Bullying And Bloody Letters

Surat Peringatan Berdarah



Surat Peringatan Berdarah

0Tyas kembali di buat syok setelah adanya surat berdarah yang bertuliskan 'Seruni'     
0

"Ini surat apa lagi?" tukas Tyas.     

      

Tok tok tok!     

"Iya masuk!" teriak Tyas.     

"Permisi, selamat pagi, Bu Tyas," sapa Larisa.     

"Iya selamat pagi, silakan masuk Larisa," jawab Tyas.     

Lalu Larisa pun duduk tepat di kursi depan Tyas.     

"Ada apa, Larisa?" tanya Tyas.     

Dan perlahan-lahan Larisa mengeluarkan sebuah kertas dari dalam sakunya, "Ini Bu," tukas Larisa, sambil meletakan lipatan kertas itu diatas meja.     

"Apa ini?" tanya Tyas, dan Larisa diam saja.     

Lalu Tyas yang penasaran pun membukanya, dan surat yang di bawa oleh Larisa itu adalah surat yang sama dengan surat yang di dapat oleh Tyas     

Yaitu surat yang penuh darah dan bertuliskan 'Seruni'     

Seketika Tyas menaruh surat itu diatas mejanya dengan kasar.     

"Apa arti dari surat ini, kenapa kamu juga mendapatkannya?" tanya Tyas.     

"Juga mendapatkannya? maksudnya apa, Bu Tyas?"     

"Begini Larisa, aku juga mendapatkan surat yang sama seperti ini," Tyas mengeluarkan suratnya juga yang ia taruh di meja sebelahnya.     

"Ini, ini adalah surat yang juga baru saja aku dapatkan. Dan lihat, isi surat ini juga sama, 'kan?" tanya Tyas.     

Dan Larisa pun juga melihat dan membandingkan bentuk serta isi dalam dua surat itu.     

"Lalu mengapa dia sama-sama menulis nama Seruni dalam aurat ini?" tanya Tyas lagi.     

Seketika Larisa pun teringat dengan kejadian-kejadian yang sudah dia alami.     

Seperti yang sudah-sudah, sebuah nama yang di tulis dalam surat berdarah itu pasti si pemilik nama akan celaka.     

"Bahaya ini, Bu Tyas!" teriak Larisa yang langsung menggenggam erat tangan Tyas.     

"Ada apa, Larisa?" tanya Tyas yang heran, "kamu ini jangan mengagetkan!" tukas Tyas.     

"Bu, itu artinya, Bu Seruni sedang di dalam bahaya!" jelas Larisa.     

"Hah, apa?!" Tyas tampak kaget.     

"Iya, benar Bu Tyas, Bu Seruni dalam bahaya, ini seperti pengalaman yang sudah-sudah," tukas Larisa.     

Tyas pun merasa bingung harus bagaimana setelah mendengar ucapan Larisa.     

Karna meski terlihat mustahil, semua itu memang bisa saja terjadi.     

Di lihat dari semua pristiwa-pristiwa aneh dan menyeramkan yang telah di ceritakan Larisa, Tyas pun yakin jika Larasati benar-benar akan mencelakai Seruni.     

"Bagaimana ini, Bu Tyas?!" tanya Larisa yang khawatir.     

"Entalah, saya juga bingung Larisa. Kita tidak mungkin akan memberitahu Seruni. Karna Seruni itu sangatlah sombong. Pasti dia tidak akan mau mendengar ucapan kita," tukas Tyas.     

"Tapi, masa iya kita akan diam saja? sementara kita tahu jika Bu Seruni nyawanya sedang  terancam," tutur Larisa.     

"Baik, kita datangi rumah Seruni nanti, kita beritahu ini semua, perkara dia mau dengar atau tidak itu urusan dia!" ucap Tyas.     

"Iya, Bu Tyas. Kapan kita akan ke sana?" tanya Larisa.     

"Sekarang!" jawab Tyas.     

      

Lalu mereka berdua pun bergegas ke rumah Seruni.     

Dan setelah sampai di sana, rumah Seruni tampak begitu sepi.     

"Apa jangan-jangan dia tidak ada di rumah?" tukas Tyas sambil berkali-kali menekan tombol belnya.     

Dan tak lama seorang asisten rumah tanggangnya muncul di belakangnya. Tampaknya dia baru saja pulang dari berbelanja kebutuhan dapur.     

"Maaf, cari siapa ya, Bu?" tanya asisten rumah tangga itu.     

"Ini yang punya rumah kemana? kenapa sepi sekali?" tanya Tyas.     

"Nyonya sedang keluar bersama Tuan dan juga Non Audrey." Jelas asisten itu.     

"Maaf kalau boleh tahu mereka pergi kemana ya?" tanya Tyas.     

"Saya mendengar mereka akan pergi makan di restoran mewah, langganan mereka," tutur asisten rumah tangga itu.     

      

"Ayo!" ajak Tyas sambil menggandeng  tangan Larisa.     

"Loh, kita akan pergi kemana, Bu Tyas?!" tanya Larisa.     

"Sudah ikut saja, sepertinya saya tahu tempatnya.     

Lalu Tyas mengajak Larisa menuju restoran yang  di maksud oleh asisten rumah tangga tadi.     

Tyas tahu tempat itu, karna sejak jaman SMU hingga kuliah, Tyas sering bertemu dengan Seruni di tempat itu. Bahkan dulu dia sering melihat Seruni bersama Wijaya.     

Saat itu Tyas juga sempat kesal terhadap Wijaya, karna Wijaya yang awalnya membenci Seruni tiba-tiba saja akrab dan malah berpacaran.     

Setelah itu mereka bertiga tak lagi pernah bertemu di tempat itu. Karna setelah lulus kuliah Tyas pergi keluar Negri selama beberapa tahun di sana karna dia diterima di salah satu perusahaan besar di sana, sebelum pada akhirnya dia memutuskan untuk berhenti dan pulang ke Indonesia.     

      

"Bu Tyas, yakin mereka ada disini?" tanya  Larisa.     

"Iya, saya yakin. Dan kemungkinan besar kita juga bisa bertemu Wijaya di sini," ucap Tyas.     

"Wijaya?"     

"Iya, Wijaya!"     

Lalu mereka memasuki restoran itu dan mencari-cari keberadaan Seruni dan keluarganya.     

Akhirnya dia melihat Seruni tengah asyik makan di salah satu meja pengunjung. Dan dia melihat Audrey juga ada di sana beserta pria yang di duga suami Seruni.     

"Itu suami Seruni ya?" ucap Tyas yang merasa keheranan.     

Karna di pikir selama ini Seruni menikah dengan Wijaya.     

Karna dia sempat mendengar jika Seruni dan Wijaya berencana akan menikah.     

Tapi ternyata yang menjadi suami Seruni saat ini bukanlah Wijaya.     

Dia dan Audrey memang belum sempat bertemu di sekolah. Makanya dia tidak tahu siapa nama ayah dari Audrey.     

"Kenapa, Bu Tyas?" tanya Larisa.     

"Ah, aku salah paham," jawab Tyas.     

"Salah paham?"     

"Iya, saya pikir suami Seruni adalah Wijaya, tapi ternyata bukan,"     

Dan Larisa melirik kearah pria itu, "Kalau suami, Bu Seruni bukan Wijaya, lalu sekarang di mana keberadaan Wijaya?" tanya Larisa.     

Tyas menggelengkan kepalanya, "Seruni dulu sangat tergila-gila dengan Wijaya, bahkan sampai rela membunuh Larasati demi mendapatkan Wijaya, tapi kenapa dia malah menikahi pria lain?"     

"Apa kita tidak mengganggunya kalau kita hampiri sekarang?" tanya Larisa.     

"Kita tunggu saja sampai mereka selesai makan," kata Tyas.     

      

Dan tak lama kemudian Seruni pun meninggalkan mejanya.     

"Loh, Mami mau kemana?" tanya Audrey.     

"Ah, Mami mau ke toilet dulu," jawab Seruni.     

      

Lalu Tyas dan Larisa pun mencegat mereka di depan pintu toilet.     

"Seruni," panggil Tyas.     

Seruni menoleh kearah Tyas dan Larisa.     

"Eh, kalian ngapain di sini? kalian mengikutiku ya?" tanya Seruni ketus.     

"Iya, kami sengaja mencarimu, karna kami sedang ingin memberitahu sesuatu yang penting kepadamu," tukas Tyas.     

"Memberitahu apa?! tolong jangan ganggu waktu santaiku dengan keluargaku!" cantas Seruni.     

Lalu Tyas mengeluarkan surat berdarah itu dari sakunya.     

"Lihat ini," Tyas menaruh surat itu secara paksa ke tangan Seruni.     

"Apa ini?!" tanya Seruni.     

"Itu surat berdarah, yang ada namamu di dalamnya, yang artinya nyawamu dalam bahaya!" tutur Tyas.     

"Cih! terus aku harus percaya?!" Seruni melempar kertas itu ke tanah.     

"Eh, Bu Seruni, jangan di buang, surat itu adalah surat peringatan, bahkan sebelum Bu Amara meninggal saya juga mendapatkan surat yang sama. Jadi sebaiknya Bu Seruni akui perbuatan Bu Seruni di kantor polisi sebelum dia membunuh Bu Seruni seperti dia membunuh Bu Amara!" tukas Larisa.     

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.