Bullying And Bloody Letters

Rasa Penasaran Audrey



Rasa Penasaran Audrey

0Dan setelah dia di tinggal sendiri dia baru teringat tentang suara tadi.     
0

"Huh, kenapa tadi aku tidak tanya kepadanya," gumamnya.     

Lalu tiba-tiba dari luar gerbang dia melihat gadis berseragam sekolah tengah menatapnya sendu.     

      

"Loh, siapa dia?" tukas Adji.     

Dan dia menengok kanan dan kiri tidak ada lagi siapa-siapa.     

Akhirnya Adji pun menghampiri gadis itu sendirian.     

"Hallo, Dik, kamu siapa?" tanya Adji kepada gadis itu.     

Dan di gadis berseragam SMU itu tidak menjawabnya, dia hanya terdiam dengan wajah sedihnya.     

"Wajah kamu terlihat pucat sekali, kamu sedang tidak sehat ya?" tanya Adji.     

Lalu gadis itu masih terdiam, lalu dia memalingkan wajahnya dan berlalu pergi     

"Loh, kok malah pergi sih?" tanya Adji.     

Adji pun sampai mengejar gadis itu keluar gerbang.     

Sambil memanggilnya, "Dik! tunggu!" teriaknya.     

Tapi gadis itu tak menghiraukan panggilan Adji, dan langkahnya malah semakin kencang.     

Dan Adji pun akhirnya menghentikan langkahnya, dia tidak mengejarnya lagi, karna kalah cepat.     

Lalu tepat di bawah kakinya Adji melihat ada sebuah surat.     

"Surat apa ini?" tukas Adji sambil meraih surat itu.     

"Loh, ini darah ya?" tukasnya lagi sambil membuka lipatan surat itu. Dan di dalam surat itu ada tulisan, 'Seruni'     

"Ada apa ini? kenapa ada tulisan nama Seruni?"     

Lalu tak lama Audrey pun pulang dari mini market.     

"Papi!" panggilnya.     

"Eh, Audrey! kamu sudah pulang?" tanya Adji.     

"Iya, Pi!"     

"Wah, banyak sekali belanjanya, kenapa tadi tidak minta tolong Bi Ajeng saja?" tanya Adji.     

"Tidak, karna Audrey, sedang ingin jalan-jalan, Pi!"     

"Yasudah, besok kita jalan-jalan sama Papi ya?"     

"Em ... ok deal!" jawab Audrey?     

Lalu Audrey melihat kertas di tangan ayahnya.     

"Pi, apa itu?"     

"Hah! ini maksudnya?!" Adji menunjukkan surat itu kepada Audrey.     

Dan seketika Audrey tak mau melihatnya, karna takut melihat tangan ayahnya di penuhi darah.     

"Oh my God! darah!" teriak Audrey.     

"Darah?" Adji melihat suratnya lagi, "iya, memang kertas suratnya ada darahnya," kata Adji.     

"Bukan suratnya, tapi tangan, Papi!" tukas Audrey.     

"Darah apa? tangan Papi, tidak ada darahnya, hanya suratnya saja yang berdarah," ujar Adji.     

Tapi dalam pandangan Audrey tangan sang Ayah berlumuran darah nyaris tak terlihat warna kulinya dan semakin lama darah di tangan sang Ayah semakin banyak bahkan sampai menetes-netes di tanah.     

"Oh my God! Papi! aku takut!" teriak Audrey dan langsung menjatuhkan kantung plastiknya lalu dia berlari masuk kedalam rumah.     

"Loh, kenapa si tu anak!" tukas Adji.     

Dan Adji memunguti belanjaan Audrey lalu membawanya masuk ke dalam rumah.     

      

"Sayang! kok Daddy di tinggalin sih?!" teriak Adji.     

Tapi Audrey malah sudah memeluk Seruni sambil ketakutan.     

"Mi, aku takut," tukas Audrey sambil memeluk sang Ibu.     

"Kenapa sih, Audrey?"     

"Tangannya Papi,"     

"Iya, tangannya Papi kenapa?"     

"Ada darah, Mi! banyak sekali!" jelas Audrey.     

Lalu Adji sang Ayah pun datang, "Loh, kamu itu kenapa sih, Sayang?" tanya Adji kepada Audrey.     

"Ada apa sih, Mas?" tanya Seruni.     

"Aku tidak tahu, tiba-tiba saja, dia ketakutan," jelas Adji.     

Dan Audrey pun langsung menengok kearah sang Ayah, dan saat dia menengok tangan ayahnya sudah bersih.     

Dan Audrey pun merasa kaget, karna tidak mungkin tangan ayahnya tiba-tiba sudah sebersih begitu saja, karna jelas-jelas tadi dia melihat tangan ayahnya berlumuran darah.     

Sejenak Audrey terdiam dengan wajah keheranan.     

"Kamu itu kenapa sih, Audrey?" tanya Adji sang Ayah.     

"Ta-tadi, aku lihat darah, Pi," kata Audrey dengan ragu-ragu.     

"Ah, kamu itu sedang berhalusinasi Sayang," tukas Adji sambil merogoh sakunya, "tadi Papi, menemukan ini," ucapnya sambil menemukan surat yang dia temukan.     

Seketika Seruni pun kaget melihatnya, karna terlihat jelas tulisan namanya yang di tulis dengan huruf besar menggunakan darah.     

"Kamu dapat dari mana, Mas?" tanya Seruni dengan wajah panik.     

"Dari depan," jawab Adji dengan wajah yang terlihat seperti keheranan, "memangnya kenapa?" tanya Adji dengan polos.     

"Hais! sini!" Seruni langsung merebut surat itu, lalu dia membawanya keluar dari dalam rumah.     

Dan setelah berada di luar Seruni langsung membakarnya.     

"Kamu pikir kamu itu siapa! beraninya menerorku!" tukas Seruni dengan nada penuh emosi.     

Sementara Audrey dan Adji hanya terdiam dan keheranan saat melihat tingkah Seruni.     

"Aku tidak takut denganmu Lara!" teriak Seruni.     

Lalu Adji pun langsung menghampiri Seruni dan menenangkannya.     

"Ada, apa Seruni? kenapa kamu jadi marah-marah begini?" tanya Adji.     

"Iya, Mi, kenapa Mami marah-marah begitu, dan Lara itu siapa?" tanya Audrey.     

"Ah sudah!" Seruni langsung masuk kedalam rumah dan meninggalkan mereka berdua.     

      

"Loh, Mami kenapa sih, Pi?"     

"Entalah, Audrey! papi juga tidak tahu, Sayang,"     

Dan Adji pun juga turut masuk kedalam rumah menyusul Seruni istrinya.     

Dan Audrey berhenti sejenak sambil memikirkan tentang tingkah ibunya tadi.     

"Mami  memanggil nama, Lara. Apa Lara adalah seseorang yang Mami bilang sudah membunuh Bu Amara?" tukas Audrey, sambil perlahan-lahan berjalan santai menuju rumahnya.     

      

      

Setelah kejadian itu, Audrey pun merasa sangat penasaran. Dia begitu ingin tahu siapa Lara, dan mengapa sampai ibunya begitu takut bercampur kesal kepadanya. Dan Audrey mulai mencurigai jika perempuan yang bernama Lara itu adalah salah datu teman sekolah ibunya dulu, karna ibunya begitu kekeh untuk memindahkannya dari sekolah itu dan ibunya juga tampak ketakutan jika memasuki lingkungan sekolah.     

      

Dan setelah keadaan tenang karna sudah larut malam, dan sang Ibu sudah tertidur.     

Audrey mulai masuk kedalam sebuah gudang, dimana dia tahu sang Ibu menaruh benda-benda kenangannya di dalam gudang itu. Termasuk foto-foto masa sekolah dan kuliahnya.     

      

Ceklek ...!     

"Uh, aku harus menemukan petunjuknya," ucap Audrey.     

Lalu dia melihat ada tumpukan beberapa album foto yang sudah berdebu. Dan perlahan-lahan dia membuka salah satu album foto itu.     

Dan setelah di buka ternyata adalah album foto Seruni ketika masih kuliah.     

"Ih, ini foto, Mami pas kuliah ya, dan siapa pria ini?" Audrey mulai bingung, "mungkin ini pacar Mami dulu ya, sebelum menikah dengan Papi." Ucap Audrey.     

Sebenarnya foto pria bersama Seruni yang di lihat Audrey itu adalah foto Wijaya.     

Karna setelah menghilangnya Larasati, Seruni dengan bersusah payah mengambil hati Wijaya, hingga pada akhirnya dia mau menjadi pacar Seruni. Bahkan Seruni dan Wijaya sampai sudah berniat akan melangsungkan pernikahan. Tapi karna suatu hal yang masih di rahasiakan sampai saat ini mereka tidak jadi menikah.     

      

Lalu karna album itu dirasa bukan album waktu SMU, akhirnya Audrey membuka Album yang satunya lagi.     

Dan dalam Album itu memang benar berisi foto SMU ibunya.     

Bahkan ada foto satu persatu dari teman sekelasnya, berikut namanya.     

Dan pandangan Audrey langsung tertuju kepada gadis yang berkacamata dengan rambut kepang dua dan hampir mirip dengan Larisa yang dulu sebelum berubah.     

"Namanya Larasati, jangan-jangan gadis ini yang di panggil Lara oleh, Mami?" tukas Audrey yang mulai menduga-duga.     

      

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.