Bullying And Bloody Letters

Penyebab Tewasnya Larasati



Penyebab Tewasnya Larasati

0Tyas yang di warisi bakat merias dari sang Ibu mempraktikkannya kepada Larasati.     
0

Hingga Larasati yang penampilannya sangat buruk, berubah drastis menjadi sangat cantik dan modis pada masa itu.     

Dan hal itu membuat Seruni menjadi kesal.     

Setelah kejadian itu semua orang memperhatikan Larasati, ternyata selama ini Larasati adalah wanita yang cantik. Hanya saja dia yang tidak pandai berdandan membuatnya terlihat jelek.     

Selain cantik Larasati adalah murid yang berprestasi, sehingga banyak pria berbondong-bondong mengidolakannya.     

Dia sangat terkenal, meski kala itu dia sangat popular, tapi tetap saja semua itu tak merubah sifatnya, Larasati masih pendiam, penakut dan penyendiri, kemana-kemana selalu bersama Tyas, dan satu-satunya teman dekat prianya adalah Wijaya.     

Dan Karna Wijaya itulah yang membuat Seruni begitu marah, dan sampai tega membunuhnya.     

Seruni membunuh Larasati di bantu oleh Amara.     

Dia menggagalkan niat Larasati yang akan bertemu dengan Wijaya.     

Kala itu sepulang sekolah Larasati, berpamitan dengan Tyas, karna akan pergi bersama Wijaya, berbekal surat yang dia terima dari Wijaya.     

Dalam surat itu Wijaya menyatakan perasaan cintanya kepada Larasati, sekaligus mengajak Larasati pergi ke toko buku bersama.     

Larasati membawa dua surat sekaligus satu surat dari Wijaya, dan satu surat lagi yang di tulis olehnya sebagai balasan untuk surat Wijaya.     

Dengan wajah merona karna bahagia dia menunggu Wijaya menjemputnya di depan gerbang sekolah, karna mereka beda kelas. Setelah itu tiba-tiba datang Seruni dan Amara yang menghampiri Larasati.     

"Sedang menunggu Wijaya ya?" tanya Seruni dengan senyum tipisnya.     

Larasati pun mulai ketakutan, seketika rasa bahagianya berubah menjadi rasa cemas.     

"Ka-kalian mau apa?" tanya Larasati.     

"Pakek nanya lagi!" cantas Amara sambil menjambak rambut Larasati ke belakang.     

"Akh! sakit!" teriak Larasati.     

"Ssst ... jangan berisik ya, ayo seret dia!" ajak Seruni mengomando Amara.     

Lalu mereka membawa Larasati pergi dari gerbang sekolah. Dan waktu itu tak ada saksi mata, karna murid yang lainnya sudah pulang, tinggal kelas Wijaya saja yang belum keluar, karna mereka sedang ada kegiatan khusus.     

"Ayo kita bawa ke gudang paling belakang!" ajak Amara.     

Mereka berdua menyekap Larasati ke sebuah gudang sekolah, yang letaknya cukup jauh dan agak tersembunyi, bahkan gedungnya juga terpisah dari gedung sekolah.     

"Sudah, di sini saja sufah cukup!" kata Seruni.     

"Tolong lepaskan ku, untuk apa kalian menyekapku begini? dan mau sampai kapan kalian akan menggangguku?" ucap Larasati yang memelas.     

Sementara Seruni dengan lantang menyatakan bahwa dia tidak akan berhenti untuk mengganggunya sampai kapan pun itu.     

"Jangan bertanya dengab pertanyaan bodoh, karna selamanya aku akan mengganggu, sampai kamu mati haha!" ucap Seruni.     

"Lagi pula kamu ini jangan sok cantik ya, baru di poles sedikit saja sudah merasa seperti Cinderella!" ucap Amara sambil mencakar wajah Larasati.     

"Ampun jangan lakukan itu!" teriak Larasati sambil menahan sakit bekas cakaran.     

"Kenapa? kamu takut wajahmu akan jelek karna di cakar oleh Amara ya?" tanya Seruni dengan senyum tipis, "jangan takut jelek! karna wajah aslimu memang sudah jelek haha!" ledek Seruni sambil menambah cakaran di wajah Larasati.     

"Dengar ya, Gadis Jelek! selamanya kamu itu tetap menjadi pecundang, jangan berharap kamu bisa menyaingi Seruni sahabatku apalagi sampai bisa merebut Wijaya dari sisinya, CIH!" Amara membuang ludah kearah Larasati, "jangan mimpi kamu!" Amara menoyor kepala Larasati.     

Mereka bertiga terus menampar dan menyiksa Larasati di dalam gudang.     

Sampai pada akhirnya, Larasati tak tahan lagi dia mendorong Seruni hingga terjatuh, lalu dia menendang Amara dengan sisa tenaganya, dan Amara pun juga terjatuh.     

Lalu Larasati keluar dari dalam gudang itu dan hendak meminta tolong, tapi tidak ada yang mendengar teriakannya.     

Dan Amara sudah mencegatnya di depan pintu keluar, tidak ada jalan keluar lagi.     

Sementara di belakang Seruni sudah membawa pentungan yang dia ambil dari kaki meja yang patah.     

Larasati tak memiliki pilihan lain akhirnya dia melewati kawat berduri sebagai pelindung pagar. Dan hal itu tidaklah mudah karna itu membuat seluruh tubuhnya terluka akibat goresan kawat duri.     

Belum sempat keluar dan baru separuh tubuhnya yang berhasil lolos, malah Seruni sudah menariknya.     

"Mau kemana?!" teriak Seruni.     

"Tolong lepaskan aku, kalau tidak kalian akan ku penjarakan!" ancam Larasati.     

"Wah, sudah berani mengancam kami ya rupanya!" tukas Seruni.     

"Haha! ada kemajuan. Dan kalau kita biarkan lebih lama kita bisa di tindas olehnya!" imbuh Amara.     

"Wah, benar-benar menyebalkan!"     

      

Buak!     

      

Buak!     

      

Buak!     

      

Seruni dan Amara terus memukuli Larasati hingga tubuhnya penuh luka dan berdarah-darah.     

Hingga pada akhirnya Larasati pun pingsan, karna sudah tidak tahan lagi.     

"Lihat dia pingsan!" tukas Amara.     

"Iya, bagaimana ini. Kita terlalu asyik menghajarnya, bagaimana kalau dia lapor polisi?" tanya Seruni.     

"Entalah, aku juga tidak tahu, habisnya aku gemas sekali ingin terus menghajarnya,"     

"Wah, sepertinya kita dalam masalah besar, kita bukan lagi menindas dia tapi  kita sudah menjadi pembunuh," tukas Seruni yang ketakutan.     

"Hey, dia ini hanya pingsan, belum mati jadi kita ini bukan pembunuh, dan sebaiknya kita bawa ke rumah sakit saja dan kita lakukan sandiwara seperti dulu, aku yakin kita akan selamat dari hukum," tutur Amara.     

Tapi saat itu juga Larasati terbangun, dia membuka matanya secara perlahan sambil menahan rasa nyeri akibat luka di sekujur tubuhnya.     

"Kalian akan terus menindasku, jangan bilang setelah melakukan ini aku akan diam, aku tidak mau terus di tindas seperti ini, lebih baik aku mati dari pada kalian membawaku ke rumah sakit lalu kalian akan memaksaku untuk menutupi kejahatan kalian lagi seperti dulu," tutur Larasati dengan suara lemah.     

Dan mereka berdua pun merasa geram, karna meski dalam keadaan lemah begini, Larasati malah memiliki keberanian yang sebelumnya tidak ia miliki. Dia memberontak dan mengancam akan membuka mulut atas perbuatan mereka.     

Padahal mereka pikir Larasati akan diam saja setelah mereka bawa ke rumah sakit, seperti yang sudah-sudah.     

"Wah, lihat sekarang kau berani melawan kami ya?!" bentak Seruni.     

"Apa kau ini sudah bersiap untuk mati?!" imbuh Amara.     

"Kalian berdua itu jahat, kalian bukan manusia! kalian adalah iblis!" teriak Larasati yang sangat kesal. Ini kali pertamanya dia membentak Amara dan Seruni, entah mengapa keberanian itu muncul ketika dia sudah tidak berdaya seperti ini.     

"Wah, kamu sekarang sangat berani ya, Bangsat!" umpat Seruni.     

Buak!     

Buak!     

Seruni yang sudah di kuasai amarah itu menendang wajah Larasati berkali-kali hingga pada akhirnya Larasati tewas.     

"Hey, sudah cukup!" teriak Amara, "dia sudah mati!" tukas Amara.     

"Hosh! hosh! bagus kalau begitu!" kata Seruni.     

"Kita harus lenyapkan semua bukti, bagaimana kalau kita bakar saja dia!?" tanya Amara.     

      

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.