Bullying And Bloody Letters

Korban si Playboy Brian



Korban si Playboy Brian

0"Tolong Brian, lepaskan saya!" pinta Larisa.     
0

Namun Brian menanggapinya dan dia langsung meraih  bibir Larisa hendak menciumnya.     

Namun belum sampai menciumnya Holly pun datang menghampiri mereka berdua.     

"Brian!" teriak Holly.     

"Holly! ngapain kamu di sini?" tanya Brian yang kesal.     

"Loh, kok kamu jadi marah begitu sih?" tanya Holly.     

Dan Brian pun terdiam sesaat, dengan gigi yang saling beradu karna menahan geram.     

'Sialan gadis gatel ini sudah mengganggu ku saja!' batin Brian.     

      

Lalu Holly menghampiri Larisa sambil memegang dagu Larisa.     

"Wah, sungguh di luar dugaan ya?" ucap Holly yang masih memegang dagu Larisa, "wajah yang kusam jerawatan itu sekarang bisa menjadi secantik ini," tukas Holly sambil tersenyum.     

Dan Holly melepaskan dagu Larisa, kemudian dia menghampiri Brian.     

"Apa matamu itu buta ya?" tanya Holly menatap Brian dengan tajam, "gadis yang berada jauh di levelku, bisa kamu sukai?"     

Brian bergantian menatap Holly dengan tajam dan kesal.     

"Diam kamu Holly!" teriak Brian     

"Apa?! Kamu sampai membentakku?!" Holly meraih wajah Brian dan mengelusnya sesaat.     

"Aku ini pacarmu, Brian! dan aku lebih cantik dan seksi dibandingkan dia! lalu apa yang kamu cari dari gadis kampungan ini?!" tanya Holly sambil melirik Larisa dengan tatapan melecehkan.     

      

Larisa pun akhirnya pergi meninggalkan Brian sambil menangis. Dia sangat bersyukur dengan kedatangan Holly.     

Walau dia di hina habis-habisan oleh Holly, tapi setidaknya dia bisa terlepas dari Brian.     

Dan kini tinggallah Holly dan Brian saja di ruang itu.     

"Katakan kepadaku, apa kurangnya aku?" tanya Holly, lalu perlahan Holly memeluk tubuh Brian dengan mesra.     

"Aku mau melakukan apa yang kamu mau tanpa pamrih. Padahal di luaran sana banyak pria yang mengejarku, tapi aku memilihmu, walaupun aku tahu kamu itu playboy dan memiliki kelainan," tutur Holly.     

Dan Brian pun langsung melepas paksa pelukan Holly.     

"Sudahlah Holly, kita ini hanya main-main saja, aku butuh kamu dan aku butuh kamu, hanya itu saja!" tegas Brian.     

"What?! hanya itu saja kamu bilang!" ucap Holly.     

      

Plak!     

Tamparan Holly pun mendarat ke wajah Brian.     

"Shit! kenapa malah menamparku?!" bentak Brian.     

"Apa?!" Holly melotot melihat Brian, "bukan hanya menamparmu, membunuhmu saja aku mampu!" ancam Holly.     

"Hay! Holly! kamu itu jangan gila ya? kenapa kamu terlalu menganggap hubungan kita ini serius, kamu pikir aku tidak tahu siapa kamu, kamu di sekolah lama mu dulu di keluarkan gara-gara apa?!"     

"Apa?!" tantang Holly.     

"Kamu itu di sana hanya sebagai piala bergilir. Dan kamu juga sudah mencoreng nama sekolah mu karna vidio mesum yang  beredar itu, 'kan?!" tegas Brian.     

"Di—"     

"Diam! aku belum selesai bicara, Holly!" Brian pun melanjutkan ucapannya, "dan kamu itu tak lebih hanya seorang gadis bule yang sudah kecanduan sex! jadi kamu dan aku itu sama-sama bejat! Jadi jangan terlalu m menganggap serius hubungan ini ya!" tukas Brian dengan nada meledek.     

Tapi Holly tak terima dengan  ucapan Brian.     

"Dengar ya, Brian! kamu itu salah besar. Yah dulu aku memang piala bergilir, tapi sekarang tidak. Aku hanya ingin mencintai satu pria, yaitu kamu!" tegas Holly.     

"Ah! bullshit!" umpat Brian sambil tertawa tipis. Lalu Brian pun pergi meninggalkan Holly.     

Dan Holly langsung menarik tangan Brian.     

"Kita ini sama-sama brengsek! jadi aku pikir kita ini sangatlah cocok menjadi couple!"     

      

"Yah! couple dalam mengisi kekosongan,  selain itu aku tidak bisa!" tegas Brian sambil melepas tangan Holly.     

Tapi Holly tak menyerah, dia kembali menarik tangan Brian.     

"Tapi aku ini sungguh-sungguh mencintaimu, Brian! sebelumnya aku tidak pernah menyukai seseorang hingga sedalam ini ...." tutur Holly dengan suara memelas.     

Tapi Brian tak peduli dia kembali menepis tangan Holly.     

"Sekali lagi aku tegaskan, kalau aku hanya bermain-main denganmu. Hubungan kita ini hannyalah simbiosis mutualisme, dan aku sebagai playboy sejati jiwa ku tetap akan memburu, bukan di buru!" tegas Brian.     

Holly sangat kesal mendengar ucapan Brian, akhirnya dia menyerah tak mengejar Brian lagi. Meski begitu, bukan berarti dia akan melepaskan Brian begitu saja.     

Dia masih tetap berharap Brian akan menjadi miliknya apa pun yang terjadi.     

Dan rasa bencinya terhadap Larisa semakin meningkat.     

"Aku tidak akan membiarkan dia hidup lama-lama di dunia ini!" ucap Holly dengan wajah melotot.     

***     

      

Esok harinya, Alex dan Larisa masuk ke kelas bersama-sama seperti biasa. Dan lagi-lagi mereka lewat tepat di hadapan Brian.     

Larisa langsung menundukkan kepalanya karna takut, sementara Alex tampak menatap Brian dengan tatapan sinis yang mengancam.     

Padahal kemarin Larisa tak bercerita kepada Alex, tentang apa yang sudah dilakukan oleh Brian.     

Tapi rupanya meski tak tahu, Alex masih sangat membenci Brian, karna ulahnya saat itu.     

Larisa terpaksa merahasiakannya, karna dia tidak mau membuat Alex kawatir tidak berbuat nekat kepada Brian.     

      

"Larisa, kenapa si Bajingan itu menatapmu seperti itu? apa dia sudah menyakitimu lagi saat aku tak bersama mu kemarin?" tanya Alex.     

Dan Larisa menggelengkan kepalanya, "Ti-tidak kok," tukasnya.     

"Jangan sungkan memberitahuku jika dia berbuat jahat kepadamu!"     

"Iya, Alex." Jawab Larisa.     

Nanti pulang sekolah aku ada latihan. Jadi kamu harus hati-hati ya pulangnya!" pesan Alex.     

"Iya, Lex. Aku berjanji, nanti aku akan langsung ke lapak Ibu tanpa harus pergi ke rumah dulu, agar tidak melewati gang sempit yang sepi sendirian," tutur Larisa.     

"Pintar!" ucap Alex sambil memegang kepala Larisa gemas.     

"Alex, rambutku jadi rusak tahu," keluh Larisa.     

"Wah, sekarang sangat peduli penampilan ya?" ledek Alex.     

"Yah, kan demi kamu juga!"     

"Hah, demi aku?"     

"Iya, biar aku tampil cantik. Kan kalau aku cantik kamu tidak akan berpaling dari ku hehe,"     

"Ah, bisa saja, Pacarku ini. Padahal aku ini mencintaimu apa adanya lo!"     

"Ah, gombal,"     

"Serius!"     

"Ah, sudah ah, ayo masuk ke kelas saja!"     

      

Dan Holly juga turut memandangi Brian yang terus melihat Larisa, meski Larisa sudah berjalan menjauh.     

"Lagi-lagi, karna gadis itu," gerutu Holly.     

***     

      

Setelah pulang sekolah, Holly melihat Larisa yang pulang dengan mengendarai taksi saat itu Holly langsung berlari menghampiri Larisa.     

"Larisa!" teriak Holly.     

Dan Larisa pun menengok, melihat yang memanggilnya adalah Holly, Larisa pun langsung memasuki mobilnya, karna dia takut Holly akan mengganggunya.     

"Hey! tunggu!" teriak Holly lagi.     

"Jalan, Pak!" tukas Larisa kepada sopir taksi.     

"Stop!" teriak Holly.     

Dan sopir itu pun mengurungkan niatnya untuk tancap gasnya.     

"Tunggu, Larisa. Ada sesuatu yang ingin ku bicarakan!" ucap Holly     

Tapi tak sepatah kata pun yang di ucapkan oleh Larisa.     

"What! kenapa kamu kelihatan takut begitu?" tanya Holly, "aku hanya ingin berbicara kepadamu tentang Brian. Karna aku adalah Korban dari si Playboy Brian." Tutur Holly.     

Dan Larisa sedikit luluh mendengar ucapan Holly, karna dia pikir Holly benar-benar telah menjadi korban Brian dam ingin curhat kepadanya. Tak peduli walau sebelumnya dia sudah di maki habis-habisan oleh Holly.     

      

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.