seruni dan juga kesombongan Anda!" tukas Sopir itu.     

      

"Hah! apa?! kamu mau keluar?!" Seruni seolah tak percaya, "tidak salah dengar aku ini?!"     

      

"Iya, Nyonya! Anda tidak salah dengar dan saya benar-benar akan keluar di mulai dari hari ini. Jadi silakan pulang dengan menyetir sendiri! karna saya akan mencari majikan yang lebih manusiawi di bandingkan Anda!" cantas Sopir Seruni sambil berlalu pergi.     

      

Dan Seruni pun langsung mamatung dengan wajah kesalnya. Lagi-lagi dia mendapat kejadian yang menyebalkan hari ini.     

Dan Seruni pun langsung berjalan cepat menuju mobilnya lagi sambil terus menggerutu mengungkapkan kekesalannya.     

      

"Ada apa dengan hari ini! kenapa sial sekali!"     

Jeglek!     

Dia masuk ke dalam mobilnya dan melajukan mobilnya sangat kencang.     

Dalam keadaan yang sangat kacau dia merasa sulit berkonsentrasi.     

Berkali-kali Seruni hampir menabrak mobil dan para pejalan kaki. Namun untungnya dia masih berhasil menghindar.     

Dan karna hal itu suasana hati Seruni bertambah runyam.     

Hingga tiba-tiba dia melihat bayangan Larasati yang tersenyum menyeringai di kaca spion mobilnya.     

Seketika konsentrasinya langsung buyar, dan tepat di depannya dia kembali melihat seseorang sedang menyeberang jalan lagi, Seruni langsung banting setir dan mobil pun langsung tergelincir menabrak tiang listrik.     

Seketika kepala Seruni terbentur oleh setir mobil dan dia pun tak sadarkan diri.     

Dari bagian depan mobil Seruni perlahan mulai mengeluarkan asap, sementara Seruni masih terjebak di dalamnya.     

Untungnya orang-orang segera datang dan menyelamatkannya dari dalam mobil.     

Tak lama setelah tubuh Seruni di keluarkan mobil pun meledak.     

Mobilnya hancur tapi untungnya Seruni masih dapat di selamatkan. Seruni langsung di larikan ke rumah sakit guna mendapat perawatan intensif.     

      

Tak terasa dua jam pun berlalu, dan Seruni belum sadar juga.     

Seruni hanya di jaga oleh sang adik yang bernama Tirani, karna anak dan suaminya masih berada di luar negeri.     

"Duh, Kak Seruni, ayo cepat bangun dong, aku khawatir dengan  keadaan Kaka" tukas Tirani, sambil mengusap-usap kening sang Kaka. Dan di saat itu Seruni malah mengigau.     

Tiba-tiba tubuhnya berkeringat dingin dan dia berteriak-tarik ketakutan dalam keadaan mata terpejam.     

"Tolong! jangan kejar aku! biarkan aku hidup!" teriak Seruni.     

Dan Tirani pun juga turut ketakutan, "Kak Seruni, sadar Kak! sadar!" tukas sang Adik yang mencoba membangunkannya.     

Tapi Seruni tidak juga terbangun dan dia masih terus mengigau, dalam mimpinya dia sedang di kejar-kejar oleh Larasati.     

Larasati dengan wajah dan tubuh berdarah-darah tengah mengejarnya dengan membawa sebilah pisau.     

"Seruni! jangan lari! aku sini!" teriak Larasati dalam mimpinya.     

Dan Seruni terus berlari kencang sampai dia tidak kuat lagi hingga pada akhirnya dia berhenti dan terjatuh. Kakinya tak bisa bergerak, dan perlahan seluruh tubuhnya menjadi lumpuh total bahkan suaranya juga mengilang  dan kini Larasati semakin mendekat kearahnya dengan pisau yang sudah siap mendarat di bagian tubuhnya, entah di mana itu yang jelas Larasati sudah pasti akan membunuhnya saat itu juga.     

Dan seketika Seruni langsung berteriak sekencang-kencangnya, hingga suaranya yang hilang kini kembali lagi.     

Dan saat itu juga Seruni terbangun dari pingsannya.     

"TIDAK!" teriaknya sambil membuka mata dan langsung terduduk.     

"Kak Seruni, apa Kaka baik-baik saja?" tanya Tirani dengan panik.     

Dan Seruni pun menganggukkan kepalanya demgan wajah yang masih terlihat sangat panik dan ketakutan.     

"Astaga, Kaka ini sedang mimpi apa sih?" tanya Tirani sambil merapikan rambut Kakanya.     

"Lihat! diruang ber AC begini tapi Kaka bisa berkeringat seperti ini."     

Dan seketika Seruni memeluk sang Adik.     

"Tirani, aku sangat takut Tirani," keluh Seruni.     

"Takut? takut apa sih Kak?" tanya Tirani yang merasa keheranan.     

"Aku takut sekali dia datang dan akan membunuhku! dia terus menerorku!" ucap Seruni dengan tubuh yang masih gemetar.     

"Dia siapa, Kak?" Tirani masih saja kebingungan, "mungkin Kaka ini sedang berhalusinasi akibat benturan tadi ya?" tanya Tirani dengan polosnya.     

"Tidak, Tirani. Tidak! aku tidak berhalusinasi, tapi aku bicara sungguhan.  Dia dendam kepadaku hik ...."     

Dan Tirani pun mengeratkan pelukannya, dia merasa sangat kasihan denagn sang Kaka yang bersikap aneh itu. Dia berpikir ini efek dari kecelakaan, karna dokter tadi bilang jika yang membuat pingsan karna benturan di kepalanya Seruni.     

Jadi Tirani pikir sikap aneh Seruni yang tengah ketakutan itu adalah efek dari kecelakaannya.     

"Kaka tenang ya, jangan takut. Nanti biar aku carikan dokter psycolog biar kakak menjadi tenang," tukas Tirani.     

Seketika Seruni langsung melepas pelukan adiknya, dan dia langsung marah kepada Tirani yang menganggapnya sedang stres.     

"Hey! aku ini bicara sungguhan. Dan akun ini sadar, waras! bahkan aku ini tidak sedang stres, depresi apalagi gila! jadi kamu tidak perlu membawaku ke dokter psycolog!" oceh Seruni kepada Tirani.     

      

"Tapi, Kak. Kaka sejak tadi berhalusinasi, pasti ada yang tidak beres dengan Kakak!".     

      

" Iya Tirani! aku memang sedang tidak beres! bagaimana aku bisa tenang kalau ada yang menerorku dan sekarang nyawaku sedang terancam?" bentak Seruni.     

Dan Tirani pun hanya menggelengkan kepalanya, karna dia masih juga berpikir kalau kakaknya sedang ada masalah dengan kepalanya.     

"Sudah, Kak Seruni, jangan takut itu hanya perasaan, Kaka!"     

"Apa kata mu?! kamu masih berlikir aku hanya berhalusianasi ya?!"     

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.