Bullying And Bloody Letters

Di Tabrak Mobil Audrey



Di Tabrak Mobil Audrey

0Tyas merasa sangat ketakutan karna kejadian yang tadi.     
0

Dia masih memikirkan tingkah aneh, Anton.     

Apalagi tadi Security sekolahnya juga menceritakan kejadian keanehan sebelum Brian datang. Bahkan Security itu juga menceritakan kepada Tyas bahwa Anton mengalami tuli mendadak.     

      

"Apa jangan-jangan, Larasati yang sudah membuatnya seperti itu?" ucap Tyas.     

      

Tok tok tok ...!     

"Iya, silahkan masuk," ucap Tyas.     

Dan ternyata seseorang yang sudah mengetuk pintu itu adalah Larisa.     

"Eh, Larisa! silakan masuk!" ucap Tyas lagi.     

"Maaf, Bu Tyas. Jadi mengganggu jam makan siang Bu Tyas," ujar Larisa.     

"Ah, tidak apa-apa kok. Lagi pula saya juga ingin banyak cerita denganmu, Larisa,"     

"Saya?"     

"Iya kamu, jadi Anton tadi datang kemari menemuiku, dan kami sempat bersitegang, dia menyerangku,"     

"Apa! menyerang Bu Tyas?!"     

"Iya, tapi belum sempat aku membalas dia malah sudah melepaskan cekikanku dan bertingkah aneh, bahkan setelah itu Anton di bawa ke rumah sakit oleh Brian putranya,"     

"Anton? Brian? maksud Ibu apa?"     

"Jadi Anton adalah pria yang sudah menghamili Larasati, dan ternyata Anton juga adalah orang tua dari Brian.     

"Hah, benar-benar gila ini sih?" Larisa tampak tak percaya, "pantas saja Brian memiliki sifat yang sama bejat seperti Anton dan itu semua karna hubungan mereka anak dan ayah,"     

Tyas mengangguk, "Iya itu benar,"     

      

***     

Di rumah Audrey.     

"Pelan-pelan sayang," kata Seruni sambil membantu Audrey membawa koper.     

"Huh, akhirnya sampai juga di rumah!" ucap Audrey yang merasa sangatlah lega.     

"Ingat, kamu tetap harus berada dirumah dulu, dan jangan pergi-pergi!" pesan Seruni.     

"Kenapa si, Mi? aku kan juga bosan di kurung terus, di sana aku hanya di RS terus dan setelah pulang hanya di perbolehkan berada di dalam apartemen saja. Dan sekarang aku sudah sampai di Indonesia, masih juga harus di kurung dirumah! Audrey, Bosan Mami!"     

"Iya, Mami tahu. Tapi ini semua demi kebaikan kamu Audrey," ucap Seruni.     

"Huh, selalu begitu, kalau begitu aku mau telefon Nana dan Sisi saja!" tukas Audrey yang masih belum tahu jika dua sahabatnya itu masih berada di rumah sakit jiwa.     

Dan mendengar hal itu Seruni langsung menghentikan niat Audrey.     

"Jangan Audrey!'     

" Loh, kenapa? aku kesepian, Mi. Dan kalau ada mereka, setidaknya aku tidak kesepian dan bosan terus di kurung di rumah!"     

Lalu Seruni pun dengan pelan-pelan menceritakan semuanya. Bahwa kedua sahabatnya itu masih berada di RSJ.     

"Tapi kejadian itu sudah lama kan, Mi. Masa iya masih berada di RSJ, lagi pula bukanya hanya Sisi yang ada di sana, yang atinya Nana ada di rumah, 'kan?" tanya Audrey.     

"Iya, benar, waktu itu memang hanya Sisi, tapi beberapa hari kemudian Nana menyusulnya. Ibunya Nana yang menyebalkan itu sudah bercerita kepada Mami,"     

"Apa?! ini benar-benar tidak adil. Kenapa ini semua bisa terjadi kepada kami?!"     

"Sudahlah Audrey, kamu cari saja teman baru. Dan jangan lagi berhubungan dengan mereka. Berteman dengan  dua gadis gangguan jiwa itu hanya bikin malu saja!" tukas Seruni.     

"Tapi, Mi. Mereka itu sahabatku, dan kami sudah berteman sejak kecil lagi pula mencari sahabat seperti mereka itu sangat sulit, Mi."     

"Iya, aku tahu. Tapi masa iya kamu mau berteman dengan orang gila?!"     

"Ah, sial!"     

Akhirnya Audrey pun terpaksa menuruti ucapan sang Ibu.     

Karna dia tidak mau terjadi pertengkaran diantara mereka berdua.     

Tapi berhubung rasa penasarannya malah semakin tinggi, akhirnya dia menunggu sang Ibu lengah dan pergi ke rumah sakit jiwa secara diam-diam.     

Dan saat ini Audrey sudah bersiap-siapa dengan membawa tasnya.     

"Semoga saja Mami gak lihat aku," gumam Audrey sambil mengendap-ngendap.     

Lalu Audrey memasuki mobilnya dan langsung tancap gas berlalu pergi.     

      

Dan beberapa saat kemudian akhirnya dia sampai ke rumah sakit jiwa, tempat di mana sisi dan Nana sedang di rawat.     

Setelah memasuki rumag sakit itu Audrey mulai mencari-cari Nana dan  Sisi.     

Lalu tak lama kemudian dia melihat Sisi sedang duduk sendirian sambil melamun.     

"Ah, itu Sisi!" ucapnya sambil berlari dan segera menghampiri Sisi.     

"Sisi!" Audrey langsung memeluknya.     

"Au-drey ...?" ucap Sisi.     

"Iya, aku Audrey," Audrey melepas sesaat pelukannya sambil tersenyum, "kamu masih ingat aku?" tukas Audrey.     

Dan Sisi pun mengangguk dengan wajah sendunya.     

"Sisi! ayo kita pulang! aku bosan sendirian!" ucap Audrey.     

Dan lagi-lagi Sisi menganggukkan kepalanya.     

"Ayo!" ajak Audrey penuh antusias. Lalu  tiba-tiba Audrey teringat dengan Nana.     

"Eh, di mana Nana?"     

Dan Sisi menunduk tak menjawabnya, karna sesungguhnya kondisi Sisi belum pulih sepenuhnya.     

"Nana! Nana!" teriak Audrey sambil mencari-cari Nana.     

Dan Tak lama Nana juga keluar kamar dan di temani oleh seorang perawat di rumah sakit itu.     

"Nana! itu Nana!" teriak Audrey yang sangat bahagia.     

Dan Audrey langsung menghampiri Nana.     

"Nana, kamu baik-baik saja, 'kan?" tanya Audrey.     

Tapi Nana diam saja dan seolah-olah dia tidak mengenal Audrey.     

"Nana! ini aku Audrey, kamu tidak mengingatku?" tanya Audrey.     

Nana melihat Audrey saat dan dia langsung tertawa lebar.     

"Haha haha haha!"     

Audrey langsung kaget mendengar tertawaan Nana.     

"Nana kamu tertawa?" tukasnya dengan wajah yang heran, "ini bukan seperti Nana yang ku kenal," ucap Audrey.     

Dan Nana malah menjambak rambut Audrey sambil tertawa-tawa kencang.     

"Oh My God! sakit Nana kenapa kamu menjambakku!" teriak Audrey.     

Tapi Nana malah menjambaknya semakin kencang sambil tertawa-tawa dengan suara yang semakin kencang pula.     

"Haha haha haha!"     

"Oh my God! please! lepaskan aku!" teriak Audrey.     

Sisi pun langsung ketakutan dan dia langsung meringkuk di sudut tembok sambil menutup wajahnya. "Pergi! pergi ah!" teriak Sisi dan tak lama perawat pun datang menghampiri mereka bertiga.     

Dan mereka memegangi Nana dan Sisi sementara Audrey terpaksa di usir keluar oleh pihak rumah sakit.     

      

Dan Audrey keluar dalam keadaan yang sangat kesal.     

"Ada apa sih dengan mereka, kenapa mereka tidak mengenaliku! dan Nana malah menyerangku begini!"     

Brak!     

Audrey menggebrak-gebrak setir mobilnya.     

"Ugh, sial! kalau begini untuk apa aku kemari, lebih baik aju diam di luar negeri saja! di sini teman-teman ku sudah gila dan malah melupakan aku!" gerutu Audrey di sepanjang perjalanan.     

Dan di tengah jalan dia melihat Larisa yang sedang pulang sekolah bersama Alex.     

"Wah, lihat mereka malah bermesraan di depanku," gerutu Audrey lagi.     

Dia langsung tancap gas dan mendekat kearah mereka, dia hendak menabrak motor yang di kendarai Alex dan juga Larisa.     

"Kalian pikir kalian siapa? beraninya membuat aku jadi kesal begini!"     

Vrooom!     

Mobil pun melaju kencang ke arah Alex dan Larisa.     

"Alex awas mobil!" teriak Larisa, dan Alex pun langsung menghindar dari mobil milik Audrey.     

Hingga Alex pun kehilangan ke seimbangkan dan motor pun masuk ke selokan jalan.     

"Haha mampus!" ucap Audrey dengan bahagia.     

Dan Audrey mulai mengendalikan mobilnya lagi, dia berniat akan menabarak motor Larisa dan Alex yang sedang terjatuh itu.     

      

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.