Bullying And Bloody Letters

Mendatangi Rumah Wijaya



Mendatangi Rumah Wijaya

0Saat dia tengah asyik berbaring sambil melihat langit-langit kamarnya dan membayangkan kenangan-kenangan masa lalunya, tiba-tiba dari balik jendela terdengar suara ketukan.     
0

Dan saat Seruni melihatnya ternyata adalah Larasati yang tengah menyeringai kepadanya.     

      

Seruni pun menjadi sangat kaget, dam dia langsung menutup kembali gorden kamar itu.     

"Sial! di saat-saat seperti ini dia malah datang lagi!" gerutunya.     

Dan dia merogoh jimat dari dalam sakunya dan memegangnya dengan penuh percaya diri.     

Sambil membuka gorden jendela Seruni memamerkan  jimat itu, "Lihat ini! kamu pikir aku akan takut hah?!" tantangnya.     

Tapi di luar sudah tidak ada Larasati lagi dan dia sudah pergi.     

"Hah! rupanya kamu takut ya? " teriak Seruni menantang.     

Dan saat dia menoleh ke belakang Seruni melihat Larasati sudah berdiri dengan rambut acak-acakan tepat di belakangnya.     

"Akh, sial!" teriak Seruni yang kaget.     

Lalu dia kembali mengacukan jimat itu kearah Larasati dan berharap agar Larasati takut kepadanya.     

Dan benar saja, karna melihat benda itu Larasati menjadi ketakutan, akhirnya Larasati menghilang dari hadapan Seruni.     

"Haha! ruapnya hanya segitu ya, keberanianmu!" tukas Seruni penuh bangga.     

      

Tok tok tok ...!     

"Mami!" panggil Audrey.     

Ceklek!     

"Iya, ada apa, Audrey?"     

"Mi, aku boleh tidur sama Mami enggak? soalnya aku takut kalau tidur sendirian, Mi."     

"Tumben, kamu takut? biasanya kamu tidur sendirian saja?"     

"Iya sih, tapi enggak tahu Audrey malam ini merasa takut, mungkin karna baru berada di sini juga kali ya, makanya Audrey takut,"  jelas Audrey.     

"Owh, yasudah silakan masuk,"     

Dan mereka pun tidur berdua dalam satu kamar.     

Tak lama setelah itu Seruni pun mulai terlelap, sementara Audrey masih juga tidak bisa tertidur.     

Akhirnya karna belum juga bisa tertidur, Audrey mencari-cari kesibukan di dalam kamar itu.     

Dan tak sengaja dia melihat sebuah buku diary yang tergeletak di atas meja begitu saja.     

Karna rasa penasarannya Audrey membuka dan membacanya.     

"Ini punya, Mami ya?"     

Dalam halaman pertama, Audrey di suguhi foto masa muda sang Ibu bersama sahabat karibnya Amara. Dalam  foto itu tertulis, 'Sahabat dalam kejahatan!'     

Lalu di halaman berikutnya dia menuliskan sebuah ungkapan isi hati tentang perasaan cintanya terhadap seorang pria yang bernama Wijaya. Bahkan dalam buku itu juga terselip foto Wijaya.     

"Jadi Mami itu benar-benar mencintai pria ini ya. Bahkan dari tulisan kata-katanya, pria ini terlihat sangatlah berharga baginya. Lalu apa yang membuat mereka gagal menikah?"     

Dan dalam buku diary itu Audrey juga mendapatkan sebuah alamat rumah Wijaya.     

"Ini adalah alamat rumah dari Wijaya ya," ucap Audrey.     

Lalu Audrey Langsung mencatat alamat itu kedalam ponselnya dan setelah itu dia kembali tidur di samping sang Ibu.     

      

***     

      

Esok harinya.     

      

"Audrey, ayo di makan Sayang, Eyang sudah memasakan khusus untuk kamu lo," tukas nenek Audrey.     

"Iya, terima kasih, Eyang," jawab Audrey.     

Dalam meja makan itu pikiran Audrey mulai tidak tenang, karna dia merasa sangatlah penasaran dengan Wijaya.     

"Audrey, kenapa malah diam saja. Ayo dimakan, kasihan, 'kan Eyang sudah capek-capek masak lo," kata Seruni.     

"Iya, kenapa kok gak di makan? masakan Eyang tidak enak ya?" tanya neneknya.     

"Enak kok, Eyang serius! ini Audrey mau memakannya," kata Audrey sambil menyendok nasinya.     

Sambil menikmati sarapan mereka.     

Seruni mulai membahas soal selolah Audrey.     

"Audrey, kamu sudah cukup lama tidak masuk sekolah, dan Mami sudah memikirkan sekolah yang bagus untuk mu," kata Seruni.     

Tapi Audrey malah melamun sambil mengunyah makanannya.     

"Audrey," panggil Seruni sekali lagi, "kamu dengar, Mami, 'kan?"     

"Eh iya, Mih!"     

"Kamu ingin sekolah di mana? Mami kali ini bakalan nurut sama kamu," tukas Seruni.     

"Ah, Audrey sih terserah sama Mami," jawab Audrey.     

"Yasudah, nanti Mami akan carikan sekolah yang bagus untuk kamu ya, dan kalau bisa yang dekat-dekat dari rumah Eyang saja ya,"     

"Iya, Mi."     

      

      

Setelah selesai sarapan bersama, Audrey pun berpamitan dengan ibu dan neneknya karna hendak pergi ke rumah temanya, yang tinggalnya tak jauh dari tempat ini. Meski keberatan Seruni pun memperbolehkannya.     

Padahal Audrey tidak ingin pergi ke rumah temanya karna sesungguhnya dia ingin ke rumah Wijaya.     

      

"Hati-hati ya, Sayang!" tukas Seruni.     

"Iya, Mi!"     

Dan Audrey pun mulai pergi dengan menaiki taksi.     

Setelah beberapa jam berlalu, taksi pun berhenti tepat di depan rumah yang sedang dia cari itu.     

"Ini alamatnya ya?" Audrey pun mulai melihat-lihat keadaan sekitar rumah, rumahnya terlihat sepi dan gerbangnya juga tertutup.     

Dan tak lama seorang satpam rumah itu pun datang menghampiri mereka.     

"Eh, sedang cari siapa, Dik?" tanya Satpam itu.     

"Ah, begini Pak, saya sedang mencari orang yang bernama Wijaya, apakah benar ini rumahnya dari, Bapak Wijaya?" tanya Audrey.     

Dan Satpam itu pun mengangguk, "Iya, benar ini adalah rumah, Bapak Wijaya, dan maaf kalau boleh tahu ada keperluan apa, Adik datang kemari?" tanya Satpam itu.     

"Saya ada perlu sebentar dengan beliau, apakah Bapak, bisa membantu saya?"     

"Ow, baiklah tunggu sebentar, karna saya harus bertanya kepada beliau terlebih dahulu," kata satpam itu.     

"Ah silakan, Pak!" sahut Audrey.     

Dan satpam itu pun menghubungi Wijaya, lewat telepon duduk di posnya. Dan tak lama kemudian satpam itu menutup teleponnya dan menyuruh Audrey masuk ke dalam rumah. Tentu dengan diantarkan oleh dirinya.     

      

"Permisi, selamat siang, bisa bertemu dengan, Bapak Wijaya?" sapa Audrey kepada seorang pria dengan kursi roda yang sedang duduk memunggunginya.     

Dan tak lama pria itu membalikkan kursi rodanya dan melihat kerahnya.     

"Iya, saya sendiri," sahut pria itu.     

Audrey pun sangat kaget saat melihat pria yang duduk di kursi roda dengan piyama tidur lengkap dengan syal, dan berwajah pucat itu adalah Wijaya.     

"Anda, Pak Wijaya?" tanya Audrey.     

Dan pria itu mengangguk, "Iya, saya Wijaya," jawabnya.     

Wajah begitu berbeda jauh dengan yang dulu, dulu dia yang terlihat sangat tampan dan gagah saat di foto, tapi sekarang penampilannya sudah berubah drastis menjadi kurus, pucat, dan seperti orang yang sakit-sakitan.     

"Silakan duduk," tukas Wijaya menyuruh Audrey duduk.     

"Ah, iya terima kasih," sahut Audrey sambil duduk di atas sofa.     

"Maaf sebelumnya, kamu itu siapa ya?" tanya Wijaya.     

"Perkenalan, Pak Wijaya, saya Audrey," tukas Audrey sambil mengulurkan tangannya.     

"Baik Audrey, jadi kedatanganmu kemari itu ada perlu apa ya?" tanya Wijaya.     

Lalu Audrey pun menjelaskan maksud kedatangannya kemari, dia berkata ingin mencari tahu dan mendengar apa penyebab Wijaya tidak jadi menikah dengan ibunya. Dan dia juga ingin bertanya tentang Larasati, walau sebenarnya dia sudah banyak tahu tapi dia merasa penasaran dengan Larasati dan ingin mendengarnya langsung dari mulut Wijaya.     

Awalnya Wijaya sangat marah saat mengetahui jika Audrey adalah putri dari Seruni.     

Tapi Audrey terus membujuk Wijaya agar tidak marah dan mau bercerita kepadanya.     

      

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.