Bullying And Bloody Letters

Kesialan Seruni



Kesialan Seruni

0Melihat Larasati yang sudah tidak bernyawa lagi, membuat mereka terpaksa merencanakan hal gila lagi.     
0

Mereka menyiram tubuh Larasati dengan bensin lalu membakarnya di dalam gudang itu.     

Seketika api berkobar sangat besar, melahap tubuh Larasati di dalamnya beserta seluruh isi gudang.     

Pak Satpam dan Pak Parman si penjaga sekolah pun datang karna melihat asap yang mengepul.     

Mereka berdua meminta bantuan kepada orang-orang untuk menghentikan api itu, tapi mereka masih kesulitan untuk memadamkannya. Karna kondisi gudang yang di penuhi kardus-kardus dan juga bangku-bangku rusak membuat api muda membesar hingga menghabiskan seluruh isi di dalamnya. Termasuk tubuh Larasati.     

Untungnya bangunan gedung terpisah dari gedung sekolahan, jadi api tak sampai merembet di bagian bangunan utama.     

Dan tak lama petugas pemadam kebakaran pun sampai, tapi sayangnya kedatangan mereka sudah telat dan gudang itu sudah habis tak tersisa, hanya tinggal tembok-tembok yang berdiri dengan atap yang sudah menjadi abu, begitu pula tubuh Larasati yang di dalamnya juga sudah menjadi abu.     

Amara dan Seruni perlahan-lahan keluar dari gerbang sekolahan saat semua sedang ribut mematikan api. Dan dari kejadian itu mereka berdua selamat dari perbuatannya.     

      

      

      

***     

      

"Aku benar-benar tidak menyangka, ternyata Mami sekejam itu!" tukas Audrey.     

"Maafkan Mami, Sayang. Itu hanya kenakalan remaja saja," tukas Seruni.     

"Kenakalan remaja kata, Mami? itu bukan lagi kenakalan remaja, Mi! taplpi tindak kriminal, Mami dan Bu Amara itu pembunuh berdarah dingin!" tukas Audrey.     

Seruni pun terdiam sambil menangis. Dia sekarang baru menyesalinya.     

Mungkin kalau bukan karna Audrey yang tahu dia tidak akan pernah menyesalinya.     

Tapi sesal itu sudah tidak berguna lagi, karna Seruni juga tidak akan mau mengakuinya dan selamanya dia tidak akan mengatakan yang sebenarnya.     

Dia hanya menyesal karna sudah membunuh Larasati hanya demi seorang pria yang pada akhirnya tidak menjadi miliknya seutuhnya, dan sekarang dia merasa kesusahan karna takut rahasianya akan terbongkar.     

"Kalau tahu akhirnya akan menjadi begini, harusnya dulu aku tidak perlu membunuhnya hik ...!"     

"Sudah! Mami tidak perlu menyesalinya, karna semua sudah terjadi, penyesalan Mami tidak ada gunanya!" ketus Audrey yang merasa sangat kesal bercampur kecewa.     

Sesungguhnya Audrey ingin marah dengan sang Ibu, tapi dia tidak bisa melakukannya.     

Karna bagaimana pun juga dia sangat menyayangi Seruni. Dan selama ini dia sangat bangga memiliki ibu yang cantik dan tegas seperti Seruni, hingga dia banyak meniru baik sikap dan gaya ibunya secara tidak sadar, namun setelah dia mengetahui sikap sang Ibu yang sebenarnya, dia baru menyadari jika dia sudah memiliki panutan yang salah. Tapi meskipun begitu dia tetap akan membela ibunya, karna dia tidak mau ibunya akan masuk penjara dan keluarganya menjadi malu.     

      

      

Ceklek!     

"Loh, kalian rupanya ada di rumah ya?" tukas Adji yang tiba-tiba muncul.     

"Eh, Mas Adji kamu sudah pulang?" tanya Seruni yang kaget.     

"Iya, sengaja karna aku ingin istirahat sebentar dirumah, badanku tidak enak," kata Adji.     

"Papi sakit?" tanya Audrey.     

"Ah, hanya kurang enak badan  saja," ujar Adji.     

"Yasudah, sini biar Audrey yang membantu Ayah" tukas Audrey.     

"Tidak usah, Sayang, Papi bisa jalan sendiri kok," kata Adji.     

Lalu Adji pun masuk kedalam kamarnya  dan merebahkan tubuhnya diatas kasurnya yang empuk.     

"Aku, harus bilang apa kepada mereka?" tukasnya dengan wajah yang sangat bersedih.     

Sambil merebahkan tubuhnya Adji meneteskan air matanya. Rupanya dia sedang pusing memikirkan tentang perusahaannya yang sedang bangkrut karna di tipu.     

"Bagaimana kalau mereka berdua tahu soal ini?" Adji menutup wajahnya, "mereka pasti kecewa," ucapnya lagi.     

      

      

Akhirnya Adji yang saat itu sedang gundah, hampir semalaman dia tidak bisa tidur, Seruni yang berada di sampingnya merasa bingung melihat kegusaran suaminya.     

"Ada apa, si Mas?" tanya Seruni.     

"Eh, enggak kok. Cuman gak bisa tidur saja," jawab Adji.     

"Owh, begitu ya. Yasudah Mas minum obat tidur saja," saran Seruni.     

"Ah, iya kamu benar."     

Lalu Adji meminum satu butir obat tidur dan merebahkan tubuhnya kembali di atas kasur. Tapi setelah beberapa jam berlalu dia masih tidak dapat tidur juga.     

"Pikiranku benar-benar sangat kacau," kata Adji.     

Dan Adji kembali meraih satu genggam pil obat tidur itu lagi, karna saking kesalnya tidak kunjung memejamkan mata.     

Dan setelah meminum obat itu, lima menit kemudian dia mengalami kepala yang teramat berat  di tambah tubuh melemas dan keringat dingin.     

Dan tepat saat itu juga dia mendapat pesan chat, bahwa dia harus mengosongkan rumahnya dimulai dari satu minggu ini, seketika Adji yang syok di tambah terlalu banyak mengonsumsi obat tidur itu pun, langsung terkena serangan jantung, dan Adji pun terjatuh di lantai dengan tubuh sedikit kejang dan mulut berbusa.     

      

Glebuk!     

      

Karna mendengar suara tubuh Adji yang terjatuh itu Seruni pun langsung terbangun.     

"Loh, Mas! kamu kenapa?!" teriak Seruni.     

Seruni langsung berteriak memanggil Audrey dan seluruh asisten rumah tangganya.     

"Tolong! ini suami saya kenapa?!" teriak Seruni.     

"Mi! Papi, kenapa?!" teriak Audrey.     

Tak berselang lama ambulance datang dan membawa Adji ke rumah sakit, namun sayangnya nyawa Adji tidak dapat tertolong lagi.     

"Hik, Papi! kenapa pergi di, Pih!" tangis histeris Audrey yang tak terima dengan kejadian ini.     

"Mas, jangan tinggalkan aku, Mas!" teriak Seruni.     

Mereka tak menyangka jika hari ini mereka akan kehilangan salah satu anggota keluarga mereka yang sangat mereka sayangi.     

      

      

***     

Setelah satu minggu berlalu Seruni yang berada di dalam kamarnya mulai membereskan barang-barang mendiang suaminya.     

Dan tepat saat itu juga dia menemukan ponsel Adji.     

"Ini, ponsel Mas Adji, 'kan?" lalu Seruni pun menyalakannya untuk melihat isi pesan-pesan dalam ponsel itu, tapi ponselnya baterai ponselnya habis.     

"Ah, sebaiknya di cas dulu," ucap Seruni.     

Saat dia mencolokkan kedalam casan, ponsel pun menyala dan dia juga mulai membuka-buka isi ponselnya.     

Dia melihat di bagian pesan chat, karna dia takutnya ada pesan-pesan penting dari rekan kerjanya yang belum sempat terbaca.     

Dan tak sengaja dia membaca pesan bahwa dia sekeluarga harus  mengosongkan rumah mereka di mulai satu minggu saat pesan itu di kirim.     

Dan sekarang sudah tepat satu minggu yang artinya mereka harus keluar hari ini juga.     

Seruni sangat syok membaca pesan itu, dia baru tahu jika perusahaan suaminya telah bangkrut dan hari ini dia juga harus keluar dari rumah. Dia begitu kesal, selain harus menjadi janda dia juga tidak mendapat warisan sepeser pun dari suaminya     

Seketika Seruni melempar ponsel itu ke lantai hingga pecah berhamburan.     

"Sial! kenapa ini semua harus terjadi kepadaku! kenapa! kenapa?!" teriak Seruni.     

Dan dari luar kamar Audrey mengetuk pintunya.     

Tok tok tok ...!     

"Mami, ada tamu!" tukas Audrey.     

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.