Bullying And Bloody Letters

Niat Buruk Brian



Niat Buruk Brian

0Tak terasa satu minggu pun berlalu, kini Brian sudah mulai berangkat sekolah lagi.     
0

Begitu pula dengan Holly.     

Mereka berdua tampak berangkat ke sekolah bersama-sama dan terlihat sangat akrab. Rupanya liburan mereka saat di skors telah mereka habiskan berdua-duaan saja. Dan saat ini dua sejoli itu resmi berpacaran.     

Meski begitu dalam otak Brian masih ada Larisa, dia masih memikirkan Larisa bukan karna perasaan cinta, tapi perasaan nafsu kepadanya, dan di tambah rasa penasaran karna Larisa tipe gadis yang tidak mudah di taklukkan.     

Lain halnya dengan gadis-gadis lain yang sangat mudah di taklukan dan bertekuk lutut kepadanya hanya dengan sedikit rayuan atau bahkan uang.     

"Brian!" panggil Holly.     

"Ya, Holly, ada apa?" jawab Brian.     

"Aku lihat sejak tadi kamu terus melamun memangnya kamu sedang memikirkan apa?" tanya Holly lagi.     

"Ah, enggak kok. Aku lagi memikirkan waktu seminggu ini yang kita habiskan berdua. Dan itu sangatlah berkesan, tidak bisa terlupakan," jawab Brian.     

      

"Waw, benarkah?!" Holly tampak sangat girang apalagi Holly memang sangat tergila-gila dengan Brian.     

      

"Tentu saja, Holly. Kalau begitu ayo kita masuk kedalam kelas!" ajak Brian sambil menggandeng tangan Holly.     

Dan saat hendak pergi ke kelas dia berpapasan dengan Larisa yang sedang bergandengan tangan bersama Alex.     

Dan saat itu wajah Larisa tampak sangat berseri-seri karna dia memang sedang merasa bahagia baru saja resmi berpacaran dengan Alex.     

Dan wajah Larisa yang sangat bahagia dengan senyuman yang merekah di setiap langkahnya, membuat aura kecantikan Larisa semakin bertambah.     

Dan saat itu Brian sampai tidak berkedip melihatnya.     

Dia membayangkan Larisa yang liar dalam imajinasinya. Dia memang selalu berimajinasi hal bejatnya dengan gadis incarannya, dan dia akan terus berusaha mendapatkannya agar terobati rasa penasarannya.     

"Brian!" panggil Holly.     

"Eh, iya! ada apa, Holly?"     

"Sejak tadi kamu selalu memandangi wajah gadis itu? kamu suka ya?"     

"Oh no! serious, aku hanya suka sama kamu!" tegas Brian.     

Tapi pandangan Brian masih tertuju kepada Larisa.     

"Brian," panggil Holly lagi dengan suara  pelan, tapi pandangan Brian masih terarah kepada Larisa.     

Dan Holly pun menjadi geram, akhirnya dia menarik paksa wajah Brian agar berpaling dari Larisa dan langsung menatapnya.     

"Hello! Im here!" teriak Holly.     

"What's wrong!" teriak Brian, "kenapa kamu kasar kepadaku?" tukas Brian yang kesal.     

"Hello Brian! sejak tadi aku di sini dan terus mengajak kamu bicara, tapi kamu malah memandangi gadis kampungan itu!" oceh Holly.     

Dan Brian pun langsung menutup mulut Holly dengan satu jarinya dengan lembut.     

"Sst ... sudah jangan berpikiran yang tidak-tidak. Sekarang aku kan milikmu," rayu Brian kepada Holly, agar Holly tidak marah kepadanya.     

Lalu Holly pun tersenyum kepada Brian. Seolah-olah dia percaya dengan apa kata Brian, padahal sesungguhnya dia tidak memercayainya. Namun Holly tidak mau bertengkar dengan Brian di saat hubungannya masih hangat-hangatnya dengan Brian.     

      

Holly sendiri sejujurnya juga tahu jika Brian adalah seorang playboy yang suka mempermainkan gadis. Bahkan kisah perjalanan cinta Brian sejak masih di Jerman pun dia tahu, karna dia sudah menyelidiki banyak hal tentang Brian.     

Tapi meskipun begitu, Holly tidak peduli, karna dia bukan gadis biasa, Holly adalah gadis yang selalu mendapatkan apa yang dia mau, dan dia akan melakukan apa pun untuk orang yang dia suka yaitu Brian.     

Meski Brian yang terlihat tertarik kepada Larisa, tapi Larisa lah yang salah di matanya. Dan tentu saja dia ingin membuat perhitungan kepada Larisa.     

Sambil melihat langkah kaki Larisa dari belakang, dia sudah mulai menyusun rencana.     

'Lihat saja, aku tidak akan membiarkanmu ada dalam pikiran  Brian lagi,' batin Holly.     

      

      

***     

      

Setelah jam istirahat tiba Holly mulai mencari tahu tentang Larisa. Dia yang belum lama ada di sekolah ini tentu belum sempat melihat penampilan Larisa sebelum berubah menjadi cantik seperti sekarang.     

Dia mendapatkan foto Larisa yang masih terlihat culun dan berkaca mata serta lusuh, dari salah satu temannya.     

"Seriously! ini Larisa?!" tanya Holly kepada temannya yang masih tak percaya.     

"Iya, Holly, itu Larisa anak kelas 11 A." Jawab temannya.     

"Oh my God! Her face really ugly!" tukas Holly.     

Dan setelah mengetahui tentang Larisa, Holly pun juga mulai berencana mencelakainya.     

Lalu saat Holly tengah asyik mengobrol Brian pun menghampirinya.     

"Hey, Baby! kamu lagi apa di sini?" tanya Brian.     

"Aku sedang menunggumu dong, Brian!" jawab Holly.     

Lalu saat itu Brian kembali melihat Larisa yang sedang berjalan sendirian, menuju perpustakaan. Tentu suatu hal yang di tunggu-tunggu oleh Brian, dimana Larisa sedang tidak ada penjaganya yaitu Alex.     

"Holly, aku tinggal dulu ya, soalnya aku ada sedikit perlu dengan teman," ucap Brian.     

"Hey, tapi—" Holly tampak keberatan.     

Namun Brian tak peduli dan dia tetap pergi meninggalkan Holly, untuk mengikuti Larisa di belakangnya.     

Saat Larisa mulai memasuki perpustakaan sendirian, Brian langsung menepuk pundaknya di belakang.     

"Hey!" tukas Brian.     

"Hah! ngapain kamu disini!" teriak Larisa.     

Dengan gaya selengean Brian berkata, "Aku ingin menemui mu tentunya, mau apa lagi?" ucap Brian.     

"Tolong jangan ganggu saya, kalau kamu tidak mau mendapatkan maslah seperti waktu itu!" ancam Larisa, tapi dengan wajah yang menunduk dan tak berani menatap wajah Brian.     

"Hah! kalau soal waktu itu, ku pikir sedang ada iblis yang menyasar dan masuk kedalam tubuhmu. Tapi kalau sekarang, aku jamin, tidak akan lagi terjadi hal seperti itu," tukas Brian.     

"Kamu ngomong apa?!" Larisa langsung pergi, namun Brian menarik tangannya.     

"Larisa, kamu tahu tidak kalau wajahmu itu selalu terbayang-bayang dalam pikiranku, jadi aku pikir aku harus mendapatkanmu, paling tidak kita lanjutkan yang waktu itu ya," bisik Brian di telinga Larisa.     

Dan Larisa langsung mendorong tubuh Brian, namun sayangnya dorongannya tidak berarti apa-apa, karna tubuh Brian lebih besar dan kuat di banding tubuh Larisa yang kecil dan kurus.     

      

"Haha, sekarang sudah mulai sepi, dua menit lagi jam masuk terakhir. Jadi kita akan di sini berdua saja." Tutur Brian dengan senyum tipis dan pandangan nakalnya.     

Larisa pun merasa ketakutan, dia berusaha berontak, agar bisa pergi dari Brian, tapi Brian mencegahnya, dia mendekap tubuh Larisa dan membungkamnya. Hingga seluruh orang dalam perpustakaan itu pergi ke kelas masing-masing.     

"Aku tidak peduli, ini di mana, dan aku kan melakukannya di sini," ancam Brian.     

      

"Tolong Brian lepaskan aku, apa salahku kepadamu? " ucap Larisa.     

      

"Salahmu terlalu jual mahal kepadaku," tukas Brian sambil menyeringai.     

      

Larisa terus memberontak tapi Brian terus mendekap tubuh Larisa dengan kuat, hingga Larisa hampir tak bisa bergerak sama sekali.     

Larisa merasa sangat ketakutan jika dia akan memiliki pengalaman buruk seperti yang di alami oleh Larasati dan Anton.     

      

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.