Bullying And Bloody Letters

Pertolongan Larasati



Pertolongan Larasati

0"Ayo Bu Tyas, kita harus segera menyelamatkan Holly, sebelum dia mati!" ucap Alex sambil menarik tangan Tyas.     
0

Dan setelah sampai di tempat itu, Tyas, segera memegang pundak Larisa dan berusaha untuk menghentikan niat Larisa.     

"Larisa, hentikan!" teriak Tyas, tapi Larisa tidak mendengar ucapan Tyas.     

Lalu Tyas pun berteriak sekali lagi, "Larasati, hentikan!"     

Dan Larisa yang sedang di rasuki oleh Larasati itu pun langsung Berhenti mencekik Holly dan menoleh kearah Tyas.     

Dan Tyas menggelengkan kepalanya, "Jangan lakukan itu, kasihan Larisa bisa di penjara kalau begitu caranya," tukas Tyas.     

Akhirnya Larisa langsung berdiri meninggalkan Holly yang sedang terkapar di lantai.     

"Holly! kamu tidak apa-apa, 'kan?" tanya Tyas.     

Dan Holly menggelengkan kepalanya lalu dia langsung berlari meninggalkan ruang perpustakaan.     

"Ayo semuanya cepat bubar! kembali ke kelas masing-masing! satu menit lagi masuk jam belajar!" teriak Tyas. Lalu seluruh anak muridnya pun masuk kedalam kelas masing-masing.     

Dan tinggallah  Alex, Tyas dan Larisa saja di dalam perpustakaan itu.     

Seketika Tyas memeluk, Larisa yang masih belum sadar itu.     

Di dalam tubuh Larisa masih ada Larasati yang menguasainya. Hanya saja kondisinya saat ini sudah tenang, dan tidak sebrutal tadi.     

Perlahan Tyas mendekati Larisa dan memegang pundaknya.     

"Aku tahu kamu sangat dendam kepada para penindas, tapi tidak begini caranya. Kamu bisa membuat Larisa masuk penjara," tutur Tyas dengan lembut memberitahu kepada Larasati.     

Lalu Larisa menatap Tyas dengan wajah sendu.     

"Kenapa? apa ada yang ingin kamu katakan?" tanya Tyas kepada Larisa.     

Dan Larisa langsung memeluk Tyas, dan saat itu Larisa menangis tersedu-sedu.     

Begitu banyak hal yang ingin dia sampaikan kepada Tyas. Tentang segala yang terjadi kepadanya.     

"Larasati, aku rindu, aku ingin seperti dulu, aku ingin banyak bercerita kepadamu. Tapi semua sudah berubah, tapi setidaknya berkat dirimu aku bisa menjadi seperti ini, aku sangat berterima kasih kepadamu, Lara," tutur Tyas.     

      

"Tyas," tukas Larisa  dengan  suara sedikit berbisik. Dan dia melihat di samping Tyas masih ada Alex. Alex tidak ikut pergi bersama temannya yang lain, karna dia masih menunggu Larisa yang belum tersadar.     

Dan Larasati seolah tak nyaman mengobrol bersama Tyas karna adanya Alex.     

Dan Tyas pun menyadari akan hal itu. Lalu Tyas menyuruh Alex untuk pergi.     

"Alex, pergilah. Tinggalkan kami berdua saja," ucap Tyas.     

"Tapi, Bu Tyas, bagaimana dengan Larisa?" tanya Alex dengan wajah khawatir.     

"Sudah, tidak usah khawatir, dia akan baik-baik saja bersama ku," tukas Tyas.     

"Ah, begitu ya, ya sudah saya titip Larisa kepada, Bu Tyas ya," ucap Alex.     

"Iya," Tyas mengangguk.     

Dan setelah itu Tyas kembali melanjutkan  pembicaraannya bersama Larasati yang masih dalam tubuh Larisa.     

"Aku ingin bercerita banyak kepadamu, Tyas," tukas Larasati.     

"Iya, katakan! katakan sekarang!" ucap Tyas.     

"Aku, sudah di bunuh." kata Larasati dengan kaku.     

"Aku sudah tahu soal itu, tapi siapa yang sudah tega membunuhmu?" tanya Tyas.     

"Mereka! mereka sudah membunuhku hik! mereka jahat!" kata Larasati sambil menangis.     

"Iya, mereka siapa? katakan. Dan di mana mereka menaruh mayat mu?" tanya Tyas.     

Dan Larasati pun langsung terdiam sambil menangis tersedu-sedu. Seperti anak kecil.     

"Lara, ayo cerita kepadamu, ayo, aku ini kan sahabatmu."     

Larasati menggelengkan kepalanya, dia seolah enggan menceritakannya karna pengalaman itu terlalu tragis baginya,     

"Tidak apa-apa ayo ceritakan, kenapa kamu enggan menceritakannya? aku juga ingin dengar, Lara! ayo katakan!" paksa Tyas.     

Tyas sampai memegang kencang dan menggoyang-goyangkan tubuh Larasati, berharap Larasati mau mengatakannya.     

"Mereka memusnahkanku, aku tidak punya jasad lagi!" tutur Larasati.     

"Apa?!" Tyas tampak syok, "mereka sudah berbuat apa kepadamu?!" Tyas kembali menggerak-gerakkan tubuh Larisa.     

Tapi Larasati hanya menggelengkan kepalanya, sambil menangis. Dan perlahan-lahan dia pun keluar dari tubuh Larisa dan dia pergi.     

Seketika Larisa pun pingsan dan ambruk tepat di pelukan Tyas.     

"Lara! Lara! jangan pergi!" panggil Tyas.     

Dan akhirnya Tyas pun menelpon Alex yang masih berada di dalam kelas.     

Dan Alex segera datang untuk membantu Tyas membawa Larisa ke ruang UKS.     

"Ada apa dengan Larisa, Bu?" tanya Alex panik.     

"Dia pingsan saat Larasati pergi," jawab Tyas.     

"Apa Bu Tyas, sudah mendapatkan informasi tentang di mana jasad Larasati berada?" tanya Alex lagi.     

Tyas menggelengkan kepalanya, "Belum,"     

"Huff!" Alex meletakkan tubuh Larisa ke atas tempat tidur klinik sekolah.     

"Saya pikir, Bu Tyas. Banyak mendapat jawaban dari Larasati.     

Dan Tyas menggelengkan kepalanya lagi, "Dia hanya berkata, jika mereka sudah melenyapkan tubuhnya. Itu artinya, kita sudah tidak bisa menemukan Jasad Larasati," tutur Tyas.     

"Apa?! lalu apalagi selanjutnya?" tanya Alex.     

"Dia tidak cerita lagi, dia keluar dari dalam tubuh Larisa," jawab Tyas.     

"Tapi kenapa?"     

"Saya pikir ini adalah cerita yang benar-benar menyedihkan, sehingga membuat dia enggan menceritakannya."     

"Tapi Bu Tyas, semenyedihkan apa pun itu, seharusnya dia tetap harus menceritakan segalanya, agar semua bisa terbongkar dan dia bisa tenang,"     

"Entalah, Alex, seperti Lara tidak mau menceritakannya, karna dia memiliki alasan lain," ucap Tyas.     

"Ah yasudah, Bu. Mungkin suatu saat nanti, kita akan mendapat jawabnya,"     

"Yah, semoga saja,"     

      

Dan perlahan Larisa pun membuka matanya, Larisa mulai tersadar.     

"Ah, aku di mana ini?" ucapnya.     

"Kamu di klinik sekolahan," jawab Alex.     

"Hah! apa yang sudah terjadi?" tanya Larisa.     

"Kamu tadi kerasukan, dan kamu pingsan lalu kami membawamu kemari, apa kamu tidak ingat?" tanya Tyas.     

Dan Larisa pun langsung teringat saat dia dan Holly berada di dalam perpustakaan tadi.     

"Holly?" ucap Larisa, yang khawatir dengan apa yang sudah dia lakukan terhadap Holly, "apa dia baik-baik saja?" tanya Larisa.     

"Holly baik-baik saja," jawab Tyas.     

"Hufft ... syukurlah, aku takut jika terjadi apa-apa dengannya,"     

"Astaga, Larisa! kamu itu masih saja memikirkan kondisi perempuan sejahat itu!" tukas Alex sambil menggelengkan kepalanya.     

"Tapi, bagaimana pun  juga, aku tidak mau terjadi apa-apa terhadapnya, apa lagi itu karna ulahku," tutur Larisa.     

"Iya Ibu tahu, karna kalau dia sampai terluka karenamu, pasti kamu akan dapat masalah," tukas Tyas.     

"Maka dari itu, Bu Tyas. Aku sangat kesal kepada Larasati, dia selalu hadir dan merasukiku. Bagaimana kalau aku tertangkap polisi gara-gara mencelakai seseorang karena ulahnya?"     

"Sudahlah, Larisa. Aku yakin Niat Lara, hanya ingin menolongmu. Karna dia tidak mau ada seorang gadis tidak bersalah tapi selalu tertindas seperti dirinya. Ya walaupun terkadang caranya salah,"     

"Iya, Bu Tyas," Larisa menundukkan kepalanya, "sesungguhnya aku juga sangat berterima kasih kepadanya, kalau bukan karna dia mungkin aku tidak bisa berdiri dan berada di sini," tutur Larisa.     

      

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.