Bullying And Bloody Letters

Audrey Naik Ojek?



Audrey Naik Ojek?

0Awalnya Wijaya sangat marah saat mengetahui jika Audrey adalah putri dari Seruni.     
0

Tapi Audrey terus membujuk Wijaya agar tidak marah dan mau bercerita kepadanya.     

"Tolong, Pak Wijaya! saya mohon katakan apa yang sudah terjadi di masa lampau, saya ingin tahu apa yang menyebabkan, Pak Wijaya dan Mami saya tidak jadi menikah?" paksa Audrey.     

"Audrey, untuk apa kamu bertanya hal seperti itu, harusnya kamu itu jangan ikut campur dengan urusan kami, lagi pula kalau kami tidak menikah, bukannya kamu harusnya bersyukur? karna dia bisa menikah dengan Ayah kamu dan terlahirlah kamu?" tutur Wijaya.     

"Bukan itu maksud saya, Pak!"     

"Terus apa?"     

"Saya ingin dengar langsung dari mulut Bapak kenapa, Anda tidak mau menikahi Mami saya, dan saya juga ingin dengar tentang Larasati!"     

Mendengar nama Larasati di sebut, Wijaya pun sangat kaget dan marah.     

"Bagaimana kamu bisa bertanya soal itu? dan untuk apa?!"     

"Saya hanya ingin dengar, Pak. Karna dia juga mengganggu saya, saya nyaris buta karenanya! saya ingin dia tidak lagi mengganggu kami, saya dan Mami saya!" tutur Audrey.     

"Mengganggu?" tanya Wijaya.     

Dan Audrey mengangguk, lalu Wijaya pun menceritakan secara detail alasan mereka tidak jadi menikah, karna dia yang sudah tahu tentang pembunuh Larasati adalah Seruni dan Amara.     

Dia juga menceritakan apa alasan dia tidak melaporkan kepada pihak berwajib.     

Semunya sudah di ceritakan secara detail oleh Wijaya kepada Audrey.     

Dan sekarang Audrey sudah tahu semuanya, termasuk apa yang membuat mendiang kakeknya sangat membenci ibunya.     

Saat itu Seruni hanya menceritakan bagaimana dia dan Amara membunuh Larasati, belum sampai cerita tentang gagalnya pernikahannya dengan Wijaya.     

Karna saat itu Audrey tidak bertanya soal itu.     

      

Dengan segala kerendahan hati Audrey pun memegang tangan Wijaya, lalu dia berlutut di kaki Wijaya.     

"Pak Wijaya, saya mohon maafkan Mami saya ya! saya tahu beliau tidak pantas Anda maafkan, tapi saya mohon dengan segenap jiwa dan kerendahan hati saya, agar Anda memaafkan Mami saya ...!"     

      

Wijaya cukup tercengang mendengar permintaan maaf dari Audrey. Seorang anak yang usianya masih cukup muda dan tidak tahu apa-apa, ternyata malah punya keberanian penuh untuk meminta maaf kepadanya.     

Sangat berbeda jauh dengan Seruni yang sangat sombong dan jahat.     

"Saya, sudah memaafkan ibu kamu, tapi bagaimana dengan keluarga Larasati? mereka itu selama bertahun-tahun tidak mengetahui kebenarannya? mereka berpikir jika putrinya masih menghilang hingga kini, mereka sama sekali belum tahu jika putrinya sudah meninggal!" pungkas Wijaya.     

Audrey pun terdiam sejenak karna memikirkan ucapan Wijaya itu.     

Karna dia juga bingung bagaimana caranya untuk meminta maaf kepada keluarga Larasati, apalagi jika dia melalukan sudah pasti dia akan membahayakan ibunya.     

Audrey benar-benar merasa bingung, "Saya takut untuk mengatakannya, Pak Wijaya," kata Audrey.     

Wijaya terdiam, karna dia tahu perasaan Audrey.     

"Ya sudah, semua terserah kepadamu, dan aku juga tidak bisa memaksamu, saya sudah berjanji kepada mendiang Kakekmu untuk merahasiakannya. Meski sebenarnya, saya sangat merasa bersalah kepada keluarga Larasati. Tapi mau bagaimana lagi, meski Kakek mu sudah meninggal, saya tetap tidak bisa mengatakannya kepada mereka, karna jujur saya tidak tega." Tutur Wijaya.     

"Sebelumnya saya sangat berterima kasih karna Bapak sudah mau bercerita kepada saya. Dan sekarang saya minta izin untuk pulang, sekali lagi saya ucapkan terima kasih," tukas Audrey.     

"Baik silakan," kata Wijaya sambil menundukkan kepalanya sesaat mempersilakan.     

      

***     

      

Dengan perasaan laga bercampur sedih karna ulah ibunya, Audrey keluar dari rumah Wijaya.     

Sambil melamun Audrey berjalan kaki menuju jalan raya.     

Karna tidak ada taksi lewat yang masuk di komplek perumahan itu, sementara untuk memesan via online ponselnya sedang habis baterai.     

"Yah, kenapa tidak ada taksi yang lewat?"  keluhnya sambil melihat-lihat sekitar tempat itu.     

Akhirnya Audrey terpaksa berjalan kaki sambil mencari mobil taksi atau tukang ojek yang lewat.     

"Ah sial! kenapa aku lupa membawa power bank sih!" gerutunya lagi.     

Cukup jauh Audrey berjalan hingga tak sadar dia tiba di sebuah tradisional.     

"Astaga panas sekali!" Audrey mengelap keringat di keningnya, lalu tak sadar dia melihat Larisa yang sedang asyik berjualan sate bersama ibunya.     

"Loh, itu kan si Cul—" Audrey menutup mulutnya, "eh, Larisa maksudnya."     

Audrey mulai berpikir untuk mampir di warung sate Larisa, tapi dia masih ragu.     

Tapi di sisi lain dia ingin meminta maaf dan bertanya kembali tentang Larasati, karna selama ini Larisa selalu di rasuki sosok Larasati, kata Tyas. Jadi Audrey sangat penasaran, di tambah lagi dia juga ingin meminta maaf atas segala dosa-dosanya selama ini.     

Karna dia tidak mau menjadi seperti sang Ibu.     

Tapi warung Larisa masih sangat ramai dan dia tidak mau mengganggu Larisa. Dan saat itu dia hanya menunggu dan melihat Larisa yang sedang sibuk melayani pelanggannya.     

      

Dan tiba-tiba Alex datang dan tepat di belakang Audrey.     

Melihat Audrey yang berdiri dan tampak asyik memperhatikan Larisa, tentu membuat Alex merasa curiga.     

Lalu Alex menepuk pundak Audrey sambil bertanya, "Kamu sedang apa, Audrey?" tanya Alex.     

"Eh, Alex! bikin kaget saja!" tukas Audrey.     

Dan Alex menatap tajam ke arah Audrey dengan wajah yang curiga jika Audrey akan berencana jahat kepada Larisa.     

Menyadari akan kecurigaan Alex, Audrey langsung menyangkalnya.     

"Tunggu, Lex! kamu jangan berprasangka buruk dulu, aku di sini gak ada niat jelek sama Larisa," tukas Audrey.     

Alex menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kecut.     

"Kamu pikir aku akan percaya begitu saja?"     

"Iya, aku tahu kamu gak akan percaya segampang itu, tapi aku ingin jujur bahwa kedatanganku kemari adalah untuk meminta maaf kepada Larisa," jelas Audrey.     

"Wah, begitu ya? ya sudah berhubung aku tidak percaya, jadi sebaiknya kamu pergi saja!" cantas Alex.     

"Tapi, Lex!"     

"Ayo cepat pergi dari pada aku berubah pikiran dan berbuat kasar kepadamu!" bentak Alex.     

Audrey masih tak menyerah, "Lex, aku serius ingin berubah, dan aku ingin meminta maaf kepada Larisa!"     

"Sst ... ayo cepat pergi, dan jangan buang-buang waktu di sini, kamu tidak akan berhasil dengan niat burukmu! lagi pula tidak pantas gadis kaya raya seperti mu berada di tempat kumuh seperti ini!"     

      

Akhirnya Audrey pun pergi meninggalkan tempat itu, karna Alex sudah menghalanginya untuk bertemu Larisa.     

Dan saat itu secara kebetulan dia melihat tukang ojek pangkalan.     

"Bang ojek!" kata Audrey.     

Lalu dia pun berlalu pergi dengan mengendarai ojek itu.     

      

Alex merasa heran karna melihat Audrey mau pulang dengan menaiki ojek, karna biasanya dia membawa mobil sendiri atau paling tidak diantar oleh sopir pribadinya.     

      

"Audrey naik ojek?" Alex menggaruk keningnya sesaat, "aneh sekali,"     

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.